Senin, 23 Desember 2013

Jogja Never Die !


            Alkisah, sang ulama besar dari madinah pernah memberi pesan luar biasa atas konsistensinya. Ialah Imam Malik, dengan keteguhannya bertahan di negeri Madinah demi seungkap asa dan cita yang tengah ia perjuangkan. Penuh keyakinan dan keteguhan sebagai bentuk konsistensinya mencapai titik kejayaan atas apa yang tengah ia bangun. Yaitu, mengikrarkan diri untuk tidak keluar dari Madinah kecuali Haji. Berusaha kembali membangun madinah dengan usaha yang besar, hingga kini masih terasa Madinah menjadi salah satu rujukan bagi peradaban keilmuan dunia. Konsistensinya untuk menetap di Madinah memberi pesan bahwa dimanapun kaki ini menapak, maka apa-apa yang ingin kita bangun di tempat itu, upayakanlah dengan usaha yang besar dan konsisten. Jadikanlah tempat itu sebagai titik pusat perjuangan kita, sumber dari segala pengaruh yang akan tersebar di masa depan, sumber potensi yang mampu menguatkan dinamika perjalanannya.

            Dan menyematkan Jogjakarta sebagai replika Madinah ketika Imam Malik memperjuangkan konsistensinya adalah bentuk upaya yang meluap dalam benak saat ini. Menyematkannya dengan kerja-kerja besar dan sungguh-sungguh sehingga mampu menjadikannya sebuah titik pusat peradaban yang mampu memberikan pengaruh besar. Lewat karya, upaya, dan cita. Dan ini bentuk rasa seolah kaki sulit meninggalkan Jogja sebagai titik karya dan upaya dipusatkan. Bukan, bukan berarti kemudian membatasi diri untuk tidak samasekali melihat dunia luar, bagaimanapun dunia luar juga akan memberikan pemahaman yang berbeda untuk mengembangkan cakrawala dan alur pikir dalam rangka “bersikap cerdas”. Dan mengaisnya diluar itu perlu. Ini masalah titik pusat. Maka konsistensi dan keteguhanlah yang diuji. Dan itu lah sekelumit prolog prototype yang ingin dibangun di sini, di Jogjakarta. Seperti Imam Malik yang teguh dan konsisten menetap di Madinah untuk menjadikan Madinah salah satu pusat peradaban.

            Sebagai orang Jogja asli memang tak bisa dipungkiri nyamannya kondisi yang kadang melenakan. Tapi jangan salah, justru di situ tantangannya. Selalu memutar otak agar diri merasa tertantang dan penuh gairah melakukan kerja-kerja besar, itu perjuangannya. Di Jogja, aku sematkan cita dan upaya untuk keberhasilan sebuah karya. Itu keteguhan yang dengan segenap upaya dibangun “saat ini”, meski tak tahu apa yang akan terjadi esok, bagaimanapun sebagai “seorang wanita” ada ketidakberdayaan untuk menentang hahaha (no more explained :p ). Tapi aku menemukan dua hal berbeda di sini, saat ini. Ya, dua rumah yang mungkin kelak akan menjadi pusat karyaku akan berkembang dan berpengaruh, juga sebagai latar Jogja sebagai pusat karyaku bersama orang-orang disekelilingku berkembang. Membangun replika Madinah yang masih bertahan hingga saat ini.

            Satu, rumah yang kelak akan menjadi wadah mengembangkan dan menuntun untuk mencapai mimpi yang selama ini terbangun. Satu yang lain, rumah yang kelak akan menjadi wadah pengabdian atas ilmu yang selama ini telah aku timba dengan berbagai upaya. Menjadikannya manfaat dan ma’rifat. Keduanya ada di sini, Jogjakarta. Maka segala upaya pun akan diusahakan untuk tak beranjak dari sini dan menjadikannya kelak sebagai titik pusat pengaruh. Dari dua rumah itu harapan kemudian mampu menjadi motor penggerak pengaruh itu tersebar hingga ke pelosok dunia bahkan sekuat tenaga menggemparkan seluruh penduduk langit. Kuncinya hanya satu, kerja-kerja itu adalah bentuk penghambaan diri terhadap Rabb-nya. Maka, aku sematkan Jogjakarta sebagai pusat upaya berjibaku bersama dinamikanya, sebagai pusat pengaruh karya berkembang bersama cinta, sebagai replika Madinah yang menjadi salah satu pusat peradaban keilmuannya dan sebagai pusat pengabdian pada Rabb semesta alam. Semoga Allah teguhkan, kuatkan, dan istiqomahkan. Dari Jogja untuk Indonesia.


            Terinspirasi oleh peristiwa dua hari ini, rekan-rekan JAN Training Corporation yang mabit di rumah sembari sharing Life Plan 2014 dan agenda rutin untuk saling menguatkan. Tambah hari ini berkumpul dengan rekan-rekan baru Government Laboratory Yogyakarta yang diselipi kajian pra-nikah yang sebagian besar orang-orangnya cuma terbukti teori tok ! praktek manaa ??? Haahaha, gara-garanya personil yang satu udah tinggal menghitung hari untuk menggenapkan separuh dien-nya, yang lain sok-sokan ngasih wejangan hahaha. Tapi ini jadi momen pula bagaimana kedepan kami merangkai asa dan cita bersama. J Dari Jogja untuk Indonesia !!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar