Kamis, 18 April 2013

Wae Lolos, Flores, NTT :')


Yeeeaahh !! Sampai juga di tanah Manggarai ^_^ Flores Im in Love start from 10 July 2013 :-*





Maap maap nih. disana kagak ada angkot cuy ! taksi apalagi... adanya Otto cuy ! nih... alias TRUK yang disulap jadi angkutan manusia. Tau gimana cara naiknya ??? manjat-manjat ban cuy ! ^0^



And this is Tua Golo's House :D and the original House of Wae Lolos, Manggarai Barat, Flores.



Senyum mereka senyum bahagia kami :) . Langgo's kids 



And this !! Langgo's Village ^0^. Dusun yang letaknya paling atas di Desa Wae Lolos. Dari sini bisa lihat secara LIVE pegunungan hijau nan perawan asli Flores loh !






Cunca !!! Air terjun dalam bahasa Manggarai itu disebut Cunca :D . Musti tau kalo air terjun di Flores itu keren-keren ! masih perawan banget :-O ... its so beautiful Waterfall :)
Cunca Rami :) The most beautiful waterfall of Wae Lolos. You must Go there guys :) . 




You can swimming there. But so cold... Cunca Rami :)

Gerbang utama Desa Wae Lolos :) masih harus jalan sekitar 30 menit menuju Dusun Langgo,  1,5-2jam menuju Dusun Rangat dan 2-2,5jam menuju Dusun Ndengo (dusun paling bawah)



Ciyaaaaaatttt.... lempaarrr batunyaaaa kiiiddsss :D . Nggak usah pulang ganti bajunyaaa -_____-" . Maen Batu Loncat di Danau Sano Nggoang ^0^


tak tak dung dung tak tak dung dung tak tak dung dung... begitu bunyi iringan musiknya :). Ine... rinduuuu :')




Ame dan Ine Hasan :') yang selalu aku repotkan... rindu ini masih  hinggap hingga di ubun-ubun. Rindu suasana rumah setiap pagi bercengkerama bersama kopi. Ame yang selalu beri petuah dan nasehat, yang bercanda dan selalu menggoda Ine membuatku tertawa geli. Ahh.. romantis sekali ame ini :p. Ameeeeee... rindu.  Ame ini salah satu dari 5 Tua Golo di Wae Lolos :)



Kiiiiiiiddddddsssss :D :-* :-* :-*

Rabu, 17 April 2013

Lingkaran Cinta. (Masih Tanggal 14 Bulan 4)

16 April 2013, 8.00 a.m
Pagiiii… berlari terbang bersama kabut tipis dan udara sejuk pegunungan. Seperti burung yang bebas mengepakkan sayapnya dan mencari nikmat pagi bersama udara ! Huaaahh… aku pun seolah berlari sekonyong-konyong mencari nikmat pagi bersama CINTA J . Sementara matahari masih malu-malu menampakkan dirinya, pegunungan yang berbaris rapi seolah siap untuk upacara pagi dan menyambut indahnya hari, lalu lalang orang-orang mulia bersemangat hendak mencari segumpal kenikmatan untuk orang yang kan mereka temui dirumah sore nanti.

Pagiiii… aku bertemu kalian kembali di lingkaran cinta ini J. Mengais asa dan menelaah cinta dari Sang Maha Cinta. Wajah-wajah cerah nan asri seasri syurga, jiwa-jiwa yang hangat dan penuh cinta karena ukhuwah lillah, diri-diri yang mencoba mengeja dosa dan belajar berbagai kisah untuk dijadikan ilmu bekal ke jannahNYA. Dengan tertib dan mandiri memulai majelis ilmu pagi yang semoga berkah dan dinaungi keridhoanNYA. Di sela menunggu gurunda yang tiada kunjung tiba, mereka hening dengan seksama mencoba mencari kata dan ucapkan serangkai doa cinta J. Aku mencoba bersikap biasa saja atas kejutan pagi ini, hanya tersenyum tak banyak kata. Mendengar satu per satu doa cinta yang mereka haturkan. Semoga Allah mengembalikan doa itu untuk kalian, saudariku J.

Aahhhh… banyak sekali dari mereka menyebut doa tentang satu bentuk “rezeki”. Aku seraya malu dan memerah diujung pipi. Mendengar doa itu terucap sementara mereka dengan teramat penuh cinta menyampaikan, berharap Allah meng-ijabah. Ya, mungkin memang sudah saatnya. Sebuah “rezeki” diihktiarkan, melalui doa.

Istiqomah. Sabar. Sholihah. Dewasa. Semoga kita juga senantiasa terus belajar menggapainya.

Salah seorang saudari berceletuk tentang sebuah nasehat. Katanya, “kata Ustadz Sholihun (Pengasuh PPM IC Seturan), Doa yang baik adalah doa yang selaras antara kehendak kita dan kehendak Allah. Artinya, bahwa doa yang kita ucap sesungguhnya berawal dari kehendak Allah karena kita merasa mampu untuk menggapainya karena ridho Allah.” Kurang lebih begitu intinya. Ya, doa kita alangkah baiknya sesuai dengan kehendak Allah. Agar tiada kecewa dan protes atas berbagai nikmat yang IA berikan, apapun bentuknya J.
Sebelumnya si gadis penuh inspirasi, menyampaikan doa yang cetar membahana dan menjadi quote of the day hari ini di lingkaran cinta kami. Katanya, “Semoga kelak orang yang mencintai kita adalah orang yang mencintai kita karenaNYA, bukan karena imajinasinya mendapatkan istri sholihah semata.” Semoga Allah istiqomahkan kita menjadi pribadi yang senantiasa memperbaiki diri, batinku. Merasa tertampar dengan doa itu, aku merasa masih jauh dari sholihah. Rabb… istiqomahkan kami untuk menjadi wanita seanggun Khadijah, secerdas Aisyah, dan setangguh serta sesabar Fatimah. Aamiin.

Ahh… rasanya rasa cintaku meluap-meluap pagi ini kepada kalian. Persis ketika dipertemukan pertama kali kita disatukan J. Merasa Rabithah begitu deras mengalir dalam sanubari. Sekencang seruan Rabithah pula saat itu aku jatuh cinta di lingkaran cinta bersama kalian. Ukhti… Aku Mencintai kalian, Fillah :’) .

*Ohya! Hei … Kalian masih punya hutang, Gals! Nota Pengambilan barang akan segera ku serahkan dan kutagih :-P. Ini siapa yang pelupa, sementara sudah siap dan rapi dikamar (katanya) ?? :'p



16 April 2013, 01.00 p.m

Berjalan lunglai, dengan kepala pening serasa berputar-putar menaiki bianglala. Tergontai langkah kaki menuju mushola. Lagi. Lupa memberi hak pada perut yang sudah berdendang syahdu. Nanti dulu, sholat mau ditunaikan dahulu. Nyess… selalu merasakan “nyess” setiap kali memasuki mushola penuh kisah ini. Nyaman J. Di pojok dekat jendela duduk seorang gadis, antusias melihatku datang kemudian menyapaku. Tak banyak cakap dulu, aku bergegas mengambil wudhu. Sholat dan memanjatkan doa yang selalu coba kuhayati setiap yang terucap. Kembali duduk, disebelah gadis tadi. Ada titipan, katanya. Aku mengernyit. Titipan apa? Ia keluarkan sesuatu dari dalam tas kecil nya. Kulihat sebungkus bentuk persegi dengan motif bunga. Dari siapa? Dari Hamba Allah, katanya.

Kepada Hamba Allah yang dengan senang hati memberi buku ini, terimakasih. Buku sudah hampir habis ku baca. Cukup menikmati setiap kata yang menjuntai di barisan-barisan paragraf yang tercetak. Rangkaian kata yang begitu apik. Terimakasih.

~Selalu antusias ketika ada kesempatan diberi buku oleh siapapun. J



16 April 2013, 7.50 p.m
Kepala masih pening, padahal perut sudah terisi. Sepulang meninabobokan ponakan digendongan hingga tertidur lelap, lalu bersiap untuk diculik oleh segerombolan orang yang mendadak dan memaksa untuk ikut mereka pergi. Halaahh… modus! Hahaha… yasudah lah, aku tak mau menghancurkan rencana baik sahabat-sahabatku lagi. Setelah kemarin ahad, terpaksa aku menghancurkan rencana baik “geng kece cihuy” di kajian mingguan masjid Mardliyah :-p. Sengaja tak memberitau mereka kalau aku kembali “mendaki gunung”. Hahahaha.

Dengan segera masuk ke mobil sementara badan masih gontai. Setiba di lokasi, kami bermain “masangin” dengan asiknya. Lucu-lucuan saja. Sampai pada giliranku, mata ku ditutup dengan slayer dan berjalan mencoba membelah dua pohon kembar di tengah lapangan. Tapi aneh, sepertinya aku dikerjai. Mereka mengajak berputar-putar tak menentu. Hei, kepala pusing hei! Lagi pening hei ! Memaksa untuk meminta dibuka mata, tapi selalu dicegah. Hmmm.. dasar scenario, dikira aku tak curiga ?? Entah apa yang mereka lakukan, ketika ku buka mata, kue, lilin dan sebungkus kado besar ada dihadapan mata, dan mereka cengingisan.

“Kurang kembang api cuy!” celetukku kesal. Mereka meminta ku berdoa dan meniup lilinnya. Aku tak mau meniup lilinnya, akhirnya kutepuk-tepukkan tangan hingga api nya redup. Beberapa saat kemudian ternyata kembang api meletup-letup diatas langit. Eeemmmm…. Cantiiikkk J .
Hei ! Konco kentel nganti raiso di ubleg-ubleg ! Hampir 6 tahun cuy kita masih awet-awet aja yak relationshipnya, hahaha :-p. Thanks for Surprise… for Gift-Doraemon… for fireworks *yang kalian aku-akuin, hah!*... dan untuk doa yang kalian lantunkan. Semoga doa juga kembali untuk kalian. Love You Fillah, cuy!

Lys… jadi kapan jadwal ngaji bareng kita, haa??? :-/ Yang lain mau ikut gaa, haa?? J

17 April 2013, 03.00 p.m

Dan untuk sebungkus kado yang secara mendadak diberikan ketika aku mengantar ia pulang.
Terimakasih, telah menemani hari-hari ku di perpus. Mendengar keluh kesah skripsi yang tengah diperjuangkan bersama. Hadiah yang cantik, jilbab abu-abu dan bros bunga abu-abu, yang sepertinya akan sulit kucari pasangan baju atau gamis untuk ku kenakan. Semoga ada rezeki suatu hari, jadi bisa kubelikan pasangannya agar ia tak sendiri. Hehehe. Terimakasih atas ucapan yang luar biasa J.

“Untuk saudariku, Nisa. Bertambah satu usiamu semoga bertambah pula kedewasaanmu. Nis, tahun ini mungkin akan banyak kejutan yang datang silih berganti. Begitupun dengan orang-orang yang ada di sekitarmu saat ini, pun akan datang dan pergi. Doaku, semoga kamu selalu dikelilingi oleh orang-orang yang sholihah. Untuk TA mu semoga Allah memberi jalan yang terbaik ya. Semoga dosenmu bisa seirama dengan jadwal dan jalan fikiranmu. Semoga kamu dipermudah dalam pencarian dan pengumpulan data. Semoga ide-ide cemerlang mengalir deras ketika proses penulisan. Keep istiqomah ya. Tambah lagi tingkat kesabaranmu. Hati-hati dalam melangkah dan bertindak. Tawadhu dan rendah hati dalam menjalani hari. Oke nis J.
Tulisan jelek sih gamasalah,
Asal bukan jelek hatinya hohoho.”

Aamiin. Semoga Allah juga mengembalikan doa tersebut untukmu J.

~tetiba mellow, karena mungkin tak lama lagi mereka-mereka yang turut berjuang bersama di kampus, satu per satu akan pergi ke halaman masing-masing. Baca Rabithah kenceng-kenceng!! L

Senin, 15 April 2013

Universitas Kehidupan #2 : Lilin-Lilin Inspirasi





            Cahaya nya laksana surya
Menjadi penerang seisi dunia
            Penggerak langkah manusia
            Dengan segenggam cinta dan cita
            Untuk agama dan bangsa yang mulia
           
            Sehari yang lalu genap “dua puluh dua tahun” usia ku. Momen yang kan terulang setiap tahun di tanggal 14 bulan ke empat. Allah telah menyiapkan segalanya. Ya, telah ia siapkan untukku menyelami usia yang semakin bertambah dan jatah hidup yang semakin berkurang ini. Seperti biasa, di setiap momen ini ibu selalu mendatangi kamarku lebih dulu sebelum aku terbangun, mengecup keningku, dan berbaring di sebelahku dan memelukku sembari berkata, “selamat ulang tahun nduk, jadi anak sholihah dan… bla bla bla.” Sayup-sayup aku mendengarnya karna masih dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar.

            Dalam sandaran pelukan ibu, sayup juga terdengar toak (speaker) masjid bersuara dari kejauhan. “Innalillahi… wainnailaihi roji’un….” Sekejap mataku terbelalak dan menyimak seksama pengumuman masjid itu. Singkat cerita, pagi sekitar jam 10 aku bersama ibu pergi takziah ke kediaman yang tengah berduka. Allah memang sayang aku #mataberkaca. Bagaimana tidak ?? Di momen mengulang tanggal lahirku ini Allah mempersiapkan sesuatu, peringatan. Ya, sebuah peringatan sekaligus kabar gembira. Sebuah peringatan bahwa artinya usia seseorang itu tiada yang tau, bisa jadi kapan saja Allah mengambil kita. Kapan saja. Saat ini memang aku tengah bertambah usia, tapi jelas jatah hidup di dunia ini untukku pasti berkurang. Lalu, hal apa saja yang telah kamu perbuat di dunia ????? Sudah siap jika suatu saat tiba-tiba malaikat izrail datang menjemput ?? #jleb. Aku tengah berdialog sendiri dengan jiwaku.

            Dan sebuah kabar gembira, Allah masih memberi kesempatan untuk menghirup dan menghela nafas dengan nikmat. Sungguh kenikmatan yang tiada terkira. Allah masih memberikan waktu untuk memperbaiki diri, dan memberi kesempatan untuk bisa saling berbagi. Berbagi kebaikan di tengah gejolak dunia yang semakin tak bermoral. Lalu, bagaimana kamu bisa memanfaatkan sisa-sisa waktu dan kesempatan itu ??? #jleblagi. Sementara kadang masih sangat egois. “Allah…….” Seruku lirih dengan segudang evaluasi diri.

            “Bekerja untuk umat, Bekerja untuk Allah.” ß banyak cara yang bisa kita lakukan untuk hal itu. Hal sekecil apapun tetapi ketika ia memiliki nilai dan pengaruh yang besar, maka tetap saja ia hal yang bermanfaat. Tidak harus langsung berbuat hal besar jika manfaatnya tak terasa, namun ketika hal-hal kecil yang bernilai manfaat jika kita lakukan secara disiplin dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak ia akan bernilai besar dan kita pula yang akan menikmatinya. Menjadi lilin-lilin kecil (ditemani lagu Lilin-Lilin Kecil by Chrisye), lilin-lilin yang menginspirasi.

            Dan kau lilin-lilin kecil… sanggupkah kau mengganti
            Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya…
            Dan kau lilin-lilin kecil… sanggupkah kau berpijar
            Sanggupkah kau menyengat seisi dunia…
           
            Dan aku tersentil menikmati makna setiap liriknya J . Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya ? sanggupkah kau berpijar dan memberi semangat untuk seisi dunia ? Sanggupkah aku ?? “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” QS. Ar Ra-d ayat 11. Semua berawal dari niat diselipkan usaha dan diiringi doa. Optimisme diri menjadi modal utama ketika serangkaian usaha telah direncanakan. Memandang realitas dengan berjuta hambatan pun sirna ketika yakin Allah akan memberi jalan, Allah bersama kita. Kuat bersama Allah (quote yang selalu digaungkan saudari diujung sana J ).

            Beberapa jam yang lalu aku mendengarkan pidato Anies Baswedan melalui layar televisi. Sungguh keberuntungan yang direncanakanNya, dengan sigap semangat aku mendengarnya seksama. Selalu antusias ketika tokoh pendidikan ini berbicara tentang pendidikan dan pengabdian. Ya, dia kelak yang akan menjadi narasumber untuk calon mahakarya akademis ku. Banyak hal yang beliau sampaikan tentang problematika pendidikan bahkan optimism pendidikan. Dari banyak hal itu kemudian dapat ku ambil berbagai makna.

            Kita hidup di dunia sesungguhnya untuk kebutuhan siapa ? Walau kita bekerja dan mengabdi ke sana kemari, toh pada akhirnya kita juga yang merasakan butuh dan merasakan hasilnya. Ada hubungan kausalitas di sana. Ada hubungan timbal balik, yang terkadang tanpa disengaja kita rasakan manfaatnya. Kita di didik sedari kecil untuk memahami berbagai hal. Di sekolahkan oleh orangtua, agar otak kita tergerak untuk berpikir cerdas secara simultan. Namun, dibalik ketika kita sedang terdidik, siapakah yang berperan besar dalam pendidikan itu ? Guru. Dan masalah guru inilah yang tengah menjadi problematika yang harus dibereskan segera di Indonesia. Guru adalah komponen utama dalam pendidikan. Eksistensi dan kualitasnya dipertanggungjawabkan. Mungkin guru hanya jabatan kecil dibanding pejabat dan konglomerat. Tetapi guru adalah salah satu contoh lilin-lilin kecil yang menginspirasi. Dan setiap manusia adalah guru, sadar atau tidak sadar.

            Mengapa kita disebut guru ? Walaupun secara resmi dalam dokumen PNS tidak ada nama kita disana.

Kita adalah “role model” masyarakat di sekitar kita, di lingkungan dimana kita berada. Selama 24 jam kita menjadi contoh bagi orang-orang di sekitar kita, sadar atau tidak sadar. Keterlibatan kita di masyarakat merupakan fasilitas mengajar tanpa biaya. Terjun langsung di tengah aktivitas keseharian bukan hanya sarana mengembangkan potensi dalam diri kita. Egois jika ternyata hanya berpikir sedangkal itu. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kemudian kita mampu memberikan contoh yang baik, saling berbagi kebaikan dan manfaat kepada yang lain. Masa depan juga bergantung pada sikap dan tingkah kita sehari-hari. Apa yang kita lakukan apa yang kita kerjakan adalah yang akan dicontoh masyarakat, anak cucu, generasi penerus perjuangan Rasulullah. Mampukah kita memberi inspirasi bagi mereka ?

Maka dari itulah kenapa kemudian aku sebut bahwa kita lah Lilin-Lilin Inspirasi itu. Karena kita adalah Guru, Guru bagi mereka, Guru bagi diri kita. Teringat cerita yang dikisahkan oleh salah satu Pengajar Muda yang ditugaskan menjadi pendidik disalah satu pelosok negeri. Dengan segala keterbatasan dan realita yang dihadapkan, ia mampu bertahan untuk senantiasa mengajar anak-anak sekolah di Sekolah Dasar. Optimisme dan Keberanian yang akhirnya mampu menebas segala kesulitan yang dihadapkan dilapangan. Mungkin sejenak kadang berpikir, jika tidak bertahan dengan segala keterbatasan ini, apakah diri hanya akan menjadi beban masyarakat ? Atau memutuskan bangkit dan menjadi pelita di tengah kegelapan masyarakat akan keterbatasan ? Bersyukurlah heiii… kalian yang hidupnya enak-enak dan segala ada di depan mata ! Mereka adalah satu contoh lilin-lilin inspirasi bagi masyarakat sekitar yang kemudian mampu menerangi daerah mereka dengan mimpi dan harapan. Mereka hanya melakukan hal yang secara kasat mata adalah hal kecil, namun dibalik hal kecil itu tersimpan berjuta inspirasi dan semangat yang teralirkan dalam urat nadi. Jauh-jauh datang dari kota hanya untuk mengajar di daerah pelosok, untuk apa kalau bukan karna mengabdi dan berbagi kebaikan? Jika masyarakat tidak tergerak oleh semangat mengabdi mereka, lalu apa kesan yang bisa mereka rasakan terhadapnya? Itu satu contoh.

Kita hidup di dunia adalah untuk mengabdi. Mengabdi Lillah, Fillah, Billah dimanapun dan apapun bentuk pengabdiannya. Maka, hanya orang-orang yang merugi yang hanya mampu berdiam diri sementara manusia yang lain tengah sibuk berbagi kepada insan duniawi untuk keberkahan surgawi. Toh, pada dasarnya kita juga yang membutuhkan kesibukan itu. Kesibukan berbagi dan bermanfaat bagi yang lain. Untuk apa ? Untuk Ridha Allah Ta’ala. Menjadi “role model” manusia yang lain dengan sikap dan sifat yang mulia, adalah optimisme bagi sebuah kehidupan yang mulia pula. Menjadi lilin-lilin kecil yang menginspirasi adalah langkah untuk berbagi kebaikan di bumi, memberi pencerahan dan motivasi untuk perbaikan insani. Ia diam dalam keheningan, namun cahayanya mampu memberikan sinar terang dan kehangatan di tengah sepinya dunia yang penuh fiksi. Maka berikanlah cahaya kemanfaatan bagi yang lain,walau hanya setitik tinta namun berwarna-warni penuh inspirasi. Menebar kebaikan selagi masih diberi waktu dan kesempatan. Memperbaiki diri selagi masih memiliki sarana untuk berbagi.

Jangan egois, pikirkan lah sekitarmu. Bahwa  kebaikan-kebaikan tersebar disana untuk kau rangkul dan kau bagi dengan akhlak yang membungkus diri J. #NoteToMySelf

~Inspirasi adalah kekuatan motivasi yang memiliki pengaruh dan nilai besar dalam hidup. Jadilah Lilin-Lilin yang menginspirasidan memberi cahaya J.~

~Dan kuucapkan terimakasih atas doa-doa kalian yang sempat mendoakanku ditengah sujud kalian, mendoakan usiaku yang kemarin bertambah. Dering SMS yang tak henti dari pukul 01.00 dini hari kemarin hingga siang tadi. Juga di jendela maya yang mungkin masih ada yang belum sempat ku balas, terimakasih :’). Semoga doa-doa itu juga berlaku untuk kalian, berbalik untuk kalian. Ini ku dedikasikan untuk kalian Sang Lilin-Lilin Inspirasi yang kelak siap berkontribusi untuk negeri yang lebih mulia.~


Dan biarlah kita berlelah-lelah di dunia, karena syurga adalah sebaik-baik tempat beristirahat dan kembali.

Kamis, 11 April 2013

Ketika Mas Dosen Pergi





Inilah kisah mahasiswa tingkat akhir dengan seabrek curahan hati…

          Aneh, suasana perpustakaan hari ini seperti pasar malam. Ramai tapi tak bising. Biasanya pasar itu ramai kan, dan suasana malam itu sunyi kan, pas ! Aku sembari mengibas-ibaskan kain jilbab yang basah kuyup hanya bisa tercengang melihat pemandangan ini. “Aiiisshh… kenapa penuh sekali” gumamku. Ada satu tempat duduk tak berpenghuni akhirnya kuputuskan untuk ku kuasai sejenak. Ku taruh tas dan jaket yang juga ikut basah karena hujan, lalu ku pergi ke ruang belakang perpus. Berharap masih ada space untuk bisa ku singgahi.

          “Ohhh Tuhan….” kecewaku melihat kursi tak ada space sedikitpun untukku.
          Berbalik arah lah aku menuju kursi dimana tas dan jaket kubiarkan tergeletak begitu saja disana. “Loh, mbak nggak jadi merpus?” sapa seorang adik angkatan yang tetiba nongol dihadapanku. “Hhaa.. mau diluar aja dek. Nggak ada space sama sekali buat merpus” kataku.

“Hahaha… maklum mbak lagi pada mid semester. Semangat mbak!” Hhhhfftt…. kata Semangat yang keluar dari mulut mereka itu kadang bikin sebel di saat-saat seperti ini. Kalau nggak semangat, dari pagi tadi tak perlu lah ku niatkan merpus. Raawwwrrr… lagi sensitif.

          Ini bukan masalah karna kampus sedang melalui ujian hidup yang dinamakan “mid semester” (ahh… tetiba ingat seabrek tugas take home yang langganan dosen berikan setiap ujian hidup ini datang), tapi ini masalah “kenapa ruangan di bagian skripsi juga penuh sesak?? Pada kebelet lulus atau apa nih? Buru-buru amat.” Nggak sadar diri kalau dirinya sendiri juga pengin buruan melangkah pergi dari kampus ini dengan mahakarya mumpuni. Asik :p. Akhirnya kuraih tas gendong dan jaket ku kemudian melaju pergi sembari menatap sinis ruangan perpus kala itu. Kadang, di usia akhir mahasiswa sepertiku ini ego bahwa perpus lebih berhak disinggahi mahasiswa-mahasiswa skripsi itu lebih penting daripada mahasiswa lain. Hahahaha.

Tengak-tengok kanan-kiri atas-bawah ke arah ruangan di dalam gedung bertingkat 5 ini, mencari posisi oke nan pewe untuk berkutat bersama Microsoft word. Nah, kutemukan.

          --------------------------------------------------------------------------------------
          Dengan dahi terus mengernyit aku mencoba memahami apa yang disampaikan dosen pembimbing (selanjutnya dipanggil “Mas Dosen” biar lebih keren sedikit) tentang kerangka tulisan calon mahakaryaku ini. Sesekali aku mengangguk mengerti, tapi lebih sering aku mengernyit tak memahami, ku timpali saja “maksudnya gimana ya, mas?” lalu Mas Dosen kembali menjelaskan dan aku mengerti. Seketika aku seolah bersinar setelah berdiskusi panjang dengan Mas Dosen saat itu. Seperti mendapat sekodi bohlam lampu lalu ku pasang seluruhnya di langit-langit kamar, teraangg. Yap! Aku dapat pencerahan untuk menulis seperti apa besok skripsiku ini.

          Sigap, sebelum menutup halaqah bersama Mas Dosen ini aku segera membuat janji untuk pekan depan. “Pekan depan luang hari apa, mas? Saya mau beri progress hasil diskusi ini nanti.” dengan penuh semangat, tanpa basa-basi.

          “Hmm… kebetulan dua minggu ke depan saya ada tugas ke luar negeri. Jadi, untuk sementara kita belum bisa bertemu, setelah saya pulang baru kita bisa buat janji lagi.” katanya santai.

          Dua minggu ya?? Agak melongo dan tak taulah, hanya saja ketika beliau berkata dua minggu itu terasa lama sekali. Belum lagi, beliau bilang, setelah pulang baru kita bisa buat janji lagi, seolah buat janji dengan beliau itu mudah. Ohhh… Oke, tak mau kalah akhirnya aku melontarkan saran “bagaimana kalau bimbingan via email mas? Nanti saya kirimkan progress saya via email” timpalku.

          “Begitu juga boleh. Nanti kalau sempat akan saya baca” jawabnya santai tanpa rasa belas kasihan sedikitpun kepadaku.

          “Nanti kalau sempat akan saya baca…” kalimat itu… bikin geregetan mendengarnya. “Ya, harus sempat dibaca donk, mas. Ini kan juga demi kelulusan anak didikmu.” protesku dalam hati. Akhirnya DEAL, progress tulisan dua pekan depan didiskusikan via email. Memang dasarnya aku yang segala hal ingin perfect, masih mengganjal di tinggal pergi Mas Dosen selama dua minggu ke luar negeri. Hmmm…

          --------------------------------------------------------------------------------------
          Dalam keadaan masih basah kuyup, akhirnya aku duduk tenang di kursi yang kupilih tak jauh dari perpus dimana biasa aku tongkrongi. Masih heran dengan perpus yang penuh sesak sampai-sampai tidak ada space lagi untukku, berharap satu per satu orang di dalamnya keluar menyisakan sedikit tempat untukku. “Dodooll… di luar hujan deras buukk.. mana ada yang mau keluar” hhhh… oke aku menyerah.

          Dua minggu berlalu setelah halaqah terakhir yang paling mencerahkan bersama dosbingku. Belum sempat aku menghubungi beliau lagi menanyakan terkait progress yang ingin aku dapat tanggapan dan respon Mas Dosen. Ku ambil HP dari dalam tas ku, berniat SMS beliau dan membuat janji bertemu. Seketika dengan gemulai jari mulai menari-nari di atas tombol dan membentuk kalimat per kalimat.

          “Assalamualaykum Mas, pekan depan ada waktu luang tidak ? Saya ingin diskusi terkait progress yang sudah saya buat. Terimakasih.” bunyi isi SMS untuk Mas Dosen dengan tak lupa mengucapkan terimakasih sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa beliau membimbing selama ini. Bijak. #pasangmukasok

          Gayung bersambut. SMS pun di balas, tumben lebih cepat dari biasanya, Alhamdulillah… hawa-hawanya bakal ada respon menyenangkan nih.

          “Maaf, dua pekan ke depan saya full hingga tanggal 20, saya ada acara workshop di jogja-jakarta jadi belum ada waktu lagi untuk bertemu”

          OH NOOOOO !! Semakin lemas dan mood berasa anjlok dari ketinggian seribu kaki seketika membaca balasan SMS itu. Lagi. Ditinggal pergi Mas Dosen selama dua minggu. Ya Rabb… tanpa sadar kepala sudah dalam keadaan “ndlosoor” di atas meja. Nggak ! Nggak boleh putus asa, terus berusaha ! Amunisi yang biasa aku lontarkan saat dalam keadaan seperti ini akhirnya ku keluarkan lagi.

          “Kalau begitu, beberapa hal yang ingin saya tanyakan saya kirim via email saja ya, mas ?” berharap setidaknya beliau berkata, “Insya Allah, nanti saya baca dan beri komentar”

          Akan tetapi…. “Saya baru bisa baca ya setelah tanggal 20 itu”  ternyata memang benar, harusnya dari awal kita berharapnya sama Allah saja, jangan sama Mas Dosen -,-‘ .

          Gusti… paringono kekuatan lan kesabaran. Keadaan sedang tidak fit ditambah kehujanan dan basah kuyup dibumbui kecewa tak mendapat space oke di dalam perpus lalu di seasoning (bahasa chef) dengan kenyataan seperti ini. Ohhh… betapaaaaaaaaaa… apalah daya, mungkin benar omongan orang di luar sana, kelulusan mahasiswa tergantung dari luang atau tidaknya waktu mereka untuk kita. Kalau saja aku terindoktrinasi dengan statement itu, hmmm… protes habis-habisan lah aku ke Mas Dosen. Tapi, Hei ! Mas Dosen itu juga manusia kaliiiikk… beliau juga memiliki kesibukan lain, tak hanya mengurusi kita anak didiknya. Yayaya… aku paham. Aku maklum.

          Dan ya, di balik skenario pasti ada skenario. Allah mendatangkan ujian seperti ini bukan tanpa makna, pasti ada ibrah yang bisa diambil. Mungkin Allah meminta aku untuk lebih mendalami materi dan mempelajari apa yang menjadi calon mahakaryaku ini. Atau Allah meminta aku untuk yaa… mencicil data-data dengan cara yang lain agar bisa mulai mengantongi sejumlah bahan. Bisa jadi, Allah juga memintaku untuk lebih berusaha keras sehingga tak lengah ketika dihadapkan pada kondisi-kondisi seperti ini. Mengejar Mas Dosen hingga ke ujung dunia #lebay. Dan yang pasti, Allah tengah menguji kesabaran agar aku lebih menghargai setiap waktu dan mampu memanfaatkan waktu itu untuk tetap produktif. Ternyata.

          Inilah nikmatnya melalui sebuah proses. Dinamika mendakin gunung.. lewati lembah.. (soundtrack Ninja Hatori) akan dilewati. Bolehlah kadang kita berada di puncak, tapi boleh juga lah merasakan sensasinya ketika di bawah. Kata kawan “udaahh… nikmati aja…”. Ya, akan ku nikmati selagi bisa ku nikmati. Toh, kenikmatan akan sebuah hasil dari jerih payah selama ini juga akan kurasakan nanti #senyumperi.

          Intinya, Allah itu adil kok. Proses seperti ini juga merupakan suatu pembelajaran untuk kita bisa semakin berkembang. Mencoba berprasangka baik, terkhusus kepada Allah, adalah hikmah lain yang bisa dipetik. “Ya… mungkin Allah punya rencana lain Ketika Mas Dosen Pergi..”.

          Cintai lah prosesnya. Karena dibalik skenario akan ada skenario, yang mungkin lebih indah dan bermanfaat bagi kita. Gusti mboten sare …

#KeepHusnudzon 


Rabu, 10 April 2013

Dan Waktu Terus Melaju



Alunan musik gerimis terdengar merdu
menemani malam yang penuh rindu
di sini, asa dan harapan beradu
mengadu sendu pada waktu

ternyata malam ini segera membawa pagi
detak jam dinding turut bernyanyi
lagi, sebuah asa dan harapan berkompetisi
menghuni jiwa untuk segera di eksekusi

ternyata pagi lebih cepat melaju
diiringi kicauan burung di pohon randu
sungguh, diri masih terasa kurang mampu
berbagi manfaat sementara usia sampai kapan, tak tahu

banyak gejolak menanti pagi
namun diri kadang menolak waktu segera pergi
ini, merasa persiapan dan kurang evaluasi
dan akhirnya berlalu tanpa makna dan isi

ternyata waktu terus melaju
dan usia semakin membiru
kini, asa dan harapan mulai mengadu
kapan aku engkau tuju ?

seperti tengah berada di sebuah telaga
di dalam perahu dan diam menguntai makna
mencoba mengail harapan dan menjala asa
menggapai cita dengan taqwa

dan waktu terus melaju
tak tahu dimana terminal waktu berhenti berlabuh
dalam hening dan gerimis malam mulai berseru
kelak kail dan jala meraih asa dan harapan penuh rindu

sementara deadline semakin dekat
bergerak cepat
terikat erat
tak mungkin lepas, dan semakin dekat

~evaluasi menjelang 22 tahun berlari mengejar waktu, menggapai asa dan cita~

Selasa, 09 April 2013

Universitas Kehidupan #1


Sore ini, bosan terus-menerus bercengkerama dengan seisi perpustakaan aku melaju menuju sebuah kawasan untuk menemui “gurunda”ku. Ya, memang hari ini aku ada janji dengannya. Singkat cerita aku mulai pembicaraan sesuka hati ku begitu saja (seperti biasa, bercerita seolah asik sendiri dan tak terasa sudah habis beribu-ribu karakter kata, mungkin). Aku asik berdiskusi tentang berbagai peristiwa akhir-akhir ini. Gurunda ku yang memang sudah sepatutnya memberi tanggapan ke sana ke mari sepertinya juga asik dengan apa yang ia bicarakan J. Sesekali aku mengangguk mengerti, tapi kadang aku juga sering menimpali, hehe. Ternyata, tanpa disadari waktu tak ingin kalah bicara, “hmm… saa, udah mau ashar pulang gih. Sadar waktu donk !” Alhasil, aku menggerutu pada waktu dan bergumam “okee…gue pulang.” Dengan berbekal sekantong nasehat dari gurunda, aku melaju pulang bersama bebekku.


~Lalalalalala… sore yang gerimis, hmmm… 3 hari terakhir ini memang sering hujan. Aku sukaa.. aku sukaa.. aku suka hujan memang, tapi 3 hari ini pula aku sedang tidak bersahabat dengannya. (backsound : sesekali terbatuk dan menggigil kedinginan). Sampai lah aku akhirnya di kontrakan tercintaaahh, taruh tas dan beres-beres ini itu bersiap sholat ashar. Eeehh.. ternyata doi yang baru aja dipikirin kedengeran juga suaranya J. Udah adzan cuy… sholat nyok !

Selesai ritual wajib (sholat maksudnya), tiba-tiba ingat seharian ini belum makan. (seperti ada mesin waktu yang mengingatkan kemudian, muncul terawang-awang membentuk imajinasi, gurunda lagi bawa sendok dan berusaha menjejaliku dengan makanan), hehe iya sebelum pamit pulang tadi memang diingatkan untuk tidak lupa makan. Baiklaahhh. Pergi ke dapur dan meracik makanan yang sempat ibu bekali untukku tadi pagi, selamat menjamak makaaaaannnn :p.


Ku buka jendela kontrakan (yang kebetulan di depannya lapangan yang tengah penuh anak-anak sedang bermain), aku menikmati jamak’an makanku sembari memperhatikan bocah-bocah tengil itu bermain “rumah-rumahan” secara LIVE dan gratis hihihi. Eitss.. ada yang tak tahu “rumah-rumahan” itu mainan apa ??? Hmmm… ketauan niihhh, MKKBS yahh?? Masa Kecil Kurang Bahagia Sekali. Huuuu… aku aja yang sudah gede gini masih inget kok mainan apa itu. Itu lhoooo… mainan dimana anak-anak “sok” berperan sebagai Ibu, Ayah, Anak, Kakak, Adik, bahkan Pembantu juga ada lhoh, terus dengan tingkah sok dewasa nya seolah-olah sedang mengurusi urusan rumah tangga. (eetttdaahh… aye aja belum khatam belajar ginian, nih bocah-bocah udah belagak ngurusin rumah tangga ajee -_-“ )


Nah, sebelum mulai bermain, mereka bikin MoU dulu nih, bahasa kerennya kesepakatan gitu laahh. Sambil terus memperhatikan mereka, aku tersenyum dan merasakan roda pikiranku berputar mengulang roll film masa kecilku dulu. “Getokmen kowe sing dadi ibu e yoo..” (pura-puranya kamu yang jadi ibu nya yaa, begitu translate bahasa inggrisnya #plak), “getokmen.. getokmen… kowe dadi anak’e sing isih sekolah, ngko aku sing methuk kowe sekolah yoo..” kalau saja percakapan yang ditulis ini bisa dibahasakan secara lisan dengan gaya yang imut pasti ngegemesin deh. (ayokk coba deh praktekan :p) Sesekali aku tertawa dan dan geli melihat tingkah bocah-bocah centil nan tengil itu, hahaaa… membayangkan dulu aku juga seperti mereka dan tanpa rasa berdosa serta malu, cuek aja gitu dengan apa yang dilakukan walaupun di seberang sana sedang ada yang memperhatikan dengan dahi mengernyit “ckckckck… anak-anak iniii..”.


Hmmm… kembali mengulang roll film masa kecilku, selain suka bermain “rumah-rumahan” dulu aku juga suka bermain masak-masakan. (nggak salah kalau akhirnya aku hobi masak dan makan, tentunya). Dulu sewaktu kecil bermain masak-masakan tak hanya “getokmen” (pura-pura) lhoo. Hahahah.. dasar nya bocah sih yaa.. bodo amat gitu dengan asiknya masa kecil. Main masak-masakan berbekal korek api, wajan kecil (yang biasa dipake buat bikin batik), minyak tanah-minyak goreng, dan beberapa bahan sayur hasil menguntit belanjaan ibu, wkwkwkwkw. Dengan sok ala chef handal, aku yang tengil ini bereksperimen masak sesuka hatinya. Gatau deh itu masakan apa, yang jelas itu nggak layak dimakan! Hahaha.. tapi alhasil sekarang gue kan bisa masak beneran doonnkk. #gaya :p


Bro sist, jujur nih yaa.. bukannya aku mau curhat tentang masa kecilku dulu, bukan maksud membuka aib-aib masa kecilku dulu jugaa, atau pamer keahlian masakku jaman bocah dulu #mintaditabok. Hehe, ada hal lain yang ingin kusampaikan sekelebat ketika aku memperhatikan adik-adik kecil bermain di tengah lapangan itu #senyumperi. Karena secara naluri sebagai seorang perempuan yang kelak Insya Allah akan menjadi seorang ibu, wajar donk yaahh seneng sama anak-anak ^3^. Kalo perempuan yang nggak suka anak-anak #waduuhhh gawat lah itu, perlu dikoreksi tuuuhh hehe #nooffense :p.


Emm… Bismillah, sodara/i ku… umur kalian berapa sekarang ? masih 17 tahun ? ( beeeuuhh.. -___-“ ) udah kepala dua pasti kaann ?? #maksa. Yaa, berapapun umur kalian sekarang pasti pernah kan mengalami fase-fase masa menggemaskan itu ? (ini bagi yang merasa pernah menjuarai kompetisi bayi sehat yaa). Hehehe becanda. Memang dulu ketika jaman kecil kita masih suka seenaknya dalam bersikap. Sebenernya juga tergantung bagaimana orangtua mengajarkan juga sih, tapi sifat-sifat alamiah anak kecil pasti tetap muncul di kesehariannya. Iya kaan ? Iya doonng #sukamaksa. Nah, sadar atau nggak sadar kita sudah membuat kisah atau cerita dari masa itu yang kemudian bisa kita bawa hingga masa sekarang ini kita telah dewasa.


Kembali teringat tentang apa yang tadi aku diskusikan dengan gurunda. Manusia itu bertambah umur beranjak dewasa, tahap demi tahap akan didatangkan urusan dan perihal kehidupan yang berbeda-beda untuk menapaki setiap fase-fase yang harus dilaluinya. Iya nggak ?? Contoh nih, jaman masih unyu-unyu belum bisa jalan, untuk urusan perut dengan masalah kelaparan kita hanya bisa menangis kepada ibu kita. Dan akhirnya ibu kita memberi kita susu, dan masalah perut pun selesai. Hal itu berulang terus hingga hari berikutnya, sampai kita bisa benar-benar menggunakan akal dan fisik kita untuk menyelesaikan sendiri masalah itu. Beranjak tumbuh besar, seumuran kita TK/SD dihadapkan pada urusan seperti yang diceritakan di atas tadi, bermain dan berteman. Dalam bermain pun kita di latih untuk saling tawar menawar dan sepakat-menyepakati. Pun juga setelah itu mencoba untuk saling beradu potensi, menunjuk dirinya menjadi ibu dalam permainan “rumah-rumahan” jelas karena dia merasa ingin dan merasa layak berperan sebagai ibu, yang memilih dirinya menjadi seorang ayah pun demikian. Juga ketika bermain masak-masakan, jelas ingin dianggap bisa masak oleh teman-temannya walaupun masak juga awur-awuran, ahaha. Gengsi dan Ego. Hmm…. hal ini yang juga mulai diajarkan di fase bermain, tanpa bisa kita sadari ketika itu. Maklumm lah yaa masih bocah.


Oke. BTT.. Back To Topic dan pliiss ini edisi serius ya! #pasangmukaserius. Hmm… setiap fase kehidupan yang kita lalui sadar atau tidak sadar adalah proses yang membentuk makna. Seperti tinta, awal dia hanya membentuk titik di selembar kertas, di kemudian hari ia membentuk titik lagi, esok nya lagi dia membentuk titik lagi, terus hingga titik-titik itu membentuk sebuah garis dan mengartikan sesuatu. Entah itu gambar, atau tulisan. Begitu pula dengan hidup kita, setiap fase kita mengukir berbagai sejarah dan peristiwa hidup. Masalah datang silih berganti. Mulai dari perihal A,B,C,D,E,F,G……. hingga Z. Semua itu Allah datangkan bukan secara cuma-cuma. Ada banyak makna yang bisa dipetik dari setiap apa yang terjadi dalam hidup kita, baik yang kita pikir itu bukan suatu masalah bagi kita, bahkan yang kita pikir itu adalah sebuah masalah. Dan setiap masalah yang datang itu selalu bertingkat kualitasnya. Setiap kita bisa melewati masalah pertama dan lulus maka kita akan lanjut dengan ujian masalah yang lain yang bisa jadi kualitas nilainya bertambah. Layaknya ujian sekolah. Kelas satu kita ujian matematika tentang penambahan dan pengurangan, kelas dua ujian perkalian, kelas tiga ujian pecahan. Kadar kesulitannya jelas berbeda, jelas soal perkalian lebih sulit daripada soal penambahan-pengurangan dan soal pecahan lebih sulit dari perkalian. Ya, seperti itulah masalah. Tetapi dari kesulitan yang kita temui itu jelas semakin meningkatkan keterampilan dan daya pikir kita. Bagaimana bisa menyelesaikan soal tersebut dan mendapatkan nilai yang memuaskan. Dan yang lebih jelas lagi bahwa itu adalah CARA ALLAH MENDEWASAKAN KITA.


Mungkin yang lebih konkrit bahwa sebenarnya masalah dalam hidup itu datang setara dengan kualitas dan kapasitas diri kita. Seperti yang Allah firmankan dalam surat Al Baqarah ayat 286 bahwa “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” Allah sepertinya ingin tahu bagaimana proses kita memaknai setiap masalah yang datang silih berganti itu. Dari proses memaknai itu lah kemudian Allah mampu memberikan penilaian terbaik bagi kita. Masalah itu seperti anak tangga, semakin kita mampu mengatasi dan menyelesaikan masalah-masalah kita maka kita akan naik satu tingkat, naik satu tingkat lagi, naik lagi, naik satu tingkat lagi, dan ya, sampailah kita di puncak keberhasilan. Di puncak itu terkumpul sekeranjang penuh dan besar cerita, kisah, dan makna yang bisa kita jadikan pelajaran, karena di setiap tingkatnya selalu terkumpul berbagai makna yang mampu mendewasakan kita. Dan ya, itu adalah CARA ALLAH MENDEWASAKAN KITA.


Ya, mungkin tidak mudah untuk kita bisa melalui masalah-masalah itu (enak banget gue ngomong teori nya, praktek aja belum tau gimana hasilnya). Eiittss… Allah tidak mengajarkan kita untuk menjadi manusia yang pesimis dan mudah putus asa yaa. Kalau kita termasuk golongan itu, naudzubillahi mindzaliik... makin banyak donk rasio orang bunuh diri di negara ini. Astaghfirullah. (gilee ekstrim banget saa!). Ya maka dari itu, jadilah manusia-manusia yang optimis, kurang apa coba Allah memberi kabar gembira seperti ini “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” QS. Al Insyirah ayat 5. Nah, Allah sudah menjanjikan hal itu, maka sayang sekali kalau kita putus asa di tengah jalan. Masih mau mencoba putus asa ??? “Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan” QS. Al Insyirah ayat 6. Hayoooloohhh.. Allah saja menyebutnya sampai dua kali. Itu adalah sebuah penegasan bahwa janji Allah itu benar adanya dan ketika memang kita menemui kesulitan demi kesulitan Allah sudah memfasilitasi kita dengan ayat tersebut. Bahwa di setiap kesulitan maka selalu ada kemudahan yaitu jalan keluar, udah disebut hingga dua kali lho. Bahkan ada ending sebagai pamungkasnya, yaitu di ayat 8 yang kemudian menjadi ritual wajib setelah kita meyakini dan berusaha dengan janji Allah di ayat 5 dan 6, yaitu “Wa-ilaa rabbika farghab” dan hanya kepada Tuhanmu lah kamu berharap. Sertakan Allah dalam setiap proses mu, dan serahkan kembalikan masalah dan usahamu itu pula ke Allah. (Hmmm… subhanallah puaaannjjaaangg yaaahhh)


Nah, terus apa hubungannya dengan bocah-bocah tengil tadi ? hehehe… atau apa hubungannya dengan roll film masa kecil dulu ?? Hahahaha… yang tak paham berarti harus bisa mengikuti alur cerita tulisan ini wkwkkwkw. Karena dalam setiap kata mengandung makna, dalam makna mengandung konsep, dan didalam konsep itu mengandung pandangan hidup (Hamid Fahmi Zarkasyi, sempat dapat sms ini hehe :p ). Artinya, di setiap kata yang tulis di sini jelas ada makna nya, jelas ada alurnya, dan ketika membacanya aku hanya ingin bro n sist bisa sembari berpikir memaknai #senyumperi.


Yang jelas, aku ingin berterima kasih kepada Allah yang telah menghadirkan masalah-masalah dari semenjak aku mulai tumbuh dewasa. Mulai dari masalah anak-anak TK yang berebut mainan dengan teman, masalah anak-anak SD yang penuh kompetisi dan gengsi, masalah anak-anak SMP-SMA yang beranjak belia, hingga saat ini masalah yang semakin kompleks dan bertingkat sesuai tingkat umur dan kapasitas diriku saat ini. Terimakasih juga karena Allah telah menghadirkan orang-orang yang selalu memberikan makna bagi kehidupanku. Baik mereka yang sempat mengecewakan dan memberikan kesedihan maupun yang sempat memberikan tawa dan kebahagiaan. Mereka semua bermakna. Dan kehadiran mereka juga terkadang menjadi bentuk Allah untuk mengingatkanku, menegurku, dan menasehatiku. Dan dengan begitu aku menjadi sangat mudah untuk mencintai mereka, mencintai mereka karena Allah. :’)


Akhir kata… Kita bukan lagi anak kecil yang masih bisa asik bermain, cuek, dan seenaknya sendiri. Kita adalah kita saat ini. Kita saat ini tahu bagaimana menyelesaikan setiap masalah dalam hidup yang kompleks ini. Cara berpikir kita sudah terolah sedari kecil maka sudah menjadi keharusan bagi kita untuk lebih bijak dan adil terhadap hidup. Yang paham bagaimana kita menyelesaikan masalah-masalah kita adalah diri kita sendiri, tapi tetap sertakan Allah disana. Karena IA sebaik-baik pemberi jalan keluar dan kepastian. 

Dan itulah Universitas Kehidupan. Bukan hanya soal IPK. Tapi kita diminta untuk belajar. Belajar memaknai kehidupan, memaknai permasalahan. S.I.S, Sabar... Ikhlas... dan Syukur, kepada Allah semata. Sehingga kita tahu bahwa itu lah CARA ALLAH MENDEWASAKAN KITA.




~Terimakasih untuk adik-adik yang secara tidak langsung telah menegurku hari ini. J Bermain lah selagi kamu bisa asik bermain, sembari mempersiapkan diri untuk melewati berbagai onak di jenjang universitas kehidupan selanjutnya.~