Ini cerita pengalaman pertamaku
hidup berbagi bersama makhluk Allah yang lain. Berbagi perhatian, berbagi kasih
sayang, berbagi cinta, eitss.. kecuali berbagi makanan ya, karna jenis makanan
kami berbeda hehehe. Berisik suara pompa air di dalam akuarium kini mengisi
hari-hari dikontrakan, ikan-ikan imut dan lucu menari-nari kesana kemari di
dalam air, terlihat cantik dipandang dari kaca bening. Hmmm… cukup menikmati
aktivitas-aktivitas merawat ikan-ikan itu J. Walau
terkadang parno sendiri, girang sendiri, ngomong sendiri (sebenernya ngajak
ngomong si ikan sih!) sampai berkali-kali dibilang abangku, “jiaann…. nis, wis
koyo wong edan tenan.” Bodo amat, batinku hehehe.
Sebelumnya aku nggak pernah merasa
se-excited ini memelihara hewan. Di
rumah, ibu dan bapak gemati banget
ternak ayam. Setiap pagi dan sore sudah ribut berteriak, “ning-niiiiinnnggg…. makan
duluuu.”, “ning-niiiiiiinnggg… ayo masuuuukkkk udah mau maghrib.”, “ning-niiinnggg….
Bla bla bla bla.” You know what ? Ning-ning
itu panggilan untuk ayam-ayam beliau. Hhhh… kadang aku suka ngiri sama si
ning-ning, karna terkesan dimanja banget sama ibu-bapak, hahaha (ngiri kok sama
ayam -_- ). Tapi begitulah, sejatinya hewan-hewan juga butuh perlakuan baik
dari para tuannya. Mereka juga bisa merasa coy ! Kadang bersikap “manusiawi”
(apa deh kata ganti manusiawi kalo buat ayam ? ayamiawi ? rodo mekso -_- )
kepada hewan-hewan peliharaan juga penting. Bagaimanapun mereka juga makhluk
hidup, makhluknya Allah, dan mereka bersama kita bisa jadi sebagai bentuk Allah
menitipkannya kepada kita. Iya, titipan Allah. Karena kita punya akal dan hati
untuk berpikir dan merasa lebih dari makhluk hidup yang lain, maka kita pun
dituntut hidup seimbang bersama mereka.
Begitulah, pengamatan memperhatikan
aktivitas ibu dan bapak memelihara hewan menjadi satu referensi lain bagiku
merawat ikan-ikan ini. Ikan koi dan ikan komet sekarang mereka membersamaiku.
Hahaha, berawal dari jalan-jalan ke pantai bersama kawan-kawan beberapa waktu
lalu, dan tepat saat air laut surut, aku melihat ikan-ikan menggeliat
bersembunyi di balik karang. Lucu dan menyenangkan ketika dilihat serta cukup untuk
kembali menyegarkan pikiran yang penat. Sepulang dari sana aku berniat untuk
pelihara ikan juga aahhh, kataku. Alhasil tanya kawan kesana kemari, dimana
beli ikan? Jenis ikan hias apa aja yang bisa dipelihara? Harganya berapa? Cara ngerawatnya
gimana? Jadi sedikit lebih bawel dari biasanya, hehehe. Awal memelihara ikan
mas koki waktu itu, tak bertahan lama *sedih*, 7 ikan dari yang kubeli, hanya
bertahan 3 ikan. Entahlah, maklum masih newbie
jadi belum begitu lihai merawat mereka. Ada sih rasa kecewa tapi yaudahlah, “ikhlasin”
aja. Mungkin aku yang belum begitu telaten merawat atau mungkin memang sudah
kehendak Allah mengambil mereka kembali. Allah kan yang Maha Menghidupkan dan
Mematikan (?). Aku pun mengubur mereka semua di tanah belakang kontrakan.
Meski ada fase kecewa dan sedih
karena merasa gagal menjaga titipan Allah, tapi aktivitas ini cukup
menyenangkan. Kamu penat ? lihat akuarium dan perhatikan gerak-gerik mereka,
tetiba suasana hati menjadi lebih rileks. Kamu capek ? lihat warna-warna ikan
yang unik dan perhatikan bagaimana mereka mencoba berkomunikasi dengan kita, “minta
makaann… minta makaann!” beri mereka makan, dan rasa lelah itu pun
bertransformasi menjadi menyejukkan. J
Berkesempatan menjalani aktivitas ini sebenarnya juga merupakan sebuah
keberuntungan. Mengapa ? Karna ini bisa menjadi salah satu cara berdzikrullah.
Memberi mereka makan, membersihkan tempat ia hidup, memperhatikan keadaannya,
merawat kelayakan hidupnya, itu semua akan berujung pada pemahaman kita
mengenai pentingnya menyeimbangkan kehidupan sesama makhluk hidup, sesame ciptaan
Allah. Ketika ada dari mereka yang tak mampu bertahan dan memilih kembali pada
penciptanya, itupun berujung pada pemahaman akan kebesaran-Nya. Allah lah yang
berkehendak, Allah yang menghidupkan dan mematikan semua makhluk-Nya.
Seperti pagi ini, aku mendapati ikan
koi yang paling aku sukai karna bentuk dan warnanya yang cantik, ikan koi jenis
Ogon (warna kuning metalik) terlihat lemah tak berdaya. Bernafas namun tak
sanggup mengepakkan siripnya untuk berenang. Nggak tegaaaa L … aku
langsung sigap membereskan kondisi akuariumnya, dan memberi makan. Tapi ia
tetap tak sanggup bergerak, hanya mengikuti arus air yang mengayunkan tubuhnya
yang layu. Huaaaaa… you know ? saat itu pula aku merasa perasaanku remuk dengan
sedikit ekspresi lebay (dalam konteks pelihara2 hewan yaaa..). Aku hanya terus
memperhatikannya sambil tak henti mengajaknya berkomunikasi. “Ogoonn…
bertahanlah… kamu harus kuat ogooonn… kamu cantik, kamu pasti kuat berenang
lagi, ayo ogon gerakin siripmu…”, (jangan bayangkan seperti apa aku mengajaknya
bicara seperti ini! Dangerous!). Kalian tau ? bahwa hewan termasuk ikan juga
membutuhkan sugesti positif dari para tuannya. Untuk apa ? Aku hanya meyakini
bahwa mereka akan merasakan, merasa bahwa yang merawatnya selama ini juga
merawat dengan hati, bukan sekedar rutinitas. Aku meyakini bahwa mereka pasti
juga memahami bahwa tuannya juga mampu mengajaknya berkomunikasi (walau bahasa
kami berbeda). Aku meyakini bahwa mereka akan paham ada upaya-upaya manusia
untuk saling berbagi kehidupan bersama mereka. Aku meyakini dari sana pula
energi-energi positif akan mengalir pada mereka dan membuat mereka tetap ingin
bertahan bersama kami (manusia) sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya.
Aku tak tau bagaimana progress si
Ogon hingga detik ini, karna aku meninggalkannya di kontrakan sementara waktu.
Apakah ia tetap bertahan ? atau memilih untuk mencari kehidupan bersama
pencipta-Nya di sana L.
Semua baik. Semua yang terjadi padanya aku rasa itu yang terbaik. Ya, karna
dari sini kemudian aku bisa memahami, memang hanya DIA lah Sang Menghidupkan
dan Mematikan. Ogoonn, terimakasih sudah membuat hari-hari penat ku beberapa
hari ini menjadi lebih rileks setiap kali memperhatikan gerik mu, selalu
membantuku untuk paham bagaimana pentingnya menjaga suatu amanah, *nangis
beneran*. Ahh… lebay nih gue ! Gimana donk nih ah, udah terlanjur jatuh cinta
sama si Ogon, aku nya juga terlalu sensitip nih ah. Baik-baik ya ikan-ikan ku
semua. Pun pada akhirnya ini lah salah satu titik cara pula untuk belajar
ikhlas, kita merawat, kita menjaga, namun tetap kehendak Pencipta itu tak akan
mungkin bisa dilawan.
Ya, pada akhirnya pula memelihara
makhluk hidup Allah yang lain adalah proses belajar pula untuk manusia.
Subhanallah… Alhamdulillah… Allahu Akbar. Begitu banyak hal begitu banyak cara
begitu banyak ilmu dan pelajaran bisa kita kumpulkan serpihan-serpihannya yang
tercecer untuk disatukan menjadi hakikat Ma’rifatullah.
*masih
galau banget mikirin si Ogon L L L L L …
ayooo, ikhlas…*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar