Bismillah.
Aku
mau share hasil diskusi pendidikan yang rutin kami (JANTraining) adakan setiap
kamis bersama Ustad Fauzil Adhim, Ustad Bagus, Ustad Fatan Fantastik dan Mas
Denis Dinamiz. Sembari menikmati berbagai jenis kopi suguhan dan koleksi Ustad
Fauzil diskusi semakin nikmat. Hehehe
Kopi Robusta Toraja, tingkat keasaman lebih rendah dibanding kopi di bawahnya :) |
Kopi Arabica Toraja+Kintamani, tingkat keasamannya lebih tinggi dan warna lebih hitam :) |
Nah,
prolog yang membuat tercengang mengenai kurikulum pendidikan Indonesia tahun
ini (2013) disampaikan oleh Ustad Fauzil. Jeddeeerr !! Ternyata, dibalik
pembuatan kurikulum pendidikan tahun 2013
ada campur tangan dan konstruksi pikir oleh salah satu ideolog JIL
sekaligus pendiri JIL. Beliau juga diamanahi untuk terlibat dalam membuat
kurikulum pelajaran Sastra mengingat beliau juga sosok budayawan. He is Gunawan
Mohamad. Yes, dalam buku “Kurikulum 2013 : Tanya Jawab dan Opini” beliau
menyampaikan kekecewaannya terhadap kurikulum pendidikan tahun ini yang
ternyata tidak begitu sesuai dengan harapannya. Bahwa kurikulum tersebut
terlalu berlebihan dalam mengikutsertakan nilai-nilai keagamaan.
Well,
yang ingin aku tekankan di sini adalah “Mengapa orang dengan alur pikir seperti
beliau dilibatkan dalam pembuatan kurikulum pendidikan Indonesia ?”. Jelas itu
akan mempengaruhi bentuk atau konstruksi pikir kurikulum pendidikan di tahun
berikutnya bukan ? Dan akan lebih menjelaskan lagi bahwa itu kemudian akan
merusak tatanan nilai agama yang ingin disampaikan kepada generasi berikutnya.
Mau dibawa kemana pendidikan Indonesia kemudian jika bahkan nilai agama
berusaha dihapuskan dari kurikulum Indonesia. Wooaahhh, yang kemudian saya
tangkap adalah “Ya, inilah bentuk Scientologi
di abad ini yang berusaha memperjuangkan “illah” nya dalam dunia pendidikan.
Lebih banyak menyembah akal dan ilmu pengetahuan dibanding “Yang Maha Memiliki dan
Memberi Akal serta Pengetahuan.” Siapa DIA ? Ya, jelas Allah SWT. Bahaya nih
bahaya ! Dan memang fenomena seperti ini sudah tidak jarang kita temui dalam
berbagai bidang kehidupan kita. Berbagai macam bentuk ideologi sudah menjadi
fitrah hawa nafsunya untuk dapat mengendalikan segala proses kehidupan
berbangsa dan bernegara. Inilah pentingnya kita untuk berhati-hati dalam
menerima segala bentuk informasi dan pengetahuan, semua itu perlu filternya,
yaitu Al Quran dan Sunnah.
Gunawan
Mohamad juga menyampaikan bahwa sesungguhnya besar harapannya Indonesia mampu
melahirkan seorang “Stephen Hawking”.
Akan
menjadi kekacauan pendidikan jika kemudian impian-impian perkembangan dan
keberhasilan pendidikan Indonesia akan berdasar pada tokoh ini, menjadi tolak
ukur lahirnya generasi yang berkualitas. Tak heran jika kemudian moral anak-anak
Indonesia justru semakin buruk, wong di kurikulumnya sendiri saja dikonstruksi
dengan alur pikir yang seperti itu. Mengesampingkan nilai-nilai ke-Tuhan-an
dibandingkan akal dan ilmu pengetahuan. Sementara moral itu dasarnya ada pada
pendidikan agama yang didalamnya termuat akan rasa penghambaan terhadap “Sang
Pemilik Segala”, Yang Maha Mengontrol setiap tindak tanduk kita selama di
dunia. Maka jelas bahayanya jika kurikulum yang melibatkan konstruksi pikir
Gunawan Mohamad ini akan merusak aqidah dan akhlak generasi penerus Indonesia.
Waspadalah bagi yang ingin menjadi guru, perhatikan pula hal-hal yang seperti
ini. Pak Mentri, tolong pikirkan dan pertimbangkan kembali siapa-siapa saja
yang penting, perlu, dan BAIK untuk dilibatkan dalam proses pembuatan
kurikulum. #Pray4KurikulumPendidikan2014.
Semoga Manfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar