Jumat, 03 Januari 2014

Universitas Kehidupan #6 : Belajar Dari Alam~


Merasa resah adalah satu fase bahwa kondisi hati kita sedang lemah. Jauh dari ketenangan, susah makan, ngelamun jadi kerjaan, dan akhirnya move on nggak kesampean. Susah memang ketika diri sudah jauh dari rasa tenang, karena kemudian perasaan jadi mudah terbawa emosi dan berubah menjadi penganut aliran metal ( melow total ). Resah biasanya muncul karena masalah dan akhirnya tenang jauh dari hati. Tapi ternyata, justru ketenangan itu disimpan Allah di dalam masalah, tinggal bagaimana kita mencarinya. Sunnatullah mengatakan bahwa semakin berat ujian semakin besar kemungkinan bagi kita merasakan bahagia yang sesungguhnya.
Maka di sini perlu kita memahami hidup dengan benar. Kita bisa belajar memahami hidup melalui alam, sungai misalnya. 


Sungai itu berlika-liku, ia terbentuk karena proses alam yaitu dari lahar yang mencair kemudian mengalir dan membentuk aliran. Hakikatnya adalah hidup berarti mengalir seperti air sungai. Apa cukup dengan mengalir saja? Tidak. Tapi kita perlu mengikuti garis takdir manusia yang memang lika-liku dan sudah terukir. Memahami bahwa hidup itu sudah terukir. Karena segalanya sudah terukir sebelum kita lahir. Kehadiran masalah dalam hidup itu adalah bentuk lika-likunya. Dan sejatinya yang membuat kita tidak tenang bukanlah banyaknya masalah, tapi cara kita menyikapi masalah tersebut.

Maka dari sini penting kita memahami takdir kita, mulai dari SEBELUM, KETIKA, dan SESUDAH. Dari sana kemudian kita akan mampu mengambil sikap atas keresahan-keresahan kita.
Sebelum takdir yang harus dilakukan adalah SABAR, Sabar itu sebelum. Buktinya adalah sabda Rasulullah SAW “Sabar itu adalah ketika pukulan yang pertama.” akan tetapi sebelumnya sudah mempersiapkan sebelum pukulan pertama itu sudah ada sabar dalam diri kita.
Ketika takdir yang harus dilakukan adalah IKHLAS. Ikhlas itu kelanjutan dari sabar, karena ikhlas adalah bentuk dari kesabaran kita.
Sesudah takdir yang harus dilakukan adalah PASRAH. Menyerahkan semuanya kepada Allah. Pasrah inilah yang membuat siapapun akan tenang.
SABAR, IKHLAS dan PASRAH.

            Kita bisa melihat pepohonan yang tumbuh di sekitaran kita. Jika hujan dia kehujanan, dia sabar, dia ikhlas, dia pasrah. Ketika terik matahari menyengat, dia sabar, dia ikhlas, dia pasrah. Ketika angin menggontaikan tubuh pohon itu hingga terhuyung, dia sabar, dia ikhlas, dia pasrah. Namun dia tetap kokoh, tegak berdiri di atas tanah. Hakikatnya memang begitu, watak alam itu selalu ikhlas dengan apa yang ditakdirkan Allah pada mereka. Maka belajarlah pada alam mengenai kehidupan, kesabaran, keikhlasan, dan kepasrahan.

รจ Cara menghadirkan S.I.P (Sabar, Ikhlas dan Pasrah)
Mencari kesibukan, menyibukkan diri. Itu adalah sikap kita untuk mempersiapkan takdir terbaik dari Allah. Takdir kehidupan itu memiliki pintu gerbang, yaitu waktu. Berdirilah meski sedetikpun waktu yang ada dalam hidup kita, kita gunakan untuk kebaikan dan kebermanfaatan. Jangan pernah dibiarkan kosong dari pikiran, perasaan, dan perbuatan baik. Karena jika dibiarkan kosong maka kita telah merelakan diri kita di jajah oleh syetan.

Apa itu pikiran, perasaan dan perbuatan yang baik ? Mari kita belajar lagi pada alam. Kita belajar pada Embun pagi hari yang menjernihkan dan menyejukkan.

Pikiran yang baik adalah pikiran yang jernih, sejernih embun. Embun selalu menawarkan kejernihan. Jernih adalah menyadari bahwa apapun yang terjadi itu semua atas izin Allah. Ketika pikiran jernih maka mudah bagi kita untuk SABAR.
Perasaan yang baik adalah perasaan yang sejuk, sesejuk embun. Embun selalu menawarkan kesejukan. Perasaan yang sejuk adalah meyakini bahwa apa yang ditakdirkan Allah adalah hamparan menuju syurga. Ketika perasaan sejuk maka mudah untuk IKHLAS. Katika kita beramal, besar kecilnya amal itu bukan terletak pada amalnya tapi kadar keikhlasannya.
Perbuatan yang baik adalah apapun yang kita perbuat itu pada akhirnya mampu pula menjernihkan dan menyejukkan diri orang lain. Subhanallah.
                                                                                     
Jangan Resah, Ada Allah~
Resah selalu dikaitkan dengan masalah, kita bingung, kita galau, kita resah. “Iman terbagi menjadi dua, setengahnya SABAR setengahnya lagi SYUKUR.” Orang yang beruntung adalah yang ketika resah kemudian membuatnya semakin dekat dengan Allah dan selalu menghadirkan Allah di setiap kondisi.

Tidak ada kata galau dalam islam, galau hanyalah tren, galau hanya faktor lingkungan. Sejatinya orang baik sekalipun punya masalah ia selalu ingat firman Allah dalam QS. Ali Imran 190-191 dimana ayat ini ketika turun waktu fajar Rasulullah menangis sembari berkata, “Celaka… Celaka… Celaka..” dan kemudian salah satu sahabat bertanya, “Ada apa gerangan ya Rasulullah ?”. Rasulullah menjawab, “Celaka umatku yang membaca ayat ini tapi tidak memahaminya.”

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia, Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.”

Maka, pun seharusnya seorang mukmin paham bahwa mereka juga harus menggunakan akal ketika masalah pada kahirnya membawa pada tidak tenangnya hati. Ketika melakukan kesalahan maka segera memperbaiki diri, tidak penting seberapa dalam engkau jatuh, tapi yang penting adalah seberapa cepat engkau bangkit. Ulul Albab (dalam QS Ali Imran 190) : kita diberi akal untuk berpikir dan bertindak.

Jangan resah, ada Allah, artinya bahwa semuanya sudah diatur oleh Allah. Baik dan buruk Allah yang Maha mengatur. QS. Al Maidah ayat 100, “Katakanlah Muhammad, “Tidaklah sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya keburukan itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat, agar kamu beruntung.”

Jangan resah… karena,
“Tidaklah seorang hamba yang disusahkan oleh Allah kecuali ia sedang direncanakan oleh Allah menjadi pribadi yang besar. Tidak hanya di dunia namun juga di akhirat.”

Maka jadilah pribadi yang memiliki pikiran yang baik, perasaan yang baik, perbuatan yang baik dan yang senantiasa menggunakan akal untuk memahami kebesaran Allah atas segala sesuatunya, termasuk takdir-takdir yang direncanakan oleh-Nya. Maka semoga kebahagiaan itu hadir bersama ketenangan. Karena,
Kebahagiaan itu letaknya di hati~

*Catatan kajian Ustadz Syatori Abdu Ro'uf "Jelajah Hati: Mencari Ketenangan di Balik Ujian Hidup"
*Catatan kajian Ustadz Fadli Reza Noor "Jangan Resah, Ada Allah..."


3 komentar: