Cahaya nya laksana surya
Menjadi
penerang seisi dunia
Penggerak langkah manusia
Dengan segenggam cinta dan cita
Untuk agama dan bangsa yang mulia
Sehari yang lalu genap “dua puluh
dua tahun” usia ku. Momen yang kan terulang setiap tahun di tanggal 14 bulan ke
empat. Allah telah menyiapkan segalanya. Ya, telah ia siapkan untukku menyelami
usia yang semakin bertambah dan jatah hidup yang semakin berkurang ini. Seperti
biasa, di setiap momen ini ibu selalu mendatangi kamarku lebih dulu sebelum aku
terbangun, mengecup keningku, dan berbaring di sebelahku dan memelukku sembari
berkata, “selamat ulang tahun nduk, jadi anak sholihah dan… bla bla bla.” Sayup-sayup
aku mendengarnya karna masih dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar.
Dalam sandaran pelukan ibu, sayup
juga terdengar toak (speaker) masjid bersuara dari kejauhan. “Innalillahi…
wainnailaihi roji’un….” Sekejap mataku terbelalak dan menyimak seksama
pengumuman masjid itu. Singkat cerita, pagi sekitar jam 10 aku bersama ibu
pergi takziah ke kediaman yang tengah berduka. Allah memang sayang aku
#mataberkaca. Bagaimana tidak ?? Di momen mengulang tanggal lahirku ini Allah
mempersiapkan sesuatu, peringatan. Ya, sebuah peringatan sekaligus kabar
gembira. Sebuah peringatan bahwa artinya usia seseorang itu tiada yang tau,
bisa jadi kapan saja Allah mengambil kita. Kapan saja. Saat ini memang aku
tengah bertambah usia, tapi jelas jatah hidup di dunia ini untukku pasti berkurang.
Lalu, hal apa saja yang telah kamu perbuat di dunia ????? Sudah siap jika suatu
saat tiba-tiba malaikat izrail datang menjemput ?? #jleb. Aku tengah berdialog
sendiri dengan jiwaku.
Dan sebuah kabar gembira, Allah
masih memberi kesempatan untuk menghirup dan menghela nafas dengan nikmat. Sungguh
kenikmatan yang tiada terkira. Allah masih memberikan waktu untuk memperbaiki
diri, dan memberi kesempatan untuk bisa saling berbagi. Berbagi kebaikan di tengah
gejolak dunia yang semakin tak bermoral. Lalu, bagaimana kamu bisa memanfaatkan
sisa-sisa waktu dan kesempatan itu ??? #jleblagi. Sementara kadang masih sangat
egois. “Allah…….” Seruku lirih dengan segudang evaluasi diri.
“Bekerja untuk umat, Bekerja untuk
Allah.” ß
banyak cara yang bisa kita lakukan untuk hal itu. Hal sekecil apapun tetapi
ketika ia memiliki nilai dan pengaruh yang besar, maka tetap saja ia hal yang
bermanfaat. Tidak harus langsung berbuat hal besar jika manfaatnya tak terasa,
namun ketika hal-hal kecil yang bernilai manfaat jika kita lakukan secara
disiplin dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari, maka kelak ia akan
bernilai besar dan kita pula yang akan menikmatinya. Menjadi lilin-lilin kecil
(ditemani lagu Lilin-Lilin Kecil by Chrisye), lilin-lilin yang menginspirasi.
Dan kau lilin-lilin kecil…
sanggupkah kau mengganti
Sanggupkah kau memberi seberkas
cahaya…
Dan kau lilin-lilin kecil…
sanggupkah kau berpijar
Sanggupkah kau menyengat seisi dunia…
Dan aku tersentil menikmati makna setiap
liriknya J
. Sanggupkah kau memberi seberkas cahaya ? sanggupkah kau berpijar dan memberi
semangat untuk seisi dunia ? Sanggupkah aku ?? “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri.” QS.
Ar Ra-d ayat 11. Semua berawal dari niat diselipkan usaha dan diiringi doa.
Optimisme diri menjadi modal utama ketika serangkaian usaha telah direncanakan.
Memandang realitas dengan berjuta hambatan pun sirna ketika yakin Allah akan
memberi jalan, Allah bersama kita. Kuat bersama Allah (quote yang selalu
digaungkan saudari diujung sana J ).
Beberapa jam yang lalu aku
mendengarkan pidato Anies Baswedan melalui layar televisi. Sungguh
keberuntungan yang direncanakanNya, dengan sigap semangat aku mendengarnya
seksama. Selalu antusias ketika tokoh pendidikan ini berbicara tentang
pendidikan dan pengabdian. Ya, dia kelak yang akan menjadi narasumber untuk
calon mahakarya akademis ku. Banyak hal yang beliau sampaikan tentang
problematika pendidikan bahkan optimism pendidikan. Dari banyak hal itu
kemudian dapat ku ambil berbagai makna.
Kita hidup di dunia sesungguhnya
untuk kebutuhan siapa ? Walau kita bekerja dan mengabdi ke sana kemari, toh
pada akhirnya kita juga yang merasakan butuh dan merasakan hasilnya. Ada
hubungan kausalitas di sana. Ada hubungan timbal balik, yang terkadang tanpa
disengaja kita rasakan manfaatnya. Kita di didik sedari kecil untuk memahami
berbagai hal. Di sekolahkan oleh orangtua, agar otak kita tergerak untuk
berpikir cerdas secara simultan. Namun, dibalik ketika kita sedang terdidik,
siapakah yang berperan besar dalam pendidikan itu ? Guru. Dan masalah guru
inilah yang tengah menjadi problematika yang harus dibereskan segera di
Indonesia. Guru adalah komponen utama dalam pendidikan. Eksistensi dan
kualitasnya dipertanggungjawabkan. Mungkin guru hanya jabatan kecil dibanding
pejabat dan konglomerat. Tetapi guru adalah salah satu contoh lilin-lilin kecil
yang menginspirasi. Dan setiap manusia adalah guru, sadar atau tidak sadar.
Mengapa kita disebut guru ? Walaupun
secara resmi dalam dokumen PNS tidak ada nama kita disana.
Kita
adalah “role model” masyarakat di sekitar kita, di lingkungan dimana kita
berada. Selama 24 jam kita menjadi contoh bagi orang-orang di sekitar kita,
sadar atau tidak sadar. Keterlibatan kita di masyarakat merupakan fasilitas
mengajar tanpa biaya. Terjun langsung di tengah aktivitas keseharian bukan
hanya sarana mengembangkan potensi dalam diri kita. Egois jika ternyata hanya berpikir
sedangkal itu. Ini juga berkaitan dengan bagaimana kemudian kita mampu
memberikan contoh yang baik, saling berbagi kebaikan dan manfaat kepada yang
lain. Masa depan juga bergantung pada sikap dan tingkah kita sehari-hari. Apa
yang kita lakukan apa yang kita kerjakan adalah yang akan dicontoh masyarakat, anak
cucu, generasi penerus perjuangan Rasulullah. Mampukah kita memberi inspirasi
bagi mereka ?
Maka
dari itulah kenapa kemudian aku sebut bahwa kita lah Lilin-Lilin Inspirasi itu.
Karena kita adalah Guru, Guru bagi mereka, Guru bagi diri kita. Teringat cerita
yang dikisahkan oleh salah satu Pengajar Muda yang ditugaskan menjadi pendidik disalah
satu pelosok negeri. Dengan segala keterbatasan dan realita yang dihadapkan, ia
mampu bertahan untuk senantiasa mengajar anak-anak sekolah di Sekolah Dasar.
Optimisme dan Keberanian yang akhirnya mampu menebas segala kesulitan yang
dihadapkan dilapangan. Mungkin sejenak kadang berpikir, jika tidak bertahan
dengan segala keterbatasan ini, apakah diri hanya akan menjadi beban masyarakat
? Atau memutuskan bangkit dan menjadi pelita di tengah kegelapan masyarakat akan
keterbatasan ? Bersyukurlah heiii… kalian yang hidupnya enak-enak dan segala
ada di depan mata ! Mereka adalah satu contoh lilin-lilin inspirasi bagi
masyarakat sekitar yang kemudian mampu menerangi daerah mereka dengan mimpi dan
harapan. Mereka hanya melakukan hal yang secara kasat mata adalah hal kecil,
namun dibalik hal kecil itu tersimpan berjuta inspirasi dan semangat yang
teralirkan dalam urat nadi. Jauh-jauh datang dari kota hanya untuk mengajar di
daerah pelosok, untuk apa kalau bukan karna mengabdi dan berbagi kebaikan? Jika
masyarakat tidak tergerak oleh semangat mengabdi mereka, lalu apa kesan yang
bisa mereka rasakan terhadapnya? Itu satu contoh.
Kita
hidup di dunia adalah untuk mengabdi. Mengabdi Lillah, Fillah, Billah dimanapun
dan apapun bentuk pengabdiannya. Maka, hanya orang-orang yang merugi yang hanya
mampu berdiam diri sementara manusia yang lain tengah sibuk berbagi kepada
insan duniawi untuk keberkahan surgawi. Toh, pada dasarnya kita juga yang
membutuhkan kesibukan itu. Kesibukan berbagi dan bermanfaat bagi yang lain.
Untuk apa ? Untuk Ridha Allah Ta’ala. Menjadi “role model” manusia yang lain
dengan sikap dan sifat yang mulia, adalah optimisme bagi sebuah kehidupan yang
mulia pula. Menjadi lilin-lilin kecil yang menginspirasi adalah langkah untuk
berbagi kebaikan di bumi, memberi pencerahan dan motivasi untuk perbaikan
insani. Ia diam dalam keheningan, namun cahayanya mampu memberikan
sinar terang dan kehangatan di tengah sepinya dunia yang penuh fiksi. Maka
berikanlah cahaya kemanfaatan bagi yang lain,walau hanya setitik tinta namun
berwarna-warni penuh inspirasi. Menebar kebaikan selagi masih diberi waktu dan
kesempatan. Memperbaiki diri selagi masih memiliki sarana untuk berbagi.
Jangan
egois, pikirkan lah sekitarmu. Bahwa kebaikan-kebaikan tersebar disana untuk kau
rangkul dan kau bagi dengan akhlak yang membungkus diri J.
#NoteToMySelf
~Inspirasi
adalah kekuatan motivasi yang memiliki pengaruh dan nilai besar dalam hidup.
Jadilah Lilin-Lilin yang menginspirasidan memberi cahaya J.~
~Dan
kuucapkan terimakasih atas doa-doa kalian yang sempat mendoakanku ditengah
sujud kalian, mendoakan usiaku yang kemarin bertambah. Dering SMS yang tak
henti dari pukul 01.00 dini hari kemarin hingga siang tadi. Juga di jendela
maya yang mungkin masih ada yang belum sempat ku balas, terimakasih :’). Semoga
doa-doa itu juga berlaku untuk kalian, berbalik untuk kalian. Ini ku
dedikasikan untuk kalian Sang Lilin-Lilin Inspirasi yang kelak siap
berkontribusi untuk negeri yang lebih mulia.~
Dan biarlah kita berlelah-lelah di dunia, karena
syurga adalah sebaik-baik tempat beristirahat dan kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar