Sabtu, 09 November 2013

Ingat, Ada Allah Di Hatimu !

Nemu di buku catatan kuliah jaman semester 4 >_< hoho, nyeni banget lah,
jago emang kalo corat-coret buku kuliah mah :p


            “Innallaha ma’ana”
            Ya, mungkin kita sudah sering mendengar kata-kata ini. Entah itu di apdet-an status kawan se-per-facebook-an, atau twit galau kawan se-jamaah di twitland, atau di tausyiah-tausyiah ustadz/ustadzah yang tiap pekan kita ikuti kajiannya agar diri cepet move on, misalnya hehe. Tapi percuma kalau kata penyemangat itu hanya diucap dibibir sahaja, tanpa mengikutsertakan hati untuk merasakan kekuatan ampuh dari kata itu. “Allah bersama kita”, itu bukan sekadar kata penyemangat, dia juga kekuatan untuk meyakinkan diri kita ketika kita merasa sepi dan jenuh akan hiruk pikuk duniawi.

            Emm… maaf yaa buat pembaca yang mungkin ini terkesan koyo “curcol” (curhat colongan di sela ngeblog :p ). Entah, akhir-akhir ini rada mellow bawaannya, rada sensitif, terus sok-sok buat sensasi “menghilang” sejenak dari peredaran, bahasa kerennya uzlah haha. Sms orang-orang ngga dibales, kalopun dibales jawabannya sok-sok misterius, haha. Kalau buka facebook atau twitter sekadar melakukan peran sebagai stalker temlen. Kalaupun jari jemari udah gatel pengin apdet status, yaa cuma share atau nge-retweet kata-kata mutiara yang pas banget sama suasana hati, biar yg ngeliat status/retweet penasaran & maksa ke mereka untuk paham kondisi kita melalui kode-kode. Hahaha, norak !

            Tapi pas lagi sendirian, tiba-tiba mellow gajebo (gag jelas booo’), kesepian, hubungi kawan kesana-kemari buat diajak ketemuan, nggak ada yang bisa, kena lo! Terus galau memuncak di ubun-ubun, ngerasa kayak nggak diperhatiin, kayak nggak ada lagi yang peduli, nggak ada yang ngerti dan memahami kalau diri lagi butuh ditemani. Naahh, kemarin yang bilang pengin uzlah siape ? Ya gimana bisa ngerti kalau yang mellow gajebo aja nggak cerita sebab musababnya. Yaa gimana mau ceritaaakkk, orang diajak ketemuan aja pada nggak bisa >_<. Yaudah deh, lo gue end!

            Oke, mungkin bagi sebagian orang yang berada di fase ini tengah menikmati masa-masa transisi nya. Mungkiiiiinn. Misal, mereka-mereka yang transisi dari dunia akademisi menuju dunia praktisi. Hemmm… mellow nya adalah ketika berada di posisi “transisi” itu, belum sampe ke tujuannya (praktisi). Mau ajak teman makan bareng, eh doi udah balik kampung, mau minta temenin kemari, eh doi udah sibuk jadi praktisi, mau ngajak ketemuan sekedar ngobrol, eh doi lagi pas nya nggak bisa, ada agenda duluan. Duh, kesepian lagi. Mellow nya makin menjadi. Iyuuuwwhh…

            Baik… baik… bapak-bapak, ibu-ibu.. selooowww… seloooww nggiiihh. Ada yang kesindir po ? Aku juga lagi ngomong di depan cermin kok :p . Tapi bener kaann.. bener kaan kadang ngerasa begityuuu ?? hayooo ngakuuu… *cari temen*. Nah, terus ketika teman-teman emang lagi nggak bisa nemenin kita, kita mau apa ? ngambek ? bilang, “kamu udah nggak perhatian lagi sama akuuhh.”, nyeletuk “yaudah deh, selamat menikmati kesibukanmu.”, atau yang rada terkesan sok bijak dan sok sabar nge-SMS, “yaudah nggak papa kok kalo emang nggak bisa jangan dipaksain, santai aja.” tapi ngetiknya sambil ngomel-ngomel bete, bibirnya manyun, banting-banting hape *duh,eman*, dalem hatinya mbatin “elo emang nggak perhatian, oke fine!”  Yakaliii mau nuntut doi musti begini dan begitu, nuntut buat selalu paham kondisi kita, paham apa yang kita butuhin, musti selalu stand by kalau kita  langsung pasang alarm minta tolong (?). Yaelaahh daahhh, bocah bener broh!

            Gimanapun, mereka juga manusia yang punya kepentingan masing-masing. Punya hal yang musti diselesaikan masing-masing. Punya keterbatasan untuk bisa menentukan mana yang prioritas, mana yang paling banyak kasih mudharat, mana yang banyak kasih maslahat. Nah, kalau jabanin perasaan-perasaan kita yang penuh kegalauan gajebo, sementara di sana doi punya hal yang berurusan dengan puluhan ummat, masa iya cuma gegara ngeladenin kita, yang paling banyak munculin mudharat doi biarin. “Janganlah selalu meminta untuk dikuatkan, tetapi berusahalah untuk bisa menguatkan.” Baik bagi diri sendiri, orang lain, dan orang-orang sekitar kita.

            Di sisi lain, apakah ketika merasa sepi yang selalu kamu ingat-ingat hanya temanmu ? Aih, kemanakah Allah selama ini (?). Yang sering disebut “Innallah ma’ana” itu kemana ? Cuma numpang lewat dilidah doank ? “Mas.. numpang lewat mass..”. Bukankah dalam setiap kondisi, setiap keadaan semua hal tempat kembali kita, tempat berserah diri kita hanya ke Allah ? Bukankah semua hal dalam hidup ini juga ujungnya hanya ke Allah ? Nah, terus dalam keadaan mellow gajebo seperti ini, baliknya kemana lagi ? Allah bukan ? *jawab sendiri masing-masing yeh* Jangan berpikir berapa kali orang meninggalkan kita, tetapi ingat berapa kali kita meninggalkan Allah tapi Dia tidak pernah meninggalkan kita. Nah, jelas-jelas ada yang lebih setia pada kita, lebih mau mendengarkan aduan hati kita. Masih mau mengejar perhatian manusia ?? Iya, setidaknya dengan berbagi dengan teman adalah bentuk penghargaan bahwa mereka selalu kita anggap “ada” dan “bermakna”. Tapi kembali lagi kan, Allah satu-satunya dan sebaik-baik tempat mengadu. Karena dari Dia juga kan segala solusi akan kita temui (?) dan mellow-mellow gajebo bablaasss tak berbekas.

            Cukup yakin bahwa “Allah selalu bersama kita” itu akan membuat hati justru lebih tenang. Bangun malem, sholat, dzikir, tilawahnya makin rajin, dhuha-nya dikencengin, banyak-banyak inget Allah misal baca-baca artikel atau note-note yang menginspirasi dan menggugah kita akan kebesaran-Nya, itu setidaknya cukup sebagai penawar. Bahkan bisa jadi kegalauan gajebo itu tadi karena kurang deket sama Allah ? Bisa jadiii… Bisa jadiii… *ala eat bulaga*. Itu akan lebih ampuh mengingatkan kita bahwa nggak penting deh mellow-mellow gajebo, ngerasa kesepian, dan bla bla bla. Ada Allah, Ada Allah, Ada Allah.

            Nah, dari rasa kesepian dan ke-mellow-an gajebo ini, mungkin ada beberapa hikmah yang bisa dipetik. Pertama, koreksi hubungan atau kedekatan kita sama Allah. Tau lah yaaa cara ngeceknya gimana. Kedua, mungkin perlu ada metode khusus untuk menjaga dan menjalin tali silaturahim agar lebih erat dan terikat lagi J, mungkin dengan cara “mbribiki” teman-teman kita :p, “lagi dimana cyiin ? udah makan belom, walau sibuk jangan telat makan ya.”, misal. Untuk yang itu “Syarat dan Ketentuan Berlaku” lhoh yaa! Ketiga, ingat dan yakini bahwa Allah akan menerima apapun keadaan kita, maka jangan ragu mengadu hanya pada Dia. Romantis-romantislah dengan Allah ketika hanya “aku dan Kau” bercengkerama dalam guratan malam dan di sela pergantian waktu (sholat) serta selama Allah bersama kita dan akan selalu bersama kita. J

So, buat apalagi mellow (?) *ngomong depan cermin*

Mari tersenyum, pantang manyun :p !

#edisiterbatas haha
#RobithohKencengBuatSaudaraDisana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar