Assalamualaykum wr. wb.
Sedikit
ingin share hasil diskusi dengan teman-teman lingkaran cinta beberapa waktu
lalu. Ini tentang sebuah masa depan. Tentang sebuah peradaban. Tentang sebuah
asa dan cinta atas kehidupan yang lebih mulia. Tentang pentingnya eksistensi
muslimah dalam kiprah peradaban. Tentang pentingnya ilmu bagi muslimah. Dan tentang
bekal yang musti dipersiapkan jauh hari untuknya. Let’s Our discussion about “Mempersiapkan
Diri Menjadi Ibu RT” :p
Gals,
mesti yeiy yeiy semua mengernyit baca judul diskusi ini, hehehe. Bisa jadi
dalam pikiran kalian bahasan ini akan membahas tentang bagaimana mengurus warga
sekampung, bagaimana mengelola arisan, PKK, dan lain sebagainya. Eeiitsss… itu
cukup mainstream sodara-sodari J
. Ini bukan sekedar urus mengurus arisan, PKK, warga, dsb. Ini tentang
bagaimana kelak kita akan menjadi salah satu aktor dalam membangun peradaban
dari generasi-generasi yang akan kita lahirkan. Menjadi Ibu RT, menjadi Ibu
Rumah Tangga dan Rukun Tetangga. Jangan tertipu dengan judul ya. Maksud dari
judul ini adalah bagaimana kita mempersiapkan menjadi seorang ibu yang memiliki
peran besar dalam melahirkan para generasi mulia yang diharapkan islam dan
bagaimana peran besar kita untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat salah
satunya dengan melahirkan generasi-generasi rabbani. (Dakwah Keluarga dan
Dakwah Sya’bi)
1. >> Ibu
Shalihah untuk Generasi yang Shalih
“Muslimah itu memiliki potensi
melahirkan dua macam generasi, melahirkan seorang ulama atau seorang negarawan.”
*disadur
dari kata seorang sahabat*
Betapa
mulianya seorang wanita yang diberikan fitrah dan nikmat dengan menjadi salah satu
agen peradaban. Ia adalah pewaris nilai-nilai (taurits al qiyam) kebaikan kepada para generasi baru. Maka untuk
melahirkan generasi yang unggul dan berkualitas, memerlukan sosok ibu yang
berkualitas pula. Ini menandakan bahwa seorang ibu harus memiliki bekal ilmu
baik secara teori untuk membentuk pemahaman yang baik, maupun praktik sebagai
bentuk konkritnya. Ilmu ini lah yang menjadi sumber dari munculnya ibu-ibu yang
shalihah #ihiiy. Pendidikan muslimah di sini sangatlah penting, so buat para
muslimah jangan kesampingkan kuliah dengan organisasi yak. Keduanya seyogyanya
mampu berjalan beriringan dan seimbang, kan oke tuh yaa udah IPK 4.00
kontribusi di luar (organisasi misalnya) itu juga kece. Dapet ilmu nya
dimana-mana, dibagi kemana-mana, di pake semanfaat-manfaatnya, apalagi besok
buat anaknya #beuuuhh. Joss Gandooss !!
Nah,
maka buat para muslimah jangan enggan untuk bisa mendapatkan pendidikan hingga
jenjang yang lebih tinggi. Memang sih, bukan menjadi takaran pasti, tapi nanti
penting untuk mengawal anak-anak kita untuk memiliki motivasi yang tinggi dalam
mencari-cari ilmu. Kalau kata seorang sodari, “Eh, anak-anak kita itu besok butuh
ibu yang cerdas!” ditambah mbak Dian Sastro bilang “entah akan berkarir atau
menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi. Karena ia
akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak yang cerdas.” Mekaten
ngendikane mbak Dina menika.
Kenapa
itu penting ? yuk kita lihat fenomena-fenomena jaman sekarang. Kenakalan remaja
dimana-mana, pelacuran anak usia belia dimana-mana, pornografi, narkoba, miras
aaaahh terlalu kelu menyebut satu per satu kondisi moral yang tak terjaga
seperti itu. Ini PR kita lhoo ibu-ibu sekalian yang di rahmati Allah J. Ini Pekerjaan Rumah bagi masing-masing
diri kita. Membentuk karakter mulia dalam diri, keluarga dan masyarakat adalah
tugas kita juga. Dan ini penting bagi generasi yang akan kita lahirkan esok.
Karena sejatinya, ibu yang mengandung dan melahirkan adalah pihak yang paling
dekat emosionalnya dengan anak-anak, jadi ia memiliki peluang yang besar ketika
mendidik dan membimbing anaknya menjadi anak dengan nilai moral yang baik. (ehmm..
bapak-bapak jangan sewot dulu nggih :p ). à
bukan menafikan peran bapak bagi anak-anak. Dalam islam perempuan shalihah
adalah pasangan bagi laki-laki yang shalih. Dengan demikian pada saat islam
menghendaki perempuan menjadi shalihah adalah tuntutan yang sama terhadap
laki-laki untuk menjadi shalih.
So,
proses pendidikan (Tarbiyah) dari para ibu di sini sangat penting untuk
mempersiapkan para ibu agar memahami perannya dalam menjawab tantangan masa
depan bangsa. Sesungguhnya mereka tidak cukup menjadi ibu yang baik hanya dari
segi pengalaman belaka. Perlu sejumlah ilmu dan ketrampilan untuk bisa menjadi
pendidik generasi yang berkualitas yang diharapkan islam.
2. >> Muslimah
Pembangun Masyarakat yang Sehat
Dalam
amar ma’ruf nahi munkar laki-laki dan perempuan itu memiliki kewajiban yang
sama. Mereka adalah unsur asasi dalam melakukan pembangunan masyarakat. Kita
cek dulu yuk, Allah SWT berfirman “
“Dan orang-orang yang beriman
laki-laki dan perempuan, sebagian mereka adalah menjadi penolong bagi sebagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat. Dan mereka taat kepada Allah dan
RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah
Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” QS. At Taubah ayat 71
Di
sini muslimah bukanlah suplemen atau pelengkap dalam perbaikan masyarakat. Jika
kaum laki-laki disiapkan menjadi manusia yang shalih namun kaum perempuan tidak
dididik hal yang sama, maka yang terjadi adalah ketimpangan. So, muslimah
adalah salah satu pelaku aktif dalam pembangunan. Dan mereka membutuhkan
pendidikan islam (tarbiyah islamiyah)
sebagai penghantar pada kepribadian para muslim/ah. Jika tidak, maka akan mudah
tergerus oleh arus zaman, terkhusus muslimah yang rentan olehnya (melihat
kembali fenomena 5 F, Fashion, Film, Fun, Food, F ……. *isi masing-masing yeh :p
*
Meskipun secara anatomis dan fisiologis
perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan, namun sesungguhnya perbedaan
tersebut bisa menjadi peluang modal yang ketika kita kelola bahkan mampu
memberikan nilai manfaat di masyarakat. Menurut Abbas Kararah (1995) bahwa
kelembutan, kehalusan watak, kelebihan perasaan lebih dominan dimiliki
perempuan sementara kekerasan, pendirian teguh, kecerdikan menguasai hawa nafsu
adalah watak laki-laki. Dengan watak perempuan yang tersebut di atas maka
memang selaras dengan perannya sebagai sosok yang penyayang, penuh cinta kasih
terhadap sesama bahkan kepada anak dan keluarga. Sementara watak laki-laki
tersebut di atas selaras dengan peran mereka sebagaimana mereka telah diamanahkan
untuk menjadi seorang pemimpin yang tangguh. Baik untuk keluarga, masyarakat,
bahkan bangsa dan negara.
Dari sini kemudian mengindikasikan bahwa
pendidikan bagi seorang muslimah penting untuk dimiliki. Pendidikan memang tidak
hanya ada dalam lingkup akademis tapi juga di setiap ranah yang kita lakoni.
Karena sesungguhnya ilmu itu bertebaran dimana-mana, tinggal bagaimana kita
pandai mengais-ais nya menjadikannya manfaat bagi sesama. Namun dengan memiliki
pendidikan hingga jenjang yang lebih tinggi (dalam lingkup akademis) akan
menjadi motivasi tersendiri bagi generasi-generasi kita agar senantiasa berilmu
dan menjadikannya menjadi sosok pembangun peradaban yang lebih mulia.
Melalui pendidikan itu pula mengangkat
derajat muslimah dlm kapasitas subjek yg mandiri, memiliki kesadaran aktif
& potensi yg penuh utk melakukan perbaikan diri, keluarga, masyarakat
dan bangsa. Karena eksistensi muslimah juga dibutuhkan dalam sistem dan
dinamika masyarakat yang sehat.
Maka ada beberapa titik poin yang dapat
diambil kesimpulan dari perbincangan kecil ini, bahwa,
1. >> Sesungguhnya
seorang wanita itu punya kesempatan besar untuk memberi manfaat di masyarakat,
di ranah sosial. Banyak peluang sosial yang bisa kita gunakan untuk
berkontribusi mulai dari hal yang kecil. Dengan fitrah yang dimiliki dan
didukung dengan ilmu maka peran-peran muslimah akan lebih memberikan makna tersendiri
baik dalam keluarga untuk menjadi "mar-atus
solihah (perempuan solihah), jauzatu muntihah (istri yang menentramkan), dan
ummul madrasah (sekolah pertama bagi anak)." Dan itu menjadi faktor
pendukung besar dalam menciptakan masyarakat yang sehat, peradaban yang mulia.
2. >> Maka, seorang muslimah sebelum mencapai tahapan itu perlu
memiliki visi misi dalam rangka menyatukan kesamaan frame dan tujuan dalam membangun keluarga kelak. Karena jelas
penting visi misi tersebut untuk di satukan dengan visi misi pasangan yang
kelak akan membersamai langkah-langkah kontribusi muslimah di bumi yang amat
luas ini selama hidup. Dengan begitu para muslimah akan tahu, ketika hendak
berkeluarga kelak “hal apa yang akan diberikan untuk umat, untuk Allah”.
3. >> Dan yang terpenting dan cukup dasar kita perlukan, sejatinya
ketika ingin orang yang dapat melengkapi separuh agama kita, kita ingin
menggenapkan separuh agama kita, tentunya kita harus memastikan terlebih dahulu
“yang separuhnya lagi” itu sudah cukup atau belum ? yang separuhnya lagi adalah
ilmu kita, ilmu kita dalam ber-islam. Inilah yang bisa kita sebut sebagai “memantaskan
diri”, wahai muslimah.
4. >> Kalau kata ustadz Syatori, momen-momen persiapan menjadi
keluarga dan berkiprah di masyarakat madani itu bisa dimulai sejak dini yaitu
dengan banyak ber-silaturahim dengan sanak saudara kita. Karena kekuatan
silaturahim akan membantu kita dalam rangka membentuk masyarakat yang mulia.
Demikian “secuplik” (nggak sadar panjangnya
Subhanallah.. :p) hasil diskusi yang Subhanallah luar biasa dari lingkaran
cinta Allah. Semoga juga memiliki kebermanfaatan bagi kita semua yang membaca
di sini. Waallahu’alam bishowab.
Wassalamualaykum wr. wb.
Muslimah Mewarnai Dunia,
Muslimah Pembangun Peradaban,
Muslimah Pencetak Sejarah !!
Referensi Buku Keakhwatan 1, 2, 3 ,4 Karya Ustadz Cahyadi Takariawan dkk.