Rabu, 17 Desember 2014

I LOVE YOU, KAK!

Bismillah.

This week is your 16 week in my stomach, dear J . It’s mean your 4 month *excited*. Dan di awal-awal keberadaanmu ini memang sengaja tidak Bunda woro-woro kan ke banyak orang. Hanya ke keluarga dekat dan sahabat-sahabat dekat saja. Bukan karna apa dear, hanya bunda ingin memiliki fokus lebih pada dirimu. Tapi yang namanya kabar bahagia memang sepertinya cepat meluas ya, hehehe, dan akhirnya kamu mendapatkan banyak doa dari mereka yang mendengar dear J. Bunda juga selalu diajarkan oleh Ayah-mu agar tidak melulu men-share segala hal kehidupan pribadi ke sosial media. Jangan alay, katanya. *ppfftt* Cukup kehidupan kita (ditambah kamu, dear J) hanya kita dan Allah yang menikmati, hihi. *Ga enak juga mau romantis-romantisan sementara masih banyak yang jomblo #ups*

            Kehadiranmu, itu anugerah luar biasa sayang. Dalam sekejap kamu menjadikan Bunda jadi orang yang protektif dan semakin manja (pada Ayah-mu tentunya *hhfftt*). Terkadang Bunda menangis nggak jelas, kaki pegel di sana-sini, mual, pusing, pinggang berasa mau patah dan kalau jalan berapa kilo saja sudah terengah-engah. Masya Allah. But that’s want to be a precious moment, dear. Itu yang Bunda rasakan di awal kehadiranmu. Sekarang, Bunda perlahan merasa sudah terbiasa dan cukup kuat, itu juga karna motivasimu yang kuat di dalam sana J. Yaaa… meskipun terasa bertambah berat perut Bunda dibawa kemana-mana, hehe.

            Bunda besyukur karna pembawaanmu nggak macam-macam, sayang. Nggak begitu rewel yang kemudian membuat Bunda-nya juga nggak ikutan rewel. Kalau Bunda dengar cerita dari Bunda-Bunda yang lain, mereka kok sangat kepayahan ketika mengandung. Sampai ada juga yang tidak bisa bangun dari kasur dan tidak nafsu makan saking payahnya mengandung. Tapi kamu, dear, kamu kuat *terharu*. Bunda masih kuat pergi ke pondok untuk mengajar, padahal perjalanannya cukup melelahkan. Bunda masih kuat mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, yaa walaupun masih suka ditunda-tunda, hehehe. Dan yang lebih penting lagi, Bunda masih kuat buat masukin makanan khususnya nasi ke dalam perut buatmu. Malah nafsu makan Bunda tergolong “Mbadhok” kalau kata orang Jawa mah, alias apa aja masuk mulut, hahahaha. Mual Bunda nggak begitu parah, dear, masih bisa ditahan, and Im so thanksful to Allah for that, honey.

            Sekarang, masuk 4 bulan keberadaanmu di perut Bunda, Bunda semakin merasakan kebesaran Allah yang luar biasa. Awalnya bunda nggak mengerti kenapa perut Bunda sering terasa ada denyut “njuut..njuutt..njuut”, dan itu sering sekali. Ketika periksa ke bidan dan di USG, eh kamu ternyata hobi gerak-gerak, dear :D . You’re so active! Pantes jedag-jedug aja di dalam perut, hihihi. Walaupun kamu masih sangat kecil dan masih dalam pertumbuhan organ, otak dan saraf tapi itu fenomena yang teramat luar biasa buat Bunda, sayang. Betapa Maha Besar Allah yang menciptakan manusia di dalam tubuh manusia, dan ia berkembang di sana. Sekarang, Bunda dan Ayah semakin berhati-hati memberi asupan makanan buatmu, dear. Terutama Ayah-mu nah, yang sangat berhati-hati sama makanan, (soalnya Bunda kadang masih kebawa nafsu, pengin ini itu, hiks). Ayah-mu sudah mulai melarang makan ini-itu, rajin tanya kamu sudah diajak ngobrol apa hari ini, sudah diajak tilawah belum, dsb. Sementara Bunda, kadang masih lupa melakukan beberapa hal itu, hehehe. Insyaa Allah mah tilawah rutin, dear, murojaah sambal masak juga sering, hihihi.

            Sekarang, di usia 4 bulan-mu, dimana takdir rezeki, jodoh, dan mati ditiupkan oleh Allah ke dalam ruh-mu, Bunda berdoa semoga kelak kamu mampu memberi manfaat kepada orang lain dari kehidupan yang kamu jalani. Bunda berharap kamu menjadi salah satu aktor yang berbaris rapi dalam barisan penerus dakwah Rasulullah SAW *nangis*. Bunda berharap kamu-lah yang menjadi pembuka pintu-pintu syurga buat Bunda dan Ayah, dear.

            Dear, dalam perkembanganmu di dalam rahim Bunda, sunggu banyak kekhawatiran Bunda untuk benar-benar menjagamu. Mulai dari terjaganya kamu dari goncangan ketika Bunda naik motor (maklum jalanannya jelek di sini, sayang, kuat yaa J ), dari aktivitas Bunda yang tidak boleh terlalu capek dan tidak boleh terlalu nganggur, sampai dari asupan makanan buatmu. Seringnya, Bunda khawatir dengan makanan-makanan yang Bunda makan, dan HP dengan bermodal internet seolah menjadi juru penyelamat Bunda dari segala mitos yang bertebaran di muka bumi ini, dear. Katanya, ibu hamil nggak boleh makan ini, ini, ini, itu, itu, dan itu *ppfftt*. Kalau waktunya memang belum pas jadwal kontrol bidan untuk bisa tanya, internet-lah sumber jawaban keresahan Bunda, dear, hahahaha. And you know what (?), beberapa dari yang di mitos kan orang-orang itu ternyata justru faktanya adalah sebaliknya. Tidak dilarang bagi ibu hamil, bahkan baik buat ibu hamil. Contohnya, daun papaya dan daun singkong. Dear, Bunda suka sekali sayuran itu, huhuhu, dan untungnya boleh dimakan dengan porsi yang proporsional J. Kalau kata ibu bidan, segala makanan itu boleh dimakan sayang, hanya untuk beberapa jenis makanan jangan terlalu banyak konsumsinya. Kecuali makanan berpengawet dan ber-micin yaa, itu kalau bisa dihindari. MSG kalau mau Bunda konsumsi biasanya tidak terlalu banyak dan tidak pernah bunda campur dengan garam, karena efeknya bisa hipertensi dan mual, dear. Itu sumber dari internet juga, hehehe.

            Semoga pengetahuan Bunda tentang nutrisi makanan yang masih sedikit ini bisa menjagamu yaa J. Semoga Bunda nggak lelah banyak-banyak baca artikel untuk asupan gizimu. Sekarang, bantu Bunda untuk program menambah berat badan ya, dear. Karena BB Bunda turun kemarin, jadi Bunda harus banyak makan dan ngemil agar BB nya sesuai usia kandungannya. Sekarang, setiap hari Bunda musti berpikir keras untuk memilih menu camilan untuk ngemil. Jadi selain baca artikel tentang asupan gizi, Bunda juga sering baca-baca artikel masak untuk menu-menu camilan buatmu, hehehe. You know me so well lah ya dear, kalau Bunda kan juga suka masak, wkwkwkwk.

            Baiklah, dear. Semoga fokus Bunda padamu tidak hanya seputar makanan saja yaa, mihihiihih. Semoga fokusnya juga pada kualitas ruhiyah Bunda untuk persiapan dirimu hingga persalinan nanti. Dan Bunda berharap kita saling bekerjasama untuk semua hal itu ya, dear. Semoga kita kompak saling mendukung satu sama lain untuk kebaikan kita, terkhusus kebaikanmu. Ayah juga akan turut mensupport dengan caranya, jadi jangan khawatir, kita bertiga harus jadi tim yang bisa saling bekerjasama untuk kebaikan keluarga kecil kita nanti, dear. Tumbuh dan berkembanglah dengan baik, sayang. Semoga Allah senantiasa menjagamu hingga kamu melihat dunia ini nanti. Sehat, kuat dan hebat ya, dear! *kiss*

Rabbi Habli Minaash Shalihiin.~ Full of Love for you, Kak! J

            

Kamis, 07 Agustus 2014

Maka Menikahlah...



Menikah bukan sekedar perkara rasa,
Ia menjadi bukti atas sebab sabda dan doa.
Ia juga bukan hanya perkara cinta,
Ialah upaya menuju syurga.

Menikah adalah ikatan yang menyatukan 2 potensi dari 2 insan.
Penyatuan penuh keikhlasan,
Sebagai dasar penerimaan.
Ia menerima yang lebih, pun menguatkan yang kurang.
Kemudian, keduanya akan saling melengkapi,
Juga saling menyeimbangkan.

Menikah adalah ikatan pahala 2 insan.
Ia akan saling menggerakkan.
Bagai roda, yang membangun ruh dan jiwa para pejuang,
Kelak tuk jadi insan-insan teladan,
Di bumi akhir zaman.

Begitulah perkaranya,
Menikah ialah cinta yang kan terus saling mengisi.
Cinta yang tak hanya dirasa oleh 2 manusia,
Tapi menyebar ke seluruh penjuru jiwa.

Tuk sama-sama meraih syurga.

Maka menikahlah,
Sebab kau kan temukan cinta yang serba guna,
Lillah. Fillah. Billah.
InSyaa Allah~


-AR-





Jumat, 25 Juli 2014

Sakitnyaaa itu di siniiiiiiihhhh ! *mukul2 dada*
>_<  

Astaghfirullahal'adziim... Allah Engkau Maha Tahu.
Kuatkan aku... Ikhlaskan hatiku...

Selasa, 22 Juli 2014

Pelangi-Pelangi di Langit Yang Biru

safadina.wordpress.com


Hai Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila,Ungu!
Well, 1 tahun sudah asa kita menyatu menggebu
Tak terasa ratusan gagasan, gumpalan perasaan, dan rangkaian kenangan,
Tersimpan dalam roll kehidupan…
Yang seketika, yang kapan saja, akan dengan sendirinya berputar dalam ingatan.

Hai Merah, Jingga, Kuning, Hijau, Biru, Nila, Ungu!
Masih melekat kala itu,
Pertama kali hati menyatu-padu.
Bagai selaksa wangi lautan biru,
Membawa kesegaran jiwa yang haus akan rindu.

Hai Pelangi-Pelangi di langit yang biru…
Bagai warna-warni pelangi setelah awan kelabu,
Kau bawa ceria kala hati tengah sendu,
Kau bawa suka kala hati dirundung pilu,
Dan semoga dengan obat cinta-ukhuwah, Allah lah kita tuju.

Hai Pelangi-Pelangi di langit yang biru…
Meski kelak kita terpisah jarak satu per satu,
Semoga hati kita tetap menyatu-padu,
Dalam ikatan iman yang menggebu,
Dalam lingkaran cinta yang akan Allah pertemukan di syurga penuh rindu.

Aamiin.

Persiapan adalah Perbaikan Diri

Manusia memang tak kan pernah tau apa yang ada di masa depan
Manusia memang tak kan pernah tau apa yang terangkai di masa depan
Manusia memang tak kan pernah tau kapan masa depan – masa depan itu datang di hadapan.
Yang harus manusia tau hanyalah membuat rencana terbaik,
Baik bagi dirinya dan Tuhan-nya.
Yang harus manusia tau hanyalah membuat dirinya untuk terus mau berikhtiar,
Ikhtiar terbaik, bagi dirinya dan Tuhan-nya.
Yang harus manusia tau hanyalah untuk terus mengingat tempatnya kembali,
Kembali dengan keadaan terbaik, bagi dirinya dan Tuhan-nya.

Memang hakikat manusia adalah mempersiapkan diri.
Mempersiapkan dengan terus melakukan perbaikan diri.
Untuk selanjutnya dengan tangan terbuka ia sambut masa depan.
Sambutan penuh keikhlasan.
Sambutan tanpa ganjalan.
Di depannya… masa depan yang ia damba penuh harapan.
Sungguh, lalu apa lagi yang harus manusia lakukan?
Jika tidak terus-menerus mempersiapkan, melakukan perbaikan?
Sungguh, masa depan itu tetap saja akan datang di hadapan.
Hanya tinggal putuskan saja,
Ingin syurga atau neraka.


Itu pilihan.

Jumat, 27 Juni 2014

Mungkin "Khouf", Tapi Juga "Roja"



Allah…

2 Bulan menjelang peristiwa itu. Allah… pertahankanlah hatiku semata untuk-Mu. Allah… tetapkan selalu cintaku semata pada-Mu. Allah… semua atas kehendakMu. Bahkan sampai detik ini aku masih belum berani melangkahi ketetapan-Mu, untuk berharap selain kepada-Mu. Allah… jika aku harus jujur, rasa rindu itu perlahan mulai muncul. Ku mohon, jaga aku, jaga hatiku, jaga aku dari godaan syetan yang bisa jadi mengambil peluang dari sisi hatiku. Masa penantian itu masih 2 bulan lagi, ku mohon pertahankan hatiku selalu untuk hanya menyerahkan segala kepada-Mu. Allah… aku takut pada-Mu, tapi aku juga menaruh harap pada-Mu, Tuhanku yang Maha Pengasih lagi Penyayang. Mudahkanlah segala hal menuju saat-saat itu. Saat-saat perjanjian untuk melengkapi setengah dien-Mu. :’) Allah taruh harapanku semata pada-Mu. Aku serahkan segala pada-Mu.


Allahumma yassir wa laa tu’assir, Rabbi tammim bil khoir, birokhmatika arhamarrahimiin..~

Selasa, 03 Juni 2014

Antara Roja' dan Khouf

Makna roja’ dan khouf secara bahasa
Roja’ berarti mengharapkan. Apabila dikatakan rojaahu maka artinya ammalahu: dia mengharapkannya (lihat Al Mu’jam Al Wasith, 1/333) Syaikh Utsaimin berkata: “Roja’ adalah keinginan seorang insan untuk mendapatkan sesuatu baik dalam jangka dekat maupun jangka panjang yang diposisikan seperti sesuatu yang bisa digapai dalam jangka pendek.” (lihat Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 57-58) Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan berkata: “Asal makna roja’ adalah menginginkan atau menantikan sesuatu yang disenangi…” (Hushuulul Ma’muul, hal. 79). Khouf artinya perasaan takut yang muncul terhadap sesuatu yang mencelakakan, berbahaya atau mengganggu (lihat Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 56)
Makna roja’ dan khouf secara istilah
Syaikh Zaid bin Hadi Al Madkhali berkata: “Roja’ adalah akhlak kaum beriman. Dan yang dimaksud dengannya adalah menginginkan kebaikan yang ada di sisi Allah ‘azza wa jalla berupa keutamaan, ihsan dan kebaikan dunia akhirat. Dan roja’ haruslah diiringi dengan usaha menempuh sebab-sebab untuk mencapai tujuan…” (Thariqul Wushul, hal. 136) Adapun roghbah ialah rasa suka mendapatkan sesuatu yang dicintai (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 59). Maka apabila seseorang berdoa dan menyimpan harapan yang sangat kuat tercapainya keinginannya maka inilah yang disebut dengan roghbah(Hushuulul Ma’muul, hal. 87)
Sedangkan makna khouf secara istilah adalah rasa takut dengan berbagai macam jenisnya, yaitu: khouf thabi’i, dan lain sebagainya (akan ada penjelasannya nanti insya Allah) Adapun khosyah serupa maknanya dengan khouf walaupun sebenarnya ia memiliki makna yang lebih khusus daripadakhouf karena khosyah diiringi oleh ma’rifatullah ta’ala. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Sesungguhnya yang merasa takut kepada Allah hanyalah orang-orang yang berilmu.” (QS. Faathir: 28) Oleh sebab itu khosyah adalah rasa takut yang diiringi ma’rifatullah. Karena itulah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun aku, demi Allah… sesungguhnya aku adalah orang yang paling khosyah kepada Allah di antara kalian dan paling bertakwa kepada-Nya.” (HR. Bukhari, 5063, Muslim, 1108) Madaarijus Salikin,1/512, dinukil dari Hushuulul Ma’muul, hal. 79). Ar Raaghib berkata: Khosyah adalahkhouf yang tercampuri dengan pengagungan. Mayoritas hal itu muncul didasarkan pada pengetahuan terhadap sesuatu yang ditakuti… (Al Mufradaathal 149, dinukil dari Hushuulul Ma’muul, hal. 89) Adapun rohbah adalah khouf yang diikuti dengan tindakan meninggalkan sesuatu yang ditakuti, dengan begitu ia adalah khouf yang diiringi amalan… (Hushuulul Ma’muul, hal. 87)
Peranan roja’ dan khouf
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Ketahuilah sesungguhnya  penggerak hati menuju Allah ‘azza wa jalla ada tiga: Al-Mahabbah(cinta), Al-Khauf (takut) dan Ar-Rajaa’ (harap). Yang terkuat di antara ketiganya adalah mahabbah. Sebab rasa cinta itulah yang menjadi tujuan sebenarnya. Hal itu dikarenakan kecintaan adalah sesuatu yang diharapkan terus ada ketika di dunia maupun di akhirat. Berbeda dengan takut. Rasa takut itu nanti akan lenyap di akhirat (bagi orang yang masuk surga, pent). Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tidak ada rasa takut dan sedih yang akan menyertai mereka.” (QS. Yunus: 62) Sedangkan rasa takut yang diharapkan adalah yang bisa menahan dan mencegah supaya (hamba) tidak melenceng dari jalan kebenaran. Adapun rasa cinta, maka itulah faktor yang akan menjaga diri seorang hamba untuk tetap berjalan menuju sosok yang dicintai-Nya. Langkahnya untuk terus maju meniti jalan itu tergantung pada kuat-lemahnya rasa cinta. Adanya rasa takut akan membantunya untuk tidak keluar dari jalan menuju sosok yang dicintainya, dan rasa harap akan menjadi pemacu perjalanannya. Ini semua merupakan kaidah yang sangat agung. Setiap hamba wajib memperahtikan hal itu…” (Majmu’ Fatawa,1/95-96, dinukil dariHushulul Ma’muul, hal. 82-83). Syaikh Zaid bin Hadi berkata: “Khouf dan roja’ saling beriringan. Satu sama lain mesti berjalan beriringan sehingga seorang hamba berada dalam keadaan takut kepada Allah ‘azza wa jalla dan khawatir tertimpa siksa-Nya serta mengharapkan curahan rahmat-Nya…” (Taisirul Wushul, hal. 136. lihat juga Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 60)
Apabila rasa takut hilang
Syaikhul Islam berkata: “Apabila seorang insan tidak merasa takut kepada Allah maka dia akan memperturutkan hawa nafsunya. Terlebih lagi apabila dia sedang menginginkan sesuatu yang gagal diraihnya. Karena nafsunya menuntutnya memperoleh sesuatu yang bisa menyenangkan diri serta menyingkirkan gundah gulana dan kesedihannya. Dan ternyata hawa nafsunya tidak bisa merasa senang dan puas dengan cara berdzikir dan beribadah kepada Allah maka dia pun memilih mencari kesenangan dengan hal-hal yang diharamkan yaitu berbuat keji, meminum khamr dan berkata dusta…” (Majmu’ Fatawa, 1/54,55) dinukil dari Hushuulul Ma’muul, hal.77)
Roja’ dan khouf yang terpuji
Syaikh Al ‘Utsaimin berkata: “Ketahuilah, roja’ yang terpuji hanya ada pada diri orang yang beramal taat kepada Allah dan berharap pahala-Nya atau bertaubat dari kemaksiatannya dan berharap taubatnya diterima, adapun roja’ tanpa disertai amalan adalah roja’ yang palsu, angan-angan belaka dan tercela.” (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58) Syaikhul Islam berkata: “Khouf yang terpuji adalah yang dapat menghalangi dirimu dari hal-hal yang diharamkan Allah. “Sebagian ulama salaf mengatakan: “Tidaklah seseorang terhitung dalam jajaran orang yang takut (kepada Allah) sementara dirinya tidak dapat meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.” (Al Mufradaat fii Ghariibul Qur’an hal. 162 dinukil dari Hushuulul Ma’muul, hal. 79)
Roja’ dan khouf adalah ibadah
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Orang-orang yang diseru oleh mereka itu justru mencari jalan perantara menuju Rabb mereka siapakah di antara mereka yang bisa menjadi orang paling dekat kepada-Nya, mereka mengharapkan rahmat-Nya dan merasa takut dari siksa-Nya.” (QS. al-Israa’: 57) Allah menceritakan kepada kita melalui ayat yang mulia ini bahwa sesembahan yang dipuja selain Allah oleh kaum musyrikin yaitu para malaikat dan orang-orang shalih mereka sendiri mencari kedekatan diri kepada Allah dengan melakukan ketaatan dan ibadah, mereka melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan diiringi harapan terhadap rahmat-Nya dan mereka menjauhi larangan-larangan-Nya dengan diiringi rasa takut tertimpa azab-Nya karena setiap orang yang beriman tentu akan merasa khawatir dan takut tertimpa hukuman-Nya (lihat Al Jadiid, hal. 71) Allah ta’ala berfirman yang artinya,“Maka janganlah kalian takut kepada mereka (wali setan), dan takutlah kepada-Ku, jika kalian beriman.” (QS. Ali ‘Imran: 175) Di dalam ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman tidak boleh merasa takut kepada para wali syaithan dan juga tidak boleh takut kepada manusia sebagaimana Allah ta’ala nyatakan, “Janganlah kamu takut kepada manusia dan takutlah kepada-Ku.” (QS. al-Maa’idah: 44) Rasa takut kepada Allah diperintahkan sedangkan takut kepada wali syaithan adalah sesuatu yang terlarang (Majmu’ Fatawa, 1/57 dinukil dari Hushuulul Ma’muul, hal. 78)
Roja’ yang disertai dengan ketundukan dan perendahan diri
Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Roja’ yang disertai dengan perendahan diri dan ketundukan tidak boleh ditujukan kecuali kepada Allah ‘azza wa jalla. Memalingkan roja’ semacam ini kepada selain Allah adalah kesyirikan, bisa jadi syirik ashghar dan bisa jadi syirik akbar tergantung pada isi hati orang yang berharap itu…” (Syarh Tsalatsatu Ushul, hal. 58)
Mengendalikan khouf dan roja’
Syaikh Al ‘Utsaimin pernah ditanya: “Bagaimanakah madzhab Ahlus Sunnah wal Jama’ah dalam urusan roja’ dan khouf ?” Beliau menjawab: “Para ulama berlainan pendapat apakah seseorang harus mendahulukan roja’ ataukah khouf ke dalam beberapa pendapat: Imam Ahmad rahimahullahberpendapat: “Seyogyanya rasa takut dan harapnya seimbang, tidak boleh dia mendominasikan takut dan tidak boleh pula mendominasikan roja’.” Beliau rahimahullah berkata: “Karena apabila ada salah satunya yang lebih mendominasi maka akan binsalah orangnya.” Karena orang yang keterlaluan dalam berharap akan terjatuh dalam sikap merasa aman dari makar Allah. Dan apabila dia keterlaluan dalam hal takut maka akan terjatuh dalam sikap putus asa terhadap rahmat Allah. Sebagian ulama berpendapat: “Seyogyanya harapan lebih didominasikan tatkala berbuat ketaatan dan didominasikan takut ketika muncul keinginan berbuat maksiat.” Karena apabila dia berbuat taat maka itu berarti dia telah melakukan penyebab tumbuhnya prasangka baik (kepada Allah) maka hendaknya dia mendominasikan harap yaitu agar amalnya diterima. Dan apabila dia bertekad untuk bermaksiat maka hendaknya ia mendominasikan rasa takut agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Sebagian yang lain mengatakan: “Hendaknya orang yang sehat memperbesar rasa takutnya sedangkan orang yang sedang sakit memperbesar rasa harap.” Sebabnya adalah orang yang masih sehat apabila memperbesar rasa takutnya maka dia akan jauh dari perbuatan maksiat. Dan orang yang sedang sakit apabila memperbesar sisi harapnya maka dia akan berjumpa dengan Allah dalm kondisi berbaik sangka kepada-Nya. Adapun pendapat saya sendiri dalam masalah ini adalah: hal ini berbeda-beda tergantung kondisi yang ada. Apabila seseorang dikhawatirkan dengan lebih condong kepada takut membuatnya berputus asa dari rahmat Allah maka hendaknya ia segera memulihkan harapannya dan menyeimbangkannya dengan rasa harap. Dan apabila dikhawatirkan dengan lebih condong kepada harap maka dia merasa aman dari makar Allah maka hendaknya dia memulihkan diri dan menyeimbangkan diri dengan memperbesar sisi rasa takutnya. Pada hakikatnya manusia itu adalah dokter bagi dirinya sendiri apabila hatinya masih hidup. Adapun orang yang hatinya sudah mati dan tidak bisa diobati lagi serta tidak mau memperhatikan kondisi hatinya sendiri maka yang satu ini bagaimanapun cara yang ditempuh tetap tidak akan sembuh.” (Fatawa Arkanil Islam, hal. 58-59)
Macam-macam khouf
Syaikh Al ‘Utsaimin menjelaskan, Takut itu ada tiga macam:
1. Khouf thabi’i seperti halnya orang takut hewan buas, takut api, takut tenggelam, maka rasa takut semacam ini tidak membuat orangnya dicela…. akan tetapi apabila rasa takut ini …. menjadi sebab dia meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan maka hal itu haram.
2. Khouf ibadah yaitu seseorang merasa takut kepada sesuatu sehingga membuatnya tunduk beribadah kepadanya maka yang seperti ini tidak boleh ada kecuali ditujukan kepada Allah ta’ala. Adapun menujukannya kepada selain Allah adalah syirik akbar.
3. Khouf sirr seperti halnya orang takut kepada penghuni kubur atau wali yang berada di kejauhan serta tidak bisa mendatangkan pengaruh baginya akan tetapi dia merasa takut kepadanya maka para ulama pun menyebutnya sebagai bagian dari syirik. (lihat Syarh Tsalatsatul Ushul, hal. 57)
Waspadai pemahaman Murji’ah
Kebanyakan manusia terjatuh di dalamnya kecuali orang-orang yang dirahmati Allah. Yaitu apabila seorang insan tidak lagi menyadari bahwa kemaksiatan itu membahayakan agama, kehidupan dunia dan akhiratnya. Padahal sesungguhnya maksiat adalah penyebab turunnya murka Allah padanya dan dia akan menghadapi berbagai macam bencana karenanya, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala yang artinya,“Dan bencana apapun yang menimpamu maka sesungguhnya itu terjadi karena ulah tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak kesalahan.” (QS. asy-Syuura: 30). Meskipun demikian, ternyata banyak manusia dikalahkan oleh hawa nafsunya sehingga diapun melakukan berbagai kemaksiatan dan keburukan, terkadang disertai dengan menggantungkan harapannya terhadap pemaafan dan ampunan dari Allah, dan terkadang dengan cara menunda-nunda taubat, terkadang dengan cara beristighfar lisannya akan tetapi senantiasa mengulangi kemaksiatannya, atau terkadang dengan cara menyibukkan diri dengan perkara-perkara yang disunnahkan (sementara yang wajib diabaikan -pent) atau dengan cara beralasan dengan takdir, dan kebanyakan orang mengira seandainya dia berbuat dosa apapun lantas dia mengucapkan Astahghfirullah maka dengan begitu dosanya akan sirna tanpa menyisakan bekas sesudahnya.
Iman terdiri dari keyakinan, ucapan dan perbuatan
Faktor penyebab mereka terjatuh dalam kesalahan seperti itu adalah karena mereka meyakini bahwa iman itu maknanya sekedar tashdiq/pembenaran saja, dan tidak ada kemaksiatan yang dapat membahayakan keberadaan tashdiq selama iman ada di hati mereka. Sedangkan hakikat keimanan menurut para pengikut kebenaran tegak di atas tiga pilar: Keyakinan dengan hati, Ucapan dengan lisan, Perbuatan dengan anggota badan. Dan amal perbuatan itu termasuk dalam substansi keimanan, iman bisa bertambah dan bisa berkurang, bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab kemaksiatan.
Harapan yang dusta
Para pelaku maksiat itu berdalil dengan beberapa ayat al-Qur’an dan hadits Nabi (untuk menutupi kesalahan mereka -pent) seperti dalam firman Allahta’ala yang artinya, “Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa” (QS. az-Zumar: 53). Ibnul Qayyim mengatakan, “Pernyataan ini termasuk kebodohan yang paling buruk, sebab syirikpun termasuk dalam cakupan ayat ini padahal dia adalah biangnya dosa dan pokoknya. Dan tidak ada perselisihan di kalangan para ulama bahwasanya ayat ini berlaku bagi orang-orang yang bertaubat. Karena Allah mengampuni dosa setiap orang yang bertaubat dari dosa apapun yang telah dilakukannya. Kalaulah seandainya ayat ini berlaku bagi orang-orang yang tidak bertaubat niscaya nash-nash (dalil) yang berisi ancaman seluruhnya tidak ada gunanya … di dalam surat an-Nisaa’ Allah mengkhususkan dan memberikan catatan dengan firman-Nya yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia akan mengampuni dosa di bawah tingkatan itu bagi orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. An Nisaa’: 48) di sini Allah ta’ala memberitakan bahwa Dia tidak mengampuni dosa syirik, dan memberitakan kalau dosa yang berada di bawahnya diampuni. Kalau seandainya ayat ini berbicara tentang orang yang bertaubat niscaya tidak perlu dibedakan antara syirik dan selainnya.”
Neraka untuk orang kafir
Di antara mereka (orang-orang murji’ah -pent) ada yang berdalih: ‘Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla memberitakan kalau neraka itu “Disiapkan untuk orang-orang kafir” (QS. al-Baqarah: 24)  dan aku bukan termasuk golongan mereka, aku hanya termasuk orang yang bermaksiat saja karena itulah maka neraka bukan disiapkan untuk orang-orang semacam aku’. Pemahaman anak-anak tentu lebih baik daripada pemahaman mereka itu; sebab disiapkannya neraka untuk orang-orang kafir tidak berarti meniadakan masuknya orang-orang fasiq dan zhalim, sebagaimana tatkala Allah berfirman tentang Surga yang artinya, “Disiapkan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133) Dan maksud ayat ini bukan berarti orang yang di dalam hatinya hanya memiliki keimanan sebesar biji sawi tidak memasukinya, padahal nash-nash yang shahih mengabarkan tentang hal itu. Kalaulah mereka mau menggabungkan nash-nash ini niscaya mereka akan terbebas dari belenggu kebodohan ini. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Barang siapa yang durhaka terhadap Allah dan rasul-Nya dan melanggar batas-batas-Nya niscaya dia akan dimasukkan ke dalam neraka kekal di dalamnya dan dia berhak menerima siksa yang menghinakan.” (QS. an-Nisaa’: 14). Lalu apakah yang akan mereka katakan terhadap ayat ini?! Hanya saja kita bukanlah termasuk orang yang membenturkan ayat al-Qur’an satu dengan yang lainnya sehingga kita tidak mengatakan bahwa setiap orang yang bermaksiat itu kekal di dalam neraka; karena kekal di dalam neraka itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang kafir dan musyrik. Dan juga karena sesungguhnya ahli tauhid apabila diputuskan Allah menerima siksa di neraka akibat kemaksiatan mereka maka mereka pada akhirnya akan dikeluarkan darinya dan tidak akan tersisa lagi di dalam neraka satu orangpun ahli tauhid.
-bersambung insya Allah-
***
Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
diambil dari artikel >> http://muslim.or.id/aqidah/roja-khouf-1.html