Kamis, 31 Oktober 2013

Hujan dan Kehidupan


Apakah Hujan itu ?
            Ia adalah butiran-butiran kecil air dalam berbagai ukuran yang membentuk awan hujan. Jumlahnya berjuta-juta butir. Butiran yang besar menabrak yang kecil dan bergabung lalu membentuk butiran yang lebih besar. Ketika butiran ini menjadi besar dan berat, maka kemudian mereka akan jatuh ke bumi. Jika suhu berada di atas titik beku, mereka jatuh sebagai titik hujan. Semakin besar butirannya, semakin cepat jatuhnya mereka ke bumi. Dan kita akan mampu merasakan butiran-butiran air itu ketika hujan menimpa kita J.

Hujan dan Kehidupan
            Ketika hujan turun, airnya berkumpul dan dalam perjalanannya sebagian air hujan ini akan meresap ke dalam tanah. Tetumbuhan pun menyerapnya sebagai sumber kehidupannya. Akar dan batangnya terdiri dari kumpulan tabung yang sangat kecil yang dapat menarik air ke dalam dan sepanjang tabung ini. Lalu melalui akar dan batang, air disalurkan ke daun. Dari daun ia menguap ke udara lalu kembali membentuk siklus. Sama seperti tumbuhan, hewan pun membutuhkan hujan dalam kehidupannya. Genangan-genangan air, sumber air, sungai dan danau banyak dicari oleh makhluk.
            Semua makhluk hidup membutuhkan hujan. Tanpanya, semua makhluk hidup akan kekurangan sumber makan dan minum. Sudah menjadi ketetapan-Nya bahwa kita tergantung pada hujan, untuk menumbuhkan tanaman untuk kita makan, untuk menghidupi hewan. Air yang meresap ke tanah pun dapat dimanfaatkan untuk membuat sumur. Maka dari hujanlah kita mampu bertahan. Ia selalu mampu memberikan kemanfaatan-kemanfaatan bagi seluruh penghuni bumi.
            Dan darinya lah kita mampu memahami akan kecintaan Rabb semesta alam kepada seluruh makhluk-makhluk yang ia kasihi. J
            Hujan adalah salah satu cara Allah berbicara padamu tentang rahmat-Nya.~

Setelah Hujan, Akan Hadir Pelangi J
            Ketika hujan mereda, maka setelah itu muncullah pelangi bersama senyum lengkungnya J.~
            Dari manakah pelangi itu berasal ? Biasanya kita mengira bahwa sinar matahari tidak memiliki warna. Banyak para ilmuwan menyebut warna itu sebagai “cahaya putih”. Namun sebenarnya cahaya ini terbuat dari berbagai warna yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila (indigo), dan ungu yang kemudian biasa kita sebut sebagai Pelangi. Ketika matahari menyinari butiran air hujan, butiran air ini memecahkan cahaya sehingga terbiaslah warna-warna dari butirannya. Warna-warna ini kemudian membentuk setengah lingkaran (busur) yang indah di pelataran langit. Itulah pelangi, yang mempertunjukkan keindahannya setelah air hujan membasahi bumi. J

Bahwa setelah hujan turun akan selalu ada pelangi. J~

Bahwa Allah akan selalu memberikan kebahagiaan setelah tangis kesedihan.~


(sumber : A. Patricia Sechi. "Mengenal Ilmu: Hujan". 2001. Grolier International Inc.)

Senin, 28 Oktober 2013

Pandai VS Tekun


“Orang yang sukses itu bukan lagi mereka-mereka yang pandai,
tapi orang yang sukses itu adalah mereka yang tekun.”
-Hasrul Hanif, 2013- *dosen pembimbing skripsi*

          Ya, aku teringat sekali pesan dosen pembimbing ku itu ketika sore di kantor PLOD UGM kami berdiskusi tentang skripsweet J. Dari sini juga aku ingin menekankan bahwa orang-orang yang mampu menyelesaikan urusannya dengan cepat dan tepat, jangan kemudian di judge “mereka terburu-buru”. Bukan. Tapi karena mereka tekun. Dan semua orang akan memiliki masanya masing-masing kok, memiliki proses masing-masing, dan memiliki upaya masing-masing. Well, pesan dosenku itu lah yang membuat keyakinan dan kekuatan upayaku bertahan hingga kini dan mengantarkanku hingga titik ini.

            Bersyukurlah orang-orang yang dikelilingi oleh mereka yang mampu memberi nasehat di sela-sela ucapannya. Dan bersyukurlah aku menjadi salah satu yang beruntung itu bahkan ketika berada di fase dimana banyak orang seolah menganggapnya sebagai “momok” (skripsi). Come on ! Jangan lagi anggap skripsi itu sebagai hal yang menyeramkan, membosankan, dan lalalalalala. Jangan meng-kambing hitamkan skripsi. Jika masih ada yang menganggap seperti itu berarti masalahnya bukan di skripsi, tapi di dalam diri sendiri. Hayoloohhh! “Ahh, itu kata lo karna udah selesai skripsi aja ! Dulu kalik lo juga sama nganggap momok.” Ya, memang iya, itu terjadi ketika awal berada di fase itu. Tapi ketika kemudian berbagai kesulitan menghadang di fase itu, sikapku bukan kabur dari masalah, dan mengabaikan apa yang harus diselesaikan, tetapi justru harus dihadapi. Ubah mindset, perkuat keyakinan dan optimisme ditambah tancapkan husnudzon pada Allah dalam setiap prosesnya. Bukankah Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya (?). Jika kita berpikir ini akan sulit, jadilah sulit. Jika kita berpikir kita bisa menjadikannya mudah, jadilah Allah permudah. Kun Fayakun!

            Aku mampu berbicara seperti ini dilatari karna telah mengalami, sudah menjalani, dan sudah menikmati prosesnya. Bukankah satu bentuk sikap syukur atas sesuatu itu adalah mengambil pelajaran (?). Begitulah skenario langit dibentuk.

            Oke, kembali ke benang merah. Dalam hal ini perkara pandai atau cerdas itu bukan lagi menjadi faktor utama seseorang untuk berhasil dalam setiap prosesnya. Jika ia pandai tapi niat dan upayanya NOL, ya sama saja bo’ong. 

90% Kemampuan yang kamu miliki sementara Kemauannya hanya 10%, itu akan sia-sia. Berbeda dengan jika Kemauan yang kamu miliki 90% dan Kemampuan 10%, itu justru lebih berarti.

Dari sini bisa dipahami bahwa perkara utamanya adalah masalah TEKUN atau tidaknya seseorang, niat dan upaya seseorang seperti apa itulah yang menentukan keberhasilannya. Orang cerdas memang penting, memiliki banyak ilmu dan wawasan luas itu penting. Tapi percuma jika ia tidak mengupayakan ilmu nya secara tekun. Apakah hanya dengan bekal ilmu saja lalu dengan sekejap kita menjadi orang sukses ? Ngimpiiii !! Nih yaa, Imam Ghazali sang ulama besar saja sudah berpesan,

“Seseorang tidak akan mencapai kebahagiaan kecuali dengan ilmu dan ibadah. Semua orang akan binasa kecuali mereka yang berilmu. Semua orang yang berilmu pasti akan binasa kecuali mereka yang beramal. Dan semua orang yang beramal pasti akan binasa kecuali mereka yang ikhlas.”
*dikutip dari buku Menata Niat, Mewujudkan Ikhlas, Dr. Yusuf al-Qaradhawi*

          Kuncinya ada dalam niat dan upaya yang kemudian menjadi elaborasi panjang dari tekun/rajin/konsisten/disiplin. Niat untuk berilmu, niat untuk beramal, dan upaya untuk mengemas semua itu dalam bingkai keikhlasan. Bahwa dengan ikhlas kita artikan sebagai sikap husnudzon pada Allah atas proses yang terjadi untuk mencapai apa yang kita maksudkan sebagai SUKSES. Sementara niat merupakan komitmen kuat yang terpatri dalam hati dan terealisasi dalam diri. Ada keyakinan ada upaya, maka TEKUN akan kita dapatkan. Coba kita ingat lagi ada pepatah yang mengatakan bahwa di dunia ini tidak ada manusia bodoh, yang ada hanyalah manusia malas. Maka pangkal dari apa yang ada dalam diri kita, ilmu, amal, keberhasilan, kesuksesan adalah dari ketekunan. Ketekunan kita dalam berupaya dan ketekunan akan keyakinan dalam diri kita bahwa ini adalah proses-Nya yang membentuk kita. Begitulah skenario langit terbentuk.


            Well, semoga yang membaca mampu menarik simpul nya masing-masing J, aku menulis hanya berupaya untuk mengantarkan. Karna aku pun masih dalam proses belajar. Semoga refleksi ini mampu mengajak yang lain juga untuk merenung. Bahwa ada kekuatan-kekuatan yang bekerja yang mampu mengantarkan kita pada kesuksesan. Kekuatan upaya dan kekuatan keyakinan. Semoga bermanfaat. Selamat menikmati proses masing-masing menuju kesuksesan yang hakiki J


Waallahu'alam.

*spesial  buat yang lagi nyekripsik :) *

Minggu, 27 Oktober 2013

Ikhlas (?)

Orang gelisah itu karena nda ikhlas.
Menahan sesuatu yang bukan menjadi haknya. Pertama, orang lain tidak tahu sama sekali apa yang kita pikirkan. Tentunya, orang lain tak boleh disalahkan karena (menurut kita) sudah menyebabkan kegelisahan kita. Kedua, kita sendiri pun menjadi kacau. Pikiran selalu terganggu, perasaan pun (serasa) terus merasa terganjal-tidak-nyaman.

Keduanya sama-sama tidak tepat. Sama-sama dholim.
Sampaikan saja hal-hal yang perlu untuk disampaikan. "Sampaikan saja" bukan berarti meluapkan semua hal. Lanjutkan hingga selesai, "hal-hal yang perlu untuk disampaikan.".
Sampaikan maksud kita dengan baik dan terbuka. Tidak juga "terbuka" diartikan, semisal, diluapkan melalui status-status di media sosial. Lebih tepat, pada orang yang bersangkutan. 'minimize' fitnah, 'reduce' gelisah.

"Wah, mau mengungkapkan tapi nda sanggup?! Takut! Malu!".
"Ya sudah, ikhlaskan." Biarkan lintasan di pikiran itu mengalir keluar, jangan dibiarkan tersumbat dan menggenang karena bisa jadi sumber penyakit. Gelisahnya itu kan karena kita menuruti ketidakpastian di pikiran kita, "iya, nda ya? Jangan-jangan 'iya'. Tapi kalau ternyata 'nda'." dan kita menuruti keadaan itu dengan membiarkannya begitu saja.
"Teori doang. "ikhlas,,,ikhlas,,,ikhlas,,.!""
Ya sudah,,nikmati saja kegelisahanmu.

Yang saya tau, saya sebagai muslim diajarkan untuk tidak mengikuti ketidakpastian (laa royba) karena yagn meragukan utk menjadikan kita condong pada prasangka. Menurut saya, prasangka itu salah satu bibit kegelisahan.



*nyomot status saudara sebagai pengingat, JB*

Belajar Menjaga Titipan-Nya



            Ini cerita pengalaman pertamaku hidup berbagi bersama makhluk Allah yang lain. Berbagi perhatian, berbagi kasih sayang, berbagi cinta, eitss.. kecuali berbagi makanan ya, karna jenis makanan kami berbeda hehehe. Berisik suara pompa air di dalam akuarium kini mengisi hari-hari dikontrakan, ikan-ikan imut dan lucu menari-nari kesana kemari di dalam air, terlihat cantik dipandang dari kaca bening. Hmmm… cukup menikmati aktivitas-aktivitas merawat ikan-ikan itu J. Walau terkadang parno sendiri, girang sendiri, ngomong sendiri (sebenernya ngajak ngomong si ikan sih!) sampai berkali-kali dibilang abangku, “jiaann…. nis, wis koyo wong edan tenan.” Bodo amat, batinku hehehe.

            Sebelumnya aku nggak pernah merasa se-excited ini memelihara hewan. Di rumah, ibu dan bapak gemati banget ternak ayam. Setiap pagi dan sore sudah ribut berteriak, “ning-niiiiinnnggg…. makan duluuu.”, “ning-niiiiiiinnggg… ayo masuuuukkkk udah mau maghrib.”, “ning-niiinnggg…. Bla bla bla bla.” You know what ? Ning-ning itu panggilan untuk ayam-ayam beliau. Hhhh… kadang aku suka ngiri sama si ning-ning, karna terkesan dimanja banget sama ibu-bapak, hahaha (ngiri kok sama ayam -_- ). Tapi begitulah, sejatinya hewan-hewan juga butuh perlakuan baik dari para tuannya. Mereka juga bisa merasa coy ! Kadang bersikap “manusiawi” (apa deh kata ganti manusiawi kalo buat ayam ? ayamiawi ? rodo mekso -_- ) kepada hewan-hewan peliharaan juga penting. Bagaimanapun mereka juga makhluk hidup, makhluknya Allah, dan mereka bersama kita bisa jadi sebagai bentuk Allah menitipkannya kepada kita. Iya, titipan Allah. Karena kita punya akal dan hati untuk berpikir dan merasa lebih dari makhluk hidup yang lain, maka kita pun dituntut hidup seimbang bersama mereka.

            Begitulah, pengamatan memperhatikan aktivitas ibu dan bapak memelihara hewan menjadi satu referensi lain bagiku merawat ikan-ikan ini. Ikan koi dan ikan komet sekarang mereka membersamaiku. Hahaha, berawal dari jalan-jalan ke pantai bersama kawan-kawan beberapa waktu lalu, dan tepat saat air laut surut, aku melihat ikan-ikan menggeliat bersembunyi di balik karang. Lucu dan menyenangkan ketika dilihat serta cukup untuk kembali menyegarkan pikiran yang penat. Sepulang dari sana aku berniat untuk pelihara ikan juga aahhh, kataku. Alhasil tanya kawan kesana kemari, dimana beli ikan? Jenis ikan hias apa aja yang bisa dipelihara? Harganya berapa? Cara ngerawatnya gimana? Jadi sedikit lebih bawel dari biasanya, hehehe. Awal memelihara ikan mas koki waktu itu, tak bertahan lama *sedih*, 7 ikan dari yang kubeli, hanya bertahan 3 ikan. Entahlah, maklum masih newbie jadi belum begitu lihai merawat mereka. Ada sih rasa kecewa tapi yaudahlah, “ikhlasin” aja. Mungkin aku yang belum begitu telaten merawat atau mungkin memang sudah kehendak Allah mengambil mereka kembali. Allah kan yang Maha Menghidupkan dan Mematikan (?). Aku pun mengubur mereka semua di tanah belakang kontrakan.

            Meski ada fase kecewa dan sedih karena merasa gagal menjaga titipan Allah, tapi aktivitas ini cukup menyenangkan. Kamu penat ? lihat akuarium dan perhatikan gerak-gerik mereka, tetiba suasana hati menjadi lebih rileks. Kamu capek ? lihat warna-warna ikan yang unik dan perhatikan bagaimana mereka mencoba berkomunikasi dengan kita, “minta makaann… minta makaann!” beri mereka makan, dan rasa lelah itu pun bertransformasi menjadi menyejukkan. J Berkesempatan menjalani aktivitas ini sebenarnya juga merupakan sebuah keberuntungan. Mengapa ? Karna ini bisa menjadi salah satu cara berdzikrullah. Memberi mereka makan, membersihkan tempat ia hidup, memperhatikan keadaannya, merawat kelayakan hidupnya, itu semua akan berujung pada pemahaman kita mengenai pentingnya menyeimbangkan kehidupan sesama makhluk hidup, sesame ciptaan Allah. Ketika ada dari mereka yang tak mampu bertahan dan memilih kembali pada penciptanya, itupun berujung pada pemahaman akan kebesaran-Nya. Allah lah yang berkehendak, Allah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk-Nya.

            Seperti pagi ini, aku mendapati ikan koi yang paling aku sukai karna bentuk dan warnanya yang cantik, ikan koi jenis Ogon (warna kuning metalik) terlihat lemah tak berdaya. Bernafas namun tak sanggup mengepakkan siripnya untuk berenang. Nggak tegaaaa L … aku langsung sigap membereskan kondisi akuariumnya, dan memberi makan. Tapi ia tetap tak sanggup bergerak, hanya mengikuti arus air yang mengayunkan tubuhnya yang layu. Huaaaaa… you know ? saat itu pula aku merasa perasaanku remuk dengan sedikit ekspresi lebay (dalam konteks pelihara2 hewan yaaa..). Aku hanya terus memperhatikannya sambil tak henti mengajaknya berkomunikasi. “Ogoonn… bertahanlah… kamu harus kuat ogooonn… kamu cantik, kamu pasti kuat berenang lagi, ayo ogon gerakin siripmu…”, (jangan bayangkan seperti apa aku mengajaknya bicara seperti ini! Dangerous!). Kalian tau ? bahwa hewan termasuk ikan juga membutuhkan sugesti positif dari para tuannya. Untuk apa ? Aku hanya meyakini bahwa mereka akan merasakan, merasa bahwa yang merawatnya selama ini juga merawat dengan hati, bukan sekedar rutinitas. Aku meyakini bahwa mereka pasti juga memahami bahwa tuannya juga mampu mengajaknya berkomunikasi (walau bahasa kami berbeda). Aku meyakini bahwa mereka akan paham ada upaya-upaya manusia untuk saling berbagi kehidupan bersama mereka. Aku meyakini dari sana pula energi-energi positif akan mengalir pada mereka dan membuat mereka tetap ingin bertahan bersama kami (manusia) sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya.

            Aku tak tau bagaimana progress si Ogon hingga detik ini, karna aku meninggalkannya di kontrakan sementara waktu. Apakah ia tetap bertahan ? atau memilih untuk mencari kehidupan bersama pencipta-Nya di sana L. Semua baik. Semua yang terjadi padanya aku rasa itu yang terbaik. Ya, karna dari sini kemudian aku bisa memahami, memang hanya DIA lah Sang Menghidupkan dan Mematikan. Ogoonn, terimakasih sudah membuat hari-hari penat ku beberapa hari ini menjadi lebih rileks setiap kali memperhatikan gerik mu, selalu membantuku untuk paham bagaimana pentingnya menjaga suatu amanah, *nangis beneran*. Ahh… lebay nih gue ! Gimana donk nih ah, udah terlanjur jatuh cinta sama si Ogon, aku nya juga terlalu sensitip nih ah. Baik-baik ya ikan-ikan ku semua. Pun pada akhirnya ini lah salah satu titik cara pula untuk belajar ikhlas, kita merawat, kita menjaga, namun tetap kehendak Pencipta itu tak akan mungkin bisa dilawan.

            Ya, pada akhirnya pula memelihara makhluk hidup Allah yang lain adalah proses belajar pula untuk manusia. Subhanallah… Alhamdulillah… Allahu Akbar. Begitu banyak hal begitu banyak cara begitu banyak ilmu dan pelajaran bisa kita kumpulkan serpihan-serpihannya yang tercecer untuk disatukan menjadi hakikat Ma’rifatullah.


*masih galau banget mikirin si Ogon L L L L L … ayooo, ikhlas…*

Kamis, 24 Oktober 2013

Masa Lalu



Aku, kamu, mereka, kita semua memilikinya.
Baik, buruk, datar, terjadi seadanya. Betul kan ?
Masa lalu itu adalah hari ini, hari ini akan menjadi esok, esok akan menjadi lusa, lusa akan menjadi masa depan.
Maka masa depan adalah cermin masa lalu, masa lalu adalah cerminan masa depan.
Tinggal apakah kemudian kita akan imitasi, modifikasi, atau merenovasinya.
Semua tergantung pemiliknya.

Masa lalu,
Aku, kamu, mereka, kita semua merasakannya.
Pahit, manis, asam, terjadi seizin-Nya. Betul kan ?
Masa lalu adalah kisah, kisah yang akan menjadi pelajaran, pelajaran yang bisa menuaikan hikmah, hikmah yang akan menjadi bekal perubahan.
Ya, PERUBAHAN. Menjadi “lebih baik” ataukah “lebih buruk”.
Tinggal bagaimana kita mampu membumbuinya, memberi resep-resep terbaik ketika mengolahnya, dan memberi sajian yang bisa dinikmati rasanya.
Apakah rasa itu pahit ? namun menjadi bekal untuk memperbaiki keesokan hari. Apakah rasa itu manis ? dan itu akan menjadi nilai serta kepuasan tersendiri yang bisa dinikmati dan dibagi.

Silahkan pilih !

Bahwa, masa lalu akan kita “apa kan”, itu kembali lagi pada diri masing-masing.
Apakah dibuang begitu saja dan menjadi sia-sia,
Atau mengkodingnya, memilah ini dan itu lalu mereka-reka pelajaran apa yang bisa dipetik.
Akan menjadi aib ketika ia hanya diabaikan saja, itu musibah!
Akan menjadi baik, ketika ia direnungkan untuk perbaikan, itu berkah!
Maka, lebih baik disebut sebagai mantan penjahat daripada mantan ustadz.
Maka, lebih baik disebut “sok alim” daripada “sok bejat”.

Waallahu’alam.

Yang pasti saya akan salut kepada mereka yang mampu berkaca pada masa lalunya dan tak menjadikannya sia-sia untuk melakukan PERUBAHAN dalam rangka PERBAIKAN.

Masa lalu,
Ada baik ada buruk.
Ada manis ada pahit. Silahkan diolah !

Masa lalu,
Sejatinya itulah skenario-Nya,
Menguji kita, dititik mana kita mampu menerimanya
Me-ne-ri-ma-nya.

#RefleksiDiri
#UntuknyaYangBerjuangMemperbaikiDiri




Rabu, 16 Oktober 2013

Hujan #3


Setelah berapa bulan hujan tak kunjung turun dari singgasana langit, sore ini dengan lukisan senja yang merona ia hadir membawa pesan-pesan di bumi para pecinta.

Para pecinta kepada sang Pencipta
Selalu menikmati kehadiran tiap titik air yang berjatuhan
Mengguyur bumi yang sempat panas akan dosa manusia
Menyiram tanah yang sempat kering
Membasahi jiwa-jiwa yang tengah gersang
Tetesannya kembali menghidupkan segala yang sempat mati
Ia begitu jernih, tak ternodai
Bagaimana tidak ? setiap bulir airnya melalui kristalisasi yang cukup panjang
Lagi dibumbui nikmat dari Sang Pemilik singgsasan langit

Hujan …
Kau pun tak pernah tau bahwa kehadiranmu selalu membawa kesan
Hadirmu yang tiba-tiba setelah sekian lama tiada,
Laksana kembang api yang memancarkan keindahannya
Namun kau tak lupa selalu membawa sandi-sandi kau akan datang
Sandi yang mengisyaratkan bahwa pesan telah kau ambil dari Pencipta
Kau hantarkan pada manusia,
Dan membiarkan mereka mengais pesan-pesan cinta itu dengan sendirinya
Menjadikan mereka berfikir…
Menjadikan mereka merasa…
Bahwa kehadiranmu di rona-rona senja kali ini membawa sejuta senyum dan harapan
Akan suatu perjalanan hidup setiap makhluk-Nya

Hujan …
Bagai samudera di laut lepas,
Bagai puncak di atas gunung,
Bagai hutan di tengah pegunungan,
Bagai sungai di sela rawa,
Kau selalu memberi makna … untuk berucap syukur pada Pencipta
Dan kali ini, kehadiranmu tak hanya itu,
Tapi kau pun kembali mengantarkan pesan-pesan cinta dan harapan,
Melalui doa-doa tersembunyi di setiap rinai bulir airmu
Oleh insan yang kerdil,
Untuk kemudian menghantarkannya menuju Sang Pemilik singgasana langit

Hujan… sampaikan pesan cintaku pada-Nya. J


*Gunungkidul, di teras rumah dengan pemandangan indah barisan pegunungan seribu yang tertutup hujan lebat dan kabut bersama senja orange yang merona menghias langit* ^_^

Rabu, 09 Oktober 2013

Hati ~

إنّ الله إذا أراد قلبا لقلب قال له : كن فيكون
حتّى لو كانت المسافة أرضا و سماء فإتركوها علي مؤلف القلوب
Sesungguhnya bila Allah menghendaki hati bagi sebagian hati, maka Ia cukup berkata padanya: “Jadilah, maka jadilah.”
Betapapun hati itu berjauhan sejarak langit dan bumi, tinggalkan bagimu pada urusan sulit ini, serahkan pada Allah Maha Pelukis hati.

Senin, 07 Oktober 2013

Cinta ~



Cinta itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi Cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang sholeh dan cobaan bagi ahli ibadah.

- Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah -
dalam buku Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin

Rabu, 02 Oktober 2013

One Step Closer :)


Alhamdulillah… segala puji bagi Allah atas segala skenario terbaik yang IA takdirkan pada setiap hambanya.

Well, satu langkah lebih dekat menuju takdir yang lain.

Aku tidak tahu berapa nilai yang Allah berikan atas “proses” ku selama ini, namun aku yakin bahwa IA memiliki penilaian terbaik atas segala upaya ku menjemput takdir-takdirku.

Subhanallah, banyak hal yang bisa aku tarik hikmah dari setiap step yang aku jalani dan akhirnya mampu aku lalui. J

Aku menikmatinya. Ya, aku sungguh menikmati prosesnya. Jika ku review dari awal sebagai bentuk evaluasiku maka akan ku sampaikan pada Allah, “Rabb… pun akhirnya aku mencintai proses ini”. Ketika semua proses ku lalui, betapa aku merasakan tangan-tanganMU bekerja untukku atas segala ikhtiarku. Rabb, nikmat syukur yang mana lagi yang harus kudustakan ? Tak ada, sungguh, tak ada. Inilah nikmat dariMU, setiap proses yang kemudian memberikan makna penghambaan yang tinggi padaMU. Dan aku yakin bahwa semua takdir yang Kau rencanakan akan tiba di masanya masing-masing. Kuncinya hanya pada titik HUSNUDZON LILLAH yang dipenuhi atas rasa Sabar, Ikhlas dan Syukur kepadaMU. Maka semua akan menjadi mudah bagiMU melancarkan setiap ikhtiar hambaMU. Maka ini lah aku dengan prosesku. Dan proses ini pun menjadi cara untuk semakin mendekatkan diri padaMU. :’)

Bersabarlah, dan cintai prosesnya J

------------------------------------------------------------------------------------

Hari ini special persembahan untuk,
Bapak dan Ibu, yang tak lelah mengkontrol perkembanganku. Supporter terbaik dalam hidup.

Umay yang besok jumat pendadaran , Barakallah say :*

Ulya yang pekan depan juga bakal pendadaran :*

Dhita yang sudah menjadi sponsor utama sidang hari ini dengan meminjamkan sepatu hitam dan kartu perpus nya :p

Mas Amir yang gag lelah memberi petuah-petuah terbaiknya dan terpanjangnya (hahaha…) untuk sukses “menaklukan diri sendiri” :D Jazakallah mas amiiiirrrrr dan dedek kecil J

The Best Gurunda I Ever Had, mbak yang cantik dan imuuutt.. cieeee akhirnya tiba gilirannya buat menjemput takdirnya nih yee. Barokallah :p

Lingkar Cinta Genk Kece.. salah satu skenario Allah yang terindah itu yaaa…. KETEMU KALIAN :*

My Kids, Intan, Ingar, Een… huaaa trimakasih sudah menjadi teman diskusi dan saling me-roleplay sebelum masing2 dari kita di”sidang” :D

Lysa, Aisyah, Etha, Khorei yang gag lelah mendukung dan mengingatkan utk memperhatikan kesehatan selama “berjuang”

Anak2 JMF yang sedari pagi memberondong sms “Umiiii sukses dan lancar yaa nanananina nya :D”, “Umii nisaa, semoga dimudahkan yaa nanananinanya :D, sayang banget sama umi.”, “Bun.. do the best and get the best ya :* “. *hhh… rasanya pengin nangis baca sms anak2 ini :’) I Love You So kids :*

Bella and abey Izzah, halooooo finally lhooohh :D makasih sudah menjadi teman berbagi muehehehe.

Buat taukhty kuuu… tilimikicii bukunyaaa… jadi logika nya kalo habis baca2 buku2 buat skripsi habis itu baca buku2 tentang “itu” ya ?? :p

Mbak Yessy yang menjadi teman seperjuangan menyelesaikan amanah ini J terimakasih atas supportnya selama ini, finally J.

Dan untuk semua yang sudah mendukung dan mendoakanku, semoga doa-doa terbaik itu juga berbalik pada kalian J.

Terimakasih telah Engkau kirimkan mereka dalam setiap prosesku, Rabb.
*udah kayak lembar persembahan skripsi aja inih :p*



“Dan semoga kehendak Allah senantiasa berjalan selaras dengan kehendakku. Semoga yang menjadi kehendakku juga menjadi menjadi kehendak Allah.”