Minggu, 28 April 2013

Mengais Ilmu Yang Berserakan Di Bumi




“Barangsiapa yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju syurga.”
(HR. Muslim)

            Begitulah kemuliaan bagi orang-orang yang berilmu. Yang mencari ilmu dan mendalami ilmu J. Bahwa orang-orang yang berilmu lah yang kemudian mampu menggenggam dunia, bukan kemudian dunia yang menggenggam dirinya. Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang didasarkan pada aqidah dan akhlak kita. Imam Ghazali pernah berkata “ Ilmu-ilmu syar’i terbagi menjadi tiga yaitu yang terpuji, tercela dan yang mubah, yang terpuji adalah sesuatu yang terikat dengannya segala kemaslahatan perkara dunia, seperti kedokteran, politik, astronomi, dan lain sebagainya. Dr. Yusuf Qardhawi dalam Keutamaan Ilmu dalam Islam juga pernah menyampaikan bahwa ilmu yang termasuk dalam fardhu kifayah adalah yang dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam dien-nya atau dunianya dengan jalan mendalami ilmu-ilmu syara atau spesialis. Jadi intinya, ilmu yang terpuji adalah ilmu yang diperuntukkan pada kemaslahatan dunia, berarti sebelum masuk ke pintu itu kita perlu ilmu juga bukan? Untuk memahami mana yang maslahat mana yang menimbulkan mudharat? J Dan ilmu tentang maslahat-mudharat sebenarnya masuk kategori bagaimana kita ber-aqidah dan ber-akhlak kemudian.

            Terus keutamaannya ilmu itu apa broh siss ? Banyak fenomena yang bisa kita lihat, anak-anak muda yang bertingkah ikut-ikutan pada suatu hal tapi nggak tau dasar dan muasal hal tersebut. Anak gaul sekarang sih bilangnya itu mainstream cuy ! ngikuuutt aja kayak ekor uler. Atau bisa juga dibilang latah terhadap apa-apa yang sedang nge-trend di sekitar kita, Hijab style misal, yang kadang kalau aku lihat “iuuh” banget deh, udah bikinnya ribet diplintir sana plintir sini, iket sana penitiin sini, tapi nggak nutup dada, Astaghfirullah. Mereka tau nggak ya kalau kaidah pakai jilbab kan harus yang nutup dada ? L

            Nah, Allah berfirman di surat Al Israa’ ayat 36, “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya akan diminta pertanggungjawabannya.” Dari pesan Allah itu bisa kita artikan bahwa jangan kita mengikuti sesuatu tanpa didasarkan pada ilmu, dan hanya sekedar ikut-ikutan saja. So, sudah paham kan kita bahwa berilmu itu penting ? Terus dimana kita bisa dapet ilmu-ilmu seperti itu ? seperti apa ? itu lhooo yang bisa mengantarkan pada maslahat.. ! Hmm… oke lets !

            Dalam berilmu itu ada adabnya. Maka sebelum kita melangkah untuk meraih dan mengumpulkan ilmu wajib bagi kita untuk memahami seperti apa adab dalam berilmu. Ini beberapa hal yang aku tahu tentang adab berilmu.

               Apa-apa semua hal yang ingin kita kerjakan berawal dari niat kan yak ?! Niat kalau nggak lurus, kemungkinan besar dalam mencari ilmu hasilnya nggak berkah. Waallahu’alam. Yang pasti, niat perlu dibenerin dulu, niat Lillah Fillah Billah, ada tujuan, alasan dan proses. Niat Lillah, berarti tujuan yang kita bentuk adalah semata untuk Allah. Di sini ada 2 jenis niat nih, 2B Niat, Niat Baik dan Niat Besar. Niat baik artinya niat yang kita haturkan semata karena ingin mendapat ridho Allah semata, nah kalau Niat Besar disana terdapat unsur usaha atau upaya yang kita lakukan yaitu bagaimana kemudian kita bisa bekerja keras tanpa kenal lelah dalam meraih dan mengumpulkan ilmu. Niat Fillah, artinya alasan ia mencari ilmu juga karena Allah, karena tahu bahwa Allah yang bisa menolongnya ketika menemui kesulitan, harapan juga hanya pantas ditancapkan ke Allah saja bukan kepada manusia, karena jika menancapkan harapan kepada manusia yang ada hanyalah kecewa #asik. Niat Billah, bahwa dalam mencari ilmu senantiasa kita mengingatNYA. Hanya Allah yang selalu bersama kita dalam segala keadaan.

            Ini baru bab NIAT broh siss ! perjalanan masih panjang lhoh.. hehe. Dimana ada niat di sana ada usaha ya kan ?? kalo nggak ada usaha itu namanya omong doank, utopis, punya mimpi tapi cuma NATO (No Action Talk Only). Di dunia ini tempat mencari ilmu banyak, ada di sekolah atau majelis ilmu, pengajian, buku, dan lain sebagainya. Semua fasilitas itu memang menjadi komponen utama dalam berilmu tapi ia akan berbahaya dan bisa jadi menjadi sia-sia jika tidak ada guru yang bisa mengarahkan dan membimbing kita di luar kemerdekaan kita untuk berpikir dan menyampaikan isi otak kita. Guru di sini penting, so jika ada yang masih tidak menghormati guru, kelaut aja broh! Nyari ikan. Di bakar terus dimakan. #apasih.

            Ilmu itu diambil dari mulut para ulama/guru. Maka seorang penuntut ilmu, agar kokoh dalam ilmu di atas pondisi yang benar, maka hendaknya ia bermulazamah kepada guru, talaqqi (mengambil) ilmu langsung dari mereka. Sehingga pencarian ilmunya tegak di atas kaidah-kaidah yang benar. Nggak melenceng. Karena jika kita hanya membaca buku tanpa ada diskusi lebih lanjut tentang bagaimana sisi aplikatif nya dalam berilmu itu, bisa jadi ia akan banyak salahnya daripada benarnya. Di sisi lain sebenarnya aku juga ingin berbagi suatu hal dari maksud bab “guru” ini J. Bahwa kita juga memerlukan mentor dan motivator. Guru bisa menjadi tokoh inspiratif dalam proses berkelana kita mencari ilmu. Maka jangan tanggung-tanggung kalau mencari guru untuk diri kita. Carilah ia yang memiliki prestasi dan mumpuni, yang mampu menggerakkan semangat kita untuk bisa menjadi sepertinya bahkan melebihinya, yang menggetarkan darah, nadi dan hati kita untuk mengingatNYA dalam setiap yang diucapkannya, dan yang mampu memberikan inspirasi pada ilmu-ilmu yang ingin kita dapatkan. So selamat mencari guru terbaik anda !! 
             
             Lanjut ! Ketika kita telah meraih ilmu lalu apa yang selanjutnya kita lakukan? Jika kita berilmu namun tak diamalkan, berarti kita termasuk orang yang munafik. Naudzubillah... so, adab berilmu selanjutnya adalah ketika kita sudah mengetahui suatu ilmu maka hendaklah kemudian kita memahaminya, dan ketika telah memahaminya secara menyeluruh maka sungguh terpuji orang yang kemudian mengamalkannya. Ketahui, Pahami dan Amalkan. Kunci berilmu.

            Dan hei ! Perlu kalian tau juga, bahwa ilmu-ilmu itu berserakan dimana-mana guys ! Nggak hanya di sekolah, buku, dan guru. Kita melihat pohon yang berdiri tegak pun di situ terdapat ilmu, melihat lebah dan kupu-kupu yang beterbangan di atas bunga pun terdapat ilmu, melihat anak kecil yang bahagia sekali dengan mainannya pun di sana terdapat ilmu. Hei, taukah kalian bahwa ilmu itu juga ada dalam keseharian kita ? dalam setiap kegiatan yang kita lakukan dimanapun kita baerada ? Bahkan peristiwa-peristiwa kecil yang kita temui atau bahkan kita alami sendiri, disebaliknya terdapat ilmu yang bisa kita ambil. Peristiwa kecil yang menggerakkan hati dan pikiran kita bersamaan dan menggoncang diri untuk berlaku bijak terhadap kehidupan dan menghargai setiap ilmu yang berserakan kemudian kita memuliakannya. Sebelum memposting tulisan ini, aku bercerita tentang suatu ilmu yang tak sengaja kudapatkan dari secuil kegiatan kecil yang kulakukan. Dan hei ! Sungguh orang-orang yang beruntung adalah orang yang mampu berpikir dan mengambil hikmah dari setiap apa yang ia temui disekitarnya, karena di sanalah ilmu berserakan yang terkadang kita acuhkan. Hikmah, adalah poin terakhir dalam adab berilmu. Selamat mengais-ngais ilmu yang berserakan wahai para pencari ilmu J. Dan Imam Syafi’I pernah berkata dalam sajaknya,

“Singa jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa, anak panah jika tak tinggalkan busur tak kan kena sasaran, matahari di orbitnya jika tak bergerak dan hanya diam tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya.”
*lebih jelas sajaknya bisa dilihat di label Kata Mutiara J*

Dan pesan penutup bahasan ini,
“Jika kau menghendaki dunia maka harus berbekal ilmu, jika kau menghendaki akhirat maka harus berbekal ilmu, dan jika kau menginginkan keduanya maka harus pula berbekal ilmu.”
*aku lupa siapa yang pernah beri nasehat super ini :p *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar