“Barangsiapa
yang berjalan di suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju syurga.”
(HR.
Muslim)
Begitulah kemuliaan bagi orang-orang
yang berilmu. Yang mencari ilmu dan mendalami ilmu J.
Bahwa orang-orang yang berilmu lah yang kemudian mampu menggenggam dunia, bukan
kemudian dunia yang menggenggam dirinya. Ilmu yang terpuji adalah ilmu yang didasarkan
pada aqidah dan akhlak kita. Imam Ghazali pernah berkata “ Ilmu-ilmu syar’i
terbagi menjadi tiga yaitu yang terpuji, tercela dan yang mubah, yang terpuji
adalah sesuatu yang terikat dengannya segala kemaslahatan perkara dunia,
seperti kedokteran, politik, astronomi, dan lain sebagainya. Dr. Yusuf Qardhawi
dalam Keutamaan Ilmu dalam Islam juga
pernah menyampaikan bahwa ilmu yang termasuk dalam fardhu kifayah adalah yang
dibutuhkan oleh kaum muslimin dalam dien-nya atau dunianya dengan jalan
mendalami ilmu-ilmu syara atau spesialis. Jadi intinya, ilmu yang terpuji
adalah ilmu yang diperuntukkan pada kemaslahatan dunia, berarti sebelum masuk
ke pintu itu kita perlu ilmu juga bukan? Untuk memahami mana yang maslahat mana
yang menimbulkan mudharat? J Dan ilmu tentang maslahat-mudharat
sebenarnya masuk kategori bagaimana kita ber-aqidah dan ber-akhlak kemudian.
Terus keutamaannya ilmu itu apa broh
siss ? Banyak fenomena yang bisa kita lihat, anak-anak muda yang bertingkah
ikut-ikutan pada suatu hal tapi nggak tau dasar dan muasal hal tersebut. Anak
gaul sekarang sih bilangnya itu mainstream
cuy ! ngikuuutt aja kayak ekor uler. Atau bisa juga dibilang latah terhadap
apa-apa yang sedang nge-trend di sekitar kita, Hijab style misal, yang kadang
kalau aku lihat “iuuh” banget deh, udah bikinnya ribet diplintir sana plintir
sini, iket sana penitiin sini, tapi nggak nutup dada, Astaghfirullah. Mereka
tau nggak ya kalau kaidah pakai jilbab kan harus yang nutup dada ? L
Nah, Allah berfirman di surat Al
Israa’ ayat 36, “ Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya
akan diminta pertanggungjawabannya.” Dari pesan Allah itu bisa kita artikan
bahwa jangan kita mengikuti sesuatu tanpa didasarkan pada ilmu, dan hanya
sekedar ikut-ikutan saja. So, sudah paham kan kita bahwa berilmu itu penting ? Terus
dimana kita bisa dapet ilmu-ilmu seperti itu ? seperti apa ? itu lhooo yang
bisa mengantarkan pada maslahat.. ! Hmm… oke lets !
Dalam berilmu itu ada adabnya. Maka
sebelum kita melangkah untuk meraih dan mengumpulkan ilmu wajib bagi kita untuk
memahami seperti apa adab dalam berilmu. Ini beberapa hal yang aku tahu tentang
adab berilmu.
Apa-apa
semua hal yang ingin kita kerjakan berawal dari niat kan yak ?! Niat kalau
nggak lurus, kemungkinan besar dalam mencari ilmu hasilnya nggak berkah.
Waallahu’alam. Yang pasti, niat perlu dibenerin dulu, niat Lillah Fillah
Billah, ada tujuan, alasan dan proses. Niat Lillah, berarti tujuan yang kita
bentuk adalah semata untuk Allah. Di sini ada 2 jenis niat nih, 2B Niat, Niat
Baik dan Niat Besar. Niat baik artinya niat yang kita haturkan semata karena ingin
mendapat ridho Allah semata, nah kalau Niat Besar disana terdapat unsur usaha
atau upaya yang kita lakukan yaitu bagaimana kemudian kita bisa bekerja keras
tanpa kenal lelah dalam meraih dan mengumpulkan ilmu. Niat Fillah, artinya
alasan ia mencari ilmu juga karena Allah, karena tahu bahwa Allah yang bisa
menolongnya ketika menemui kesulitan, harapan juga hanya pantas ditancapkan ke
Allah saja bukan kepada manusia, karena jika menancapkan harapan kepada manusia
yang ada hanyalah kecewa #asik. Niat Billah, bahwa dalam mencari ilmu
senantiasa kita mengingatNYA. Hanya Allah yang selalu bersama kita dalam segala
keadaan.
Ini baru bab NIAT broh siss !
perjalanan masih panjang lhoh.. hehe. Dimana ada niat di sana ada usaha ya kan
?? kalo nggak ada usaha itu namanya omong doank, utopis, punya mimpi tapi cuma
NATO (No Action Talk Only). Di dunia ini tempat mencari ilmu banyak, ada di
sekolah atau majelis ilmu, pengajian, buku, dan lain sebagainya. Semua
fasilitas itu memang menjadi komponen utama dalam berilmu tapi ia akan
berbahaya dan bisa jadi menjadi sia-sia jika tidak ada guru yang bisa
mengarahkan dan membimbing kita di luar kemerdekaan kita untuk berpikir dan
menyampaikan isi otak kita. Guru di sini penting, so jika ada yang masih tidak
menghormati guru, kelaut aja broh! Nyari ikan. Di bakar terus dimakan. #apasih.
Ilmu itu diambil dari mulut para ulama/guru. Maka seorang penuntut
ilmu, agar kokoh dalam ilmu di atas pondisi yang benar, maka hendaknya ia
bermulazamah kepada guru, talaqqi (mengambil) ilmu langsung dari mereka.
Sehingga pencarian ilmunya tegak di atas kaidah-kaidah yang benar. Nggak
melenceng. Karena jika kita hanya membaca buku tanpa ada diskusi lebih lanjut
tentang bagaimana sisi aplikatif nya dalam berilmu itu, bisa jadi ia akan
banyak salahnya daripada benarnya. Di sisi lain sebenarnya aku juga ingin
berbagi suatu hal dari maksud bab “guru” ini J. Bahwa kita juga memerlukan mentor dan
motivator. Guru bisa menjadi tokoh inspiratif dalam proses berkelana kita
mencari ilmu. Maka jangan tanggung-tanggung kalau mencari guru untuk diri kita.
Carilah ia yang memiliki prestasi dan mumpuni, yang mampu menggerakkan semangat
kita untuk bisa menjadi sepertinya bahkan melebihinya, yang menggetarkan darah,
nadi dan hati kita untuk mengingatNYA dalam setiap yang diucapkannya, dan yang
mampu memberikan inspirasi pada ilmu-ilmu yang ingin kita dapatkan. So selamat
mencari guru terbaik anda !!
Lanjut ! Ketika kita telah meraih ilmu lalu apa yang selanjutnya kita lakukan? Jika kita berilmu namun tak diamalkan, berarti kita termasuk orang yang munafik. Naudzubillah... so, adab berilmu selanjutnya adalah ketika kita sudah mengetahui suatu ilmu maka hendaklah kemudian kita memahaminya, dan ketika telah memahaminya secara menyeluruh maka sungguh terpuji orang yang kemudian mengamalkannya. Ketahui, Pahami dan Amalkan. Kunci berilmu.
Lanjut ! Ketika kita telah meraih ilmu lalu apa yang selanjutnya kita lakukan? Jika kita berilmu namun tak diamalkan, berarti kita termasuk orang yang munafik. Naudzubillah... so, adab berilmu selanjutnya adalah ketika kita sudah mengetahui suatu ilmu maka hendaklah kemudian kita memahaminya, dan ketika telah memahaminya secara menyeluruh maka sungguh terpuji orang yang kemudian mengamalkannya. Ketahui, Pahami dan Amalkan. Kunci berilmu.
Dan
hei ! Perlu kalian tau juga, bahwa ilmu-ilmu itu berserakan dimana-mana guys ! Nggak
hanya di sekolah, buku, dan guru. Kita melihat pohon yang berdiri tegak pun di
situ terdapat ilmu, melihat lebah dan kupu-kupu yang beterbangan di atas bunga
pun terdapat ilmu, melihat anak kecil yang bahagia sekali dengan mainannya pun
di sana terdapat ilmu. Hei, taukah kalian bahwa ilmu itu juga ada dalam
keseharian kita ? dalam setiap kegiatan yang kita lakukan dimanapun kita
baerada ? Bahkan peristiwa-peristiwa kecil yang kita temui atau bahkan kita
alami sendiri, disebaliknya terdapat ilmu yang bisa kita ambil. Peristiwa kecil
yang menggerakkan hati dan pikiran kita bersamaan dan menggoncang diri untuk
berlaku bijak terhadap kehidupan dan menghargai setiap ilmu yang berserakan
kemudian kita memuliakannya. Sebelum memposting tulisan ini, aku bercerita tentang suatu ilmu
yang tak sengaja kudapatkan dari secuil kegiatan kecil yang kulakukan. Dan hei
! Sungguh orang-orang yang beruntung adalah orang yang mampu berpikir dan
mengambil hikmah dari setiap apa yang ia temui disekitarnya, karena di sanalah
ilmu berserakan yang terkadang kita acuhkan. Hikmah, adalah poin terakhir dalam
adab berilmu. Selamat mengais-ngais ilmu yang berserakan wahai para pencari
ilmu J. Dan Imam Syafi’I pernah berkata dalam sajaknya,
“Singa
jika tak tinggalkan sarang tak akan dapat mangsa, anak panah jika tak
tinggalkan busur tak kan kena sasaran, matahari di orbitnya jika tak bergerak
dan hanya diam tentu manusia bosan padanya dan enggan memandangnya.”
*lebih jelas sajaknya bisa dilihat di label
Kata Mutiara J*
Dan pesan penutup bahasan ini,
“Jika
kau menghendaki dunia maka harus berbekal ilmu, jika kau menghendaki akhirat
maka harus berbekal ilmu, dan jika kau menginginkan keduanya maka harus pula
berbekal ilmu.”
*aku lupa siapa yang pernah beri nasehat super
ini :p *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar