Selasa, 04 Februari 2014

Diskusi Pendidikan #2 : Motivasi

Bismillah.
            Akhirnya bisa nulis juga hasil diskusi dengan jajaran guru-guru saya yang tiap kamis pagi diadakan di rumah Ustadz Fauzil Adhim. Diskusi kali ini sangat menarik karena kita membahas tentang motivasi yang kemudian kita kerucutkan dalam sudut pandang islam. Hihihi… sebelum mulai diskusi, seperti biasa ada suguhan kopi enak dari Ustadz Fauzil. (sorry guys ane lupa nggak minta potonye, lupa namanye pula, jadi nggak di aplot deh ^^v ).

            Diskusi yang senantiasa dihadiri para pakar parenting dan pendidikan ini sebenernya bisa-bisa saja dibuka untuk umum. Tetapi sembari diusahakan, kami-kami yang biasa nongol di diskusi ini dulu yang hadir. Ada Ustadz Fauzil Adhim (pakar parenting), Ustadz Bagus Priyosembodo (pakar pendidikan), Ustadz Fatan Fantastik (Direktur+Trainer JANtraining), Deniz Dinamiz (Trainer JANtraining), dan kami-kami para murid (sekitar 7 orang) yang masih sedikit ilmu berlomba-lomba mengais dari beliau-beliau tadi. Well, bahasan kali ini cukup lezat dan nikmat (ngelirik kopi dan camilan khas gunungkidul, Tiwul dan kawan-kawannya :-9 hahaha). So, Yuk kita mulai !

            Menyusup sebentar ke ilmu psikologi ya, dalam ilmu psikologi motivasi itu ada,

Highly Motivated

(motivasi tinggi)


Motivated

(termotivasi)

Unmotivated

(tidak ada motivasi)

Demotivated
(motivasi turun)

            Demotivated adalah kondisi dimana seseorang sebelumnya memiliki motivasi tinggi (highly motivated) kemudian “njegleg” atau menurun drastis karena alasan tertentu yang kemudian membuatnya tidak bermotivasi lagi. Atau bisa juga, seseorang dimotivasi dengan alur demotivated kemudian termotivasi, tapi cara ini jarang digunakan karena cenderung melalui cara meremehkan diri yang kemudian bisa jadi akan menjatuhkan mental seseorang, itu tidak sesuai fitrah. Unmotivated adalah kondisi dimana seseorang sejak awal memang tidak memiliki motivasi. Hal ini bisa jadi karena tidak ada asupan motivasi dari lingkungan sekitarnya atau memang di lingkungannya memang tidak menumbuhkan iklim motivasi, sehingga seseorang tidak dapat menangkap sinyal motivasi. Kondisi unmotivated bisa berubah menjadi motivated bahkan highly motivated jika memang ada dorongan motivasi dari dalam (motivasi intrinsik) dan motivasi dari luar (motivasi ekstrinsik). Highly motivated adalah kondisi seseorang yang memang memiliki motivasi tinggi.

            Nah, karena kita ingin menilik motivasi tersebut dari sudut pandang islam, maka kemudian kita mengenal motivasi itu dengan “TARGHIB” (membuat rasa senang secara batin) dan “TARHIB” (menanamkan rasa takut). Secara bahasa targhib dalam bahasa Arab berasal dari kata raggaba yang berarti membujuk untuk menjadi suka. Sementara tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti menakuti. Secara istilah, menurut Abdurrahman An-Nahlawi, targhib adalah suatu janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kenikmatan namun penundaan tersebut sifatnya pasti baik dan murni karena dilakukan melalui amal sholih. Tarhib adalah ancaman melalui hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang dilarang Allah.

            Dari pemahaman di atas maka motivasi dalam konsep islam ditumbuhkan melalui dua hal tersebut yaitu targhib dan tarhib. Efek dari targhib adalah meyakini, yang membuat seseorang itu mencintai (senang secara batiniyah dan emosional), dan akhirnya bersemangat untuk melakukan (meskipun tidak menyenangkan secara fisik dan materi). Nah beralih ke masalah tarhib yang sepertinya kita akan lebih banyak membahas tentang ini. Konsep tarhib itu berdasar pada Q.S. An Nazia’at ayat 26 bahwa “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat ibroh (pelajaran) bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).”  Di dalam rasa takut kita juga perlu mengenal 3 hal :

Khosy-yah : rasa takut karena kecintaan yang luar biasa/ta’zhim kepada Allah SWT.
Khouf : rasa takut karena bahaya, misal : neraka dan azab. Ini merupakan jenis rasa takut akan penderitaan di masa depan.
Hazn : rasa takut karena pengalaman masa lalu, misal : pengalaman disakiti.

            Kira-kira menurut kalian, mana rasa takut terbaik untuk bisa memotivasi diri ?? *senyum lebar* 3 hal tersebut memang mempengaruhi motivasi-motivasi yang muncul dari dalam diri kita. Namun, motivasi yang dipengaruhi oleh rasa takut karena kecintaan yang luar biasa (khosy-yah) yang membuat diri justru akan lebih produktif, karena segala apa yang dilakukan kita serahkan kepada Allah SWT. Seperti yang sudah Allah jelaskan di Q.S. Luqman ayat 22 bahwa “Dan sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (yuslim), sedang dia orang yang berbuat kebaikan (muhsin), maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada buhul tali yang kukuh.”

            Urwatul Utsqa (tali yang kukuh), agar dapat bertahan dalam tali itu ada syaratnya, yaitu kita perlu menjadi manusia yang “Yuslim” dimana kita menyerahkan wajah kepada Allah (yuslim wajhahu ilallah), berserah diri. Memurnikan segala ibadah kepada Allah, atau bahasa awam yang kita kenal adalah IKHLAS. Kedua adalah menjadi manusia-manusia “Muhsin” yang senantiasa ber-ihsan. Melakukan amal-amal kebaikan sekecil apapun itu juga dengan ber-ittiba’ kepada Rasul, atau bahasa awamnya adalah NYUNNAH, menjalankan sunnah-sunnah. J Dari kedua hal tersebut kemudian akan menjadi elemen penting dalam diri kita untuk senantiasa termotivasi hingga memiliki motivasi tinggi dalam menjalani segala aktivitas karena rasa takut kita atas dasar kecintaan kepada Rabb semesta alam.

            Motivasi dengan rasa takut (tarhib) ini penting bagi diri seorang muslim. Rasa tarhib pada akhirnya yang membuat diri memiliki kesadaran tinggi atas urgensi dan fungsi manusia diturunkan ke bumi untuk senantiasa produktif beramal baik lillahi ta’ala. Bahkan ulama-ulama besar pun menjadikan rasa takut ini sebagai motivasi untuk berilmu, makin tinggi ilmu maka akan semakin tinggi pula tingkat keimanannya. Nah, rasa takutnya orang beriman akan membuatnya bisa paham akan ilmu dan pengetahuan.  So, apa dan bagaimana motivasi mu selama menjalani hidup di dunia ini ? *ngomong sama cermin* Semoga kita memiliki tingkatan motivasi yang paling tinggi untuk berproduktivitas di dunia ya… yaitu karena rasa tarhib kita didasari atas kecintaan yang luar biasa kepada Allah SWT, yang kemudian menjadikan diri kita orang-orang yang Yuslim dan Muhsin. J Waallahu’a’alam.

            Itu sedikit ilmu yang bisa aku share dari diskusi bareng para guru, semoga manfaat nggih. Kalau ada salah mohon diluruskan, karena manusia tempat khilaf dan dosa sementara kesempurnaan milik Allah semata. J


Referensi : Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995. Forum Garasi, Diskusi Pendidikan Kamis 16 dan 23 Januari 2014.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar