Bismillah.
Akhirnya bisa nulis juga hasil
diskusi dengan jajaran guru-guru saya yang tiap kamis pagi diadakan di rumah
Ustadz Fauzil Adhim. Diskusi kali ini sangat menarik karena kita membahas
tentang motivasi yang kemudian kita kerucutkan dalam sudut pandang islam.
Hihihi… sebelum mulai diskusi, seperti biasa ada suguhan kopi enak dari Ustadz
Fauzil. (sorry guys ane lupa nggak minta potonye, lupa namanye pula, jadi nggak
di aplot deh ^^v ).
Diskusi yang senantiasa dihadiri
para pakar parenting dan pendidikan ini sebenernya bisa-bisa saja dibuka untuk
umum. Tetapi sembari diusahakan, kami-kami yang biasa nongol di diskusi ini
dulu yang hadir. Ada Ustadz Fauzil Adhim (pakar parenting), Ustadz Bagus
Priyosembodo (pakar pendidikan), Ustadz Fatan Fantastik (Direktur+Trainer
JANtraining), Deniz Dinamiz (Trainer JANtraining), dan kami-kami para murid (sekitar
7 orang) yang masih sedikit ilmu berlomba-lomba mengais dari beliau-beliau
tadi. Well, bahasan kali ini cukup lezat dan nikmat (ngelirik kopi dan camilan
khas gunungkidul, Tiwul dan kawan-kawannya :-9 hahaha). So, Yuk kita mulai !
Menyusup sebentar ke ilmu psikologi
ya, dalam ilmu psikologi motivasi itu ada,
Highly Motivated
(motivasi tinggi)
Motivated
(termotivasi)
Unmotivated
(tidak ada motivasi)
Demotivated
(motivasi turun)
Demotivated
adalah kondisi dimana seseorang sebelumnya memiliki motivasi tinggi (highly motivated) kemudian “njegleg”
atau menurun drastis karena alasan tertentu yang kemudian membuatnya tidak
bermotivasi lagi. Atau bisa juga, seseorang dimotivasi dengan alur demotivated kemudian termotivasi, tapi
cara ini jarang digunakan karena cenderung melalui cara meremehkan diri yang
kemudian bisa jadi akan menjatuhkan mental seseorang, itu tidak sesuai fitrah. Unmotivated adalah kondisi dimana
seseorang sejak awal memang tidak memiliki motivasi. Hal ini bisa jadi karena
tidak ada asupan motivasi dari lingkungan sekitarnya atau memang di
lingkungannya memang tidak menumbuhkan iklim motivasi, sehingga seseorang tidak
dapat menangkap sinyal motivasi. Kondisi unmotivated
bisa berubah menjadi motivated bahkan
highly motivated jika memang ada
dorongan motivasi dari dalam (motivasi intrinsik) dan motivasi dari luar
(motivasi ekstrinsik). Highly motivated adalah
kondisi seseorang yang memang memiliki motivasi tinggi.
Nah, karena kita ingin menilik
motivasi tersebut dari sudut pandang islam, maka kemudian kita mengenal
motivasi itu dengan “TARGHIB” (membuat rasa senang secara batin) dan “TARHIB”
(menanamkan rasa takut). Secara bahasa targhib dalam bahasa Arab berasal dari
kata raggaba yang berarti membujuk
untuk menjadi suka. Sementara tarhib berasal dari kata rahhaba yang berarti menakuti. Secara istilah, menurut Abdurrahman
An-Nahlawi, targhib adalah suatu janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk
menunda kenikmatan namun penundaan tersebut sifatnya pasti baik dan murni
karena dilakukan melalui amal sholih. Tarhib adalah ancaman melalui hukuman
yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan, atau perbuatan yang
dilarang Allah.
Dari pemahaman di atas maka motivasi
dalam konsep islam ditumbuhkan melalui dua hal tersebut yaitu targhib dan
tarhib. Efek dari targhib adalah meyakini, yang membuat seseorang itu mencintai
(senang secara batiniyah dan emosional), dan akhirnya bersemangat untuk
melakukan (meskipun tidak menyenangkan secara fisik dan materi). Nah beralih ke
masalah tarhib yang sepertinya kita akan lebih banyak membahas tentang ini.
Konsep tarhib itu berdasar pada Q.S. An Nazia’at ayat 26 bahwa “Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat ibroh (pelajaran) bagi orang yang takut (kepada Tuhannya).” Di dalam rasa takut kita juga perlu mengenal 3
hal :
Khosy-yah
: rasa takut karena kecintaan yang luar biasa/ta’zhim kepada Allah SWT.
Khouf
: rasa takut karena bahaya, misal : neraka dan azab. Ini merupakan jenis rasa
takut akan penderitaan di masa depan.
Hazn :
rasa takut karena pengalaman masa lalu, misal : pengalaman disakiti.
Kira-kira menurut kalian, mana rasa
takut terbaik untuk bisa memotivasi diri ?? *senyum lebar* 3 hal tersebut
memang mempengaruhi motivasi-motivasi yang muncul dari dalam diri kita. Namun,
motivasi yang dipengaruhi oleh rasa takut karena kecintaan yang luar biasa
(khosy-yah) yang membuat diri justru akan lebih produktif, karena segala apa
yang dilakukan kita serahkan kepada Allah SWT. Seperti yang sudah Allah
jelaskan di Q.S. Luqman ayat 22 bahwa “Dan
sesiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah (yuslim), sedang dia orang yang
berbuat kebaikan (muhsin), maka sesungguhnya ia telah berpegang teguh kepada
buhul tali yang kukuh.”
Urwatul Utsqa (tali yang kukuh),
agar dapat bertahan dalam tali itu ada syaratnya, yaitu kita perlu menjadi
manusia yang “Yuslim” dimana kita menyerahkan wajah kepada Allah (yuslim wajhahu
ilallah), berserah diri. Memurnikan segala ibadah kepada Allah, atau bahasa
awam yang kita kenal adalah IKHLAS. Kedua adalah menjadi manusia-manusia “Muhsin”
yang senantiasa ber-ihsan. Melakukan amal-amal kebaikan sekecil apapun itu juga
dengan ber-ittiba’ kepada Rasul, atau bahasa awamnya adalah NYUNNAH,
menjalankan sunnah-sunnah. J Dari
kedua hal tersebut kemudian akan menjadi elemen penting dalam diri kita untuk
senantiasa termotivasi hingga memiliki motivasi tinggi dalam menjalani segala
aktivitas karena rasa takut kita atas dasar kecintaan kepada Rabb semesta alam.
Motivasi dengan rasa takut (tarhib)
ini penting bagi diri seorang muslim. Rasa tarhib pada akhirnya yang membuat
diri memiliki kesadaran tinggi atas urgensi dan fungsi manusia diturunkan ke
bumi untuk senantiasa produktif beramal baik lillahi ta’ala. Bahkan ulama-ulama
besar pun menjadikan rasa takut ini sebagai motivasi untuk berilmu, makin
tinggi ilmu maka akan semakin tinggi pula tingkat keimanannya. Nah, rasa
takutnya orang beriman akan membuatnya bisa paham akan ilmu dan
pengetahuan. So, apa dan bagaimana
motivasi mu selama menjalani hidup di dunia ini ? *ngomong sama cermin* Semoga
kita memiliki tingkatan motivasi yang paling tinggi untuk berproduktivitas di
dunia ya… yaitu karena rasa tarhib kita didasari atas kecintaan yang luar biasa
kepada Allah SWT, yang kemudian menjadikan diri kita orang-orang yang Yuslim
dan Muhsin. J Waallahu’a’alam.
Itu sedikit ilmu yang bisa aku share
dari diskusi bareng para guru, semoga manfaat nggih. Kalau ada salah mohon
diluruskan, karena manusia tempat khilaf dan dosa sementara kesempurnaan milik Allah
semata. J
Referensi
: Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan
Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Forum Garasi, Diskusi Pendidikan Kamis 16 dan 23 Januari 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar