Senin, 27 Mei 2013

Itu Kapal

Di atas laut kapal itu tergontai
Mengikuti kemana angin itu menghembusnya
Ternyata kapal itu tak berawak
Kemana awaknya ??
Ohhh… kapal itu terlarung
Terlarung sendiri karna tali penyangganya terputus
Akhirnya ia berjelaga sendiri
Menikmati perjalanan sendirinya mengarungi hamparan luas laut
Di terjang ombak…
Diterpa badai…
Tertabrak karang…
Ahhh… kapal itu tetap saja bertahan di atas gontaian air dan angin
Aneh, kapal ini tak berawak…
Tetapi tetap saja ia mampu berjelaga menuntaskan perjalanannya
Tetap saja, ia bisa terlarung entah kemana ia akan pergi dan melabuhkan diri
Tetap saja, sebelum tuntas perjalanannya ia takkan berawak…
Maka tuntaskanlah, kapal
Di atas laut…
Dalam gontaian ombak…
Dan hembusan angin…
Kau akan tahu, kemana kau akan pergi
Ada ombak dan angin yang kan mengantarmu
Maka biar saja kau terlarung tanpa awak
Hingga kau tahu dibibir pantai manakah kau kan terlabuh



Itu Laut




Laut itu biru…
Biru nya menderu
Sembari berseru
Bernyanyi berirama syahdu

Syahdu itu lirih…
Lirihnya menggiring buih
Berjelaga di bibir pantai
Bersama butir-butir air dan pasir

Pasir itu berserakan
Namun kemudian bersama ombak
Mereka disatukan
Disatukan, ditemani angin

Angin itu berhembus
Menyeruak di sela paruh
Dan angin itu beresonansi
Resonansi bercerita

Tentang laut,
Biru…
Air…
Pasir…
dan angin itu sendiri

Laut itu biru…
Bersama ombak ia menggiring buih
Buih nya menyatu,
Menyatu satu bernada lirih



Senin, 20 Mei 2013

Awal Mula Peradaban






Nasehat Ustadz Anis Matta

Kita seringkali menganggap pernikahan itu adalah peristiwa hati.
Padahal, sesungguhnya pernikahan adalah peristiwa peradaban.

Ini bukan Cuma tentang 2 manusia yang saling mencinta lalu mengucap akad.
Tetapi bahkan ini merupakan peristiwa peradaban yang mengubah demografi manusia

Pernikahan adalah sayap kehidupan.
Rumah adalah benteng jiwa.
Jika di rumah kita mendapat energy memadai, di luar rumah kita akan produktif

‘Sakinah’ bukan hanya ‘tenang’.
Ia berasal dari kata ‘sakan’ yang artinya ‘diam/tetap/stabil’
Maka ia menjadikan tenang karena stabil. Bukan tenang yang melalaikan

Sakinah adalah perasaan tenang yang lahir dari kemantapan hati
Manusia menjadi tenang saat kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara komprehensif

Al Quran menjelaskan: “Kami jadikan air sebagai sumber kehidupannya.” Air (mani) merupakan sumber (simbol) stabilitas )psikis saat diatur volumenya dalam tubuh) dan produktifitas (kualitas semangat dan kuantitas keturunan)

Hakikat pernikahan tidak bisa dipelajari dari manapun
Learning by doing
Islam mengarahkan menikah muda agar rasa penasaran itu cepat terjawab

Agar setelah ‘rasa penasaran’ itu terjawab, perhatian seseorang bisa ebih banyak tercurah dari urusan biologis ke intelektualitas-spiritualitas

Tidak perlu takut terhadap beban hidup,
Yang perlu dilakukan hanya mengelolanya
Sebab pelaut ulung pun lahir setelah melewati gelombang-gelombang samudera

Yang bisa membuat kita melewati gelombang itu adalah persepsi awal yang benar tentang cinta
Yiatu cinta sebagai dorongan untuk terus memberi pada yang kita cintai

Hubungan yang terbina dari sini bukan hanya hubungan emosional,
Tapi juga spiritual-rasional
Karena keluarga ini adalah basis social terkecil untuk membangun peradaban.

~ Dan dari sana lah peradaban bermula ~ J
Teruntuk seluruh muslimah pembangun peradaban,
Dan muslim penegak peradaban.

Rabu, 15 Mei 2013

Universitas Kehidupan #4 : Potret Hidup




ini secuil potret kehidupan jakarta yang terekam oleh mata dan hati manusia. #asik
ini secuil dari sekian banyak pemandangan yang terlihat olehku ketika melanglangbuana s.e.n.d.i.r.i.a.n 

sepulang dari kantor GIM, naik TJ menuju blok M dan menyambut bus kota, duduk manis menikmati teriknya panas matahari dan gerahnya udara berasap disana-sini.
singkat cerita kmudian bus melaju menuju arah bintaro,
aihh... naik ke dalam bus 2 orang bocah gadis mungil yang satunya membawa gitar tak kalah mungilnya dgn mereka. Jika diamati gadis mungil yang satu berumur sekitar 6 tahun dan yang satu lagi 5 tahun. widdiiiiwww.. alisku mengernyit ketika melihat mereka dgn riangnya bersiap mengatur suara utk bernyanyi didalam bus.

Dan, yaa!! lagu mulai berdendang dari iringan gitar dan mulut mereka berdua. Lagu yang nggak jelas lagu opoooo tho kuiiii *karena mereka masih cadel utk melafazkan setiap liriknya* cumaa... ada beberapa lagu yang ku tahu itu adalah lagu yang dinyanyikan Didi Kempot *gedubraakk!! -____-"

Kuperhatikaan terus mereka dengan tatapan penuh tanya "nduk bapak-ibumu nyang ndi tho ?" sambil sesekali aku tersenyum miris melihat mereka yang dengan riang dan santainya menyelesaikan lagu yang dinyanyikan. Di kanan kiri depan belakang penumpang mulai bergumam melihat pemandangan ini, persis, yang mereka pikirkan dgn yg aku pikirkan

"kok bapak ibunya tega yaa suruh dia jd pengamen? " | bapak-ibunya masih ada ga ya itu dua bocah? kasian banget kecil2 jadi pengamen dari bus ke bus." kata 2 orang ibu diblakangku.

yang lain lagi malah nyletuk "dek, nyanyi bintang kecil donk" | si bocah jawab "nggak mau" laaaahhhhhh -,-a . Si ibu kembali berkomentar "hadeehh kecil2 lagunya cinta2an." aku sedikit terkekeh mendengar gumaman dan celetukan itu sambil terus memperhatikan duo maya #eh duo gadis mungil pengamen.

aku berpikir dan mencoba memahami, hmm...
1. aku masih ragu dengan janji pemerintah yang bilang bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. (UUD '45 Pasal 34 ayat 1). Dipelihara gimana nih maksudnya ? dipelihara untuk dikembangbiakan dan semakin bertambah atau diberi fasilitas agar mereka dapat berkarya dan memperbaiki hidupnya lantas kemudian berkuranglah gelandangan, pengamen, premanisme, dsb dikota2 besar seperti jakarta ini ?? yang mana ? nyata2nya realita berkata pada pilihan pertama. #ppfftt

2. peran orangtua, jakarta emang keras broh ! *nggigit batu* tapi tegaa para orangtua membiarkan anaknya yang masih imut2 itu dididik oleh keras dan pedasnya kehidupan jalanan ?? saya rasa nggak ada orangtua yang mau, kecuali tertekan! ( tertekan kebutuhan, kondisi lingkungan, dan juga mental !) Tapi, ya apakah nurani seorang ibu tidak mampu meleburkan batas dan menembus tekanan tsb ? Ibuu-ibuu mereka masih butuh dididik oleh orangtuanya, membaca huruf a,b,c,d bernyanyi, menggambar, TPA setiap sore di masjid. aahh..

3. kalo masih ada yang berkomentar di status ini, "ahh saa, itulah jakarta, itulah kota A,B,C,D lalalala. maklum lah, kita nggak bisa membuat semua berubah. ya begitulah keadaaannya. *Intinya pasrah dan pesimis* iuh. kalo dari diri kita aja udah bilang begitu, yaa mana ada perubahan. kalo pemakluman terus aja meminta dimaklumi, kalo keadaan terus aja minta dimaklumi, kapan bisa keluar dari zona nyaman yang nyata2nya juga nggak nyaman. ". Jangan mainstream ah.

So, itu jeritan hari ini, hikmah hari ini, persis seperti jeritan yang disampaikan dua pemuda yang juga naik ke dalam bus kota setelah gadis mungil turun. Dua pemuda yang bagaikan seorang orator, berteriak tentang keluh kesah mereka hidup di kota besar yang penuh perjuangan. *ah balada pahlawan, hehe* tapi, ujung2nya minta duit untuk orasi mereka .

Oke, so apa yang kalian pikirkan dengan potret ini ?

"Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kau dustakan?" dalam hati lirih mengucap.