Minggu, 27 Oktober 2013

Belajar Menjaga Titipan-Nya



            Ini cerita pengalaman pertamaku hidup berbagi bersama makhluk Allah yang lain. Berbagi perhatian, berbagi kasih sayang, berbagi cinta, eitss.. kecuali berbagi makanan ya, karna jenis makanan kami berbeda hehehe. Berisik suara pompa air di dalam akuarium kini mengisi hari-hari dikontrakan, ikan-ikan imut dan lucu menari-nari kesana kemari di dalam air, terlihat cantik dipandang dari kaca bening. Hmmm… cukup menikmati aktivitas-aktivitas merawat ikan-ikan itu J. Walau terkadang parno sendiri, girang sendiri, ngomong sendiri (sebenernya ngajak ngomong si ikan sih!) sampai berkali-kali dibilang abangku, “jiaann…. nis, wis koyo wong edan tenan.” Bodo amat, batinku hehehe.

            Sebelumnya aku nggak pernah merasa se-excited ini memelihara hewan. Di rumah, ibu dan bapak gemati banget ternak ayam. Setiap pagi dan sore sudah ribut berteriak, “ning-niiiiinnnggg…. makan duluuu.”, “ning-niiiiiiinnggg… ayo masuuuukkkk udah mau maghrib.”, “ning-niiinnggg…. Bla bla bla bla.” You know what ? Ning-ning itu panggilan untuk ayam-ayam beliau. Hhhh… kadang aku suka ngiri sama si ning-ning, karna terkesan dimanja banget sama ibu-bapak, hahaha (ngiri kok sama ayam -_- ). Tapi begitulah, sejatinya hewan-hewan juga butuh perlakuan baik dari para tuannya. Mereka juga bisa merasa coy ! Kadang bersikap “manusiawi” (apa deh kata ganti manusiawi kalo buat ayam ? ayamiawi ? rodo mekso -_- ) kepada hewan-hewan peliharaan juga penting. Bagaimanapun mereka juga makhluk hidup, makhluknya Allah, dan mereka bersama kita bisa jadi sebagai bentuk Allah menitipkannya kepada kita. Iya, titipan Allah. Karena kita punya akal dan hati untuk berpikir dan merasa lebih dari makhluk hidup yang lain, maka kita pun dituntut hidup seimbang bersama mereka.

            Begitulah, pengamatan memperhatikan aktivitas ibu dan bapak memelihara hewan menjadi satu referensi lain bagiku merawat ikan-ikan ini. Ikan koi dan ikan komet sekarang mereka membersamaiku. Hahaha, berawal dari jalan-jalan ke pantai bersama kawan-kawan beberapa waktu lalu, dan tepat saat air laut surut, aku melihat ikan-ikan menggeliat bersembunyi di balik karang. Lucu dan menyenangkan ketika dilihat serta cukup untuk kembali menyegarkan pikiran yang penat. Sepulang dari sana aku berniat untuk pelihara ikan juga aahhh, kataku. Alhasil tanya kawan kesana kemari, dimana beli ikan? Jenis ikan hias apa aja yang bisa dipelihara? Harganya berapa? Cara ngerawatnya gimana? Jadi sedikit lebih bawel dari biasanya, hehehe. Awal memelihara ikan mas koki waktu itu, tak bertahan lama *sedih*, 7 ikan dari yang kubeli, hanya bertahan 3 ikan. Entahlah, maklum masih newbie jadi belum begitu lihai merawat mereka. Ada sih rasa kecewa tapi yaudahlah, “ikhlasin” aja. Mungkin aku yang belum begitu telaten merawat atau mungkin memang sudah kehendak Allah mengambil mereka kembali. Allah kan yang Maha Menghidupkan dan Mematikan (?). Aku pun mengubur mereka semua di tanah belakang kontrakan.

            Meski ada fase kecewa dan sedih karena merasa gagal menjaga titipan Allah, tapi aktivitas ini cukup menyenangkan. Kamu penat ? lihat akuarium dan perhatikan gerak-gerik mereka, tetiba suasana hati menjadi lebih rileks. Kamu capek ? lihat warna-warna ikan yang unik dan perhatikan bagaimana mereka mencoba berkomunikasi dengan kita, “minta makaann… minta makaann!” beri mereka makan, dan rasa lelah itu pun bertransformasi menjadi menyejukkan. J Berkesempatan menjalani aktivitas ini sebenarnya juga merupakan sebuah keberuntungan. Mengapa ? Karna ini bisa menjadi salah satu cara berdzikrullah. Memberi mereka makan, membersihkan tempat ia hidup, memperhatikan keadaannya, merawat kelayakan hidupnya, itu semua akan berujung pada pemahaman kita mengenai pentingnya menyeimbangkan kehidupan sesama makhluk hidup, sesame ciptaan Allah. Ketika ada dari mereka yang tak mampu bertahan dan memilih kembali pada penciptanya, itupun berujung pada pemahaman akan kebesaran-Nya. Allah lah yang berkehendak, Allah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk-Nya.

            Seperti pagi ini, aku mendapati ikan koi yang paling aku sukai karna bentuk dan warnanya yang cantik, ikan koi jenis Ogon (warna kuning metalik) terlihat lemah tak berdaya. Bernafas namun tak sanggup mengepakkan siripnya untuk berenang. Nggak tegaaaa L … aku langsung sigap membereskan kondisi akuariumnya, dan memberi makan. Tapi ia tetap tak sanggup bergerak, hanya mengikuti arus air yang mengayunkan tubuhnya yang layu. Huaaaaa… you know ? saat itu pula aku merasa perasaanku remuk dengan sedikit ekspresi lebay (dalam konteks pelihara2 hewan yaaa..). Aku hanya terus memperhatikannya sambil tak henti mengajaknya berkomunikasi. “Ogoonn… bertahanlah… kamu harus kuat ogooonn… kamu cantik, kamu pasti kuat berenang lagi, ayo ogon gerakin siripmu…”, (jangan bayangkan seperti apa aku mengajaknya bicara seperti ini! Dangerous!). Kalian tau ? bahwa hewan termasuk ikan juga membutuhkan sugesti positif dari para tuannya. Untuk apa ? Aku hanya meyakini bahwa mereka akan merasakan, merasa bahwa yang merawatnya selama ini juga merawat dengan hati, bukan sekedar rutinitas. Aku meyakini bahwa mereka pasti juga memahami bahwa tuannya juga mampu mengajaknya berkomunikasi (walau bahasa kami berbeda). Aku meyakini bahwa mereka akan paham ada upaya-upaya manusia untuk saling berbagi kehidupan bersama mereka. Aku meyakini dari sana pula energi-energi positif akan mengalir pada mereka dan membuat mereka tetap ingin bertahan bersama kami (manusia) sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya.

            Aku tak tau bagaimana progress si Ogon hingga detik ini, karna aku meninggalkannya di kontrakan sementara waktu. Apakah ia tetap bertahan ? atau memilih untuk mencari kehidupan bersama pencipta-Nya di sana L. Semua baik. Semua yang terjadi padanya aku rasa itu yang terbaik. Ya, karna dari sini kemudian aku bisa memahami, memang hanya DIA lah Sang Menghidupkan dan Mematikan. Ogoonn, terimakasih sudah membuat hari-hari penat ku beberapa hari ini menjadi lebih rileks setiap kali memperhatikan gerik mu, selalu membantuku untuk paham bagaimana pentingnya menjaga suatu amanah, *nangis beneran*. Ahh… lebay nih gue ! Gimana donk nih ah, udah terlanjur jatuh cinta sama si Ogon, aku nya juga terlalu sensitip nih ah. Baik-baik ya ikan-ikan ku semua. Pun pada akhirnya ini lah salah satu titik cara pula untuk belajar ikhlas, kita merawat, kita menjaga, namun tetap kehendak Pencipta itu tak akan mungkin bisa dilawan.

            Ya, pada akhirnya pula memelihara makhluk hidup Allah yang lain adalah proses belajar pula untuk manusia. Subhanallah… Alhamdulillah… Allahu Akbar. Begitu banyak hal begitu banyak cara begitu banyak ilmu dan pelajaran bisa kita kumpulkan serpihan-serpihannya yang tercecer untuk disatukan menjadi hakikat Ma’rifatullah.


*masih galau banget mikirin si Ogon L L L L L … ayooo, ikhlas…*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar