Seperti peristiwa ketinggalan bus,
sesuatu yang sedang kita tunggu berikutnya seringkali adalah sesuatu yang sudah
kita lewatkan. Sementara waktu tak mungkin berjalan mundur, menunggu
“kesempatan kedua” kadang-kadang seperti sebuah usaha untuk menerjemahkan kata
“selamanya” menjadi satuan waktu yang bisa dihitung dan diperkirakan. Kita
boleh berharap bisa melakukannya, tetapi kenyataan seringkali bahkan selalu tak
seindah yang kita bayangkan.
Kemana kita sebenarnya akan pergi
dengan bus kedua itu?
“Barangkali ke terminal berikutnya:
Kedewasaan.”,”tempat dimana kita akan menyadari dan membuat kita mengerti bahwa
sesuatu yang paling kita tunggu dan inginkan sebenarnya adalah hal-hal kecil
yang sedang kita dekap tetapi sering kita sepelekan di keseharian. Tempat di
mana kita tak memberi ruang pada penyesalan-penyesalan tetapi mencari
peluang-peluang untuk sejumlah kerja perbaikan.”
Apakah kita benar-benar sudah
ketinggalan bus ?
“Ya, tetapi aku akan tetap menunggu.”
J
*kutipan tulisan Fahd Djibran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar